JAKARTA (Jurnalislam.com) – Menanggapi insiden bentrokan antara TNI dengan Polri yang terjadi di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/11/2014) kemarin, Direktur CIIA Harits Abu Ulya menilai bahwa insiden itu adalah salah satu contoh penyelesaian friksi di lapangan yang sering tidak tuntas.
"Bentrok antara TNI dengan Polri di Batam adalah salah satu contoh Penyelesaian friksi di lapangan yang sering tidak tuntas," kata pemerhati kontra-terorisme itu.
“Akhirnya akumulasinya adalah ketidakpuasan masing-masing anggota, dan efeknya indisipliner anggota dilapangan, bahkan mereka berani dan siap dengan segala resikonya,” lanjutnya.
Ini merupakan gambaran batapa bahayanya jika institusi yang terlatih dan memegang senjata, anggotanya demikian mudah menghamburkan peluru dan melampiaskan kemarahan jika kemaslahatan mereka tidak terpenuhi dengan baik.
“Harus menjadi perhatian serius para pemegang komando, tiap friksi harus ada solusi tuntas untuk masing-masing pihak,” tegas Harits.
Harits menilai, Para pemegang komando harus banyak melakukan langkah strategis, taktis, dan preventif untuk mereduksi potensi konflik antar korp. Integritas aparat yang bermasalah. Karena hal ini dapat meruntuhkan kepercayaan masyarakat terkait tugas dan fungsi mereka.
“Dalam situasi politik yang panas kerena kenaikan harga BBM, jangan sampai bentrok TNI Vs Polri di eksploitasi jd berita untuk menutupi kasus BBM,” tandas Direktur CIIa tersebut. (dakta)