GAZA (jurnalislam.com)- Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam, menyampaikan pidato terbaru melalui siaran langsung Al Jazeera Mubasher pada Jum’at (29/12/2023). Dalam pidatonya, Abu Ubaidah menyoroti keberanian dan ketabahan rakyat Gaza selama Pertempuran Thaufan Al-Aqsa yang berlangsung selama 83 hari.
Dalam pernyataannya, Abu Ubaidah menegaskan bahwa rakyat Gaza tidak hanya menahan serangan musuh, tetapi juga berhasil membuat Israel mengalami kekalahan.
“Setelah epik besar yang dibuat oleh Mujahidin dan perlawanan kami, maka mereka melepaskan diri dari pihak musuh dan membuat hidungnya berputar-putar, dan musuh sebenarnya masih berada di lumpur Gaza yang luas, tidak bisa masuk dan malah kalah”, katanya.
Pidato tersebut juga mencerminkan penolakan rakyat Gaza terhadap upaya penyimpangan sejarah oleh rezim Zionis dan komunitas internasional.
“Para penyihir gelap, pembunuh, yang ingin memanipulasi ingatan dunia bahwa sejarah dimulai pada tanggal 7 Oktober saja, mengabaikan pembunuhan perlahan dan diam-diam terhadap rakyat kami selama bertahun-tahun, mengabaikan Yudaisasi, penyerobotan tanah, penodaan Al-Aqsa, pengepungan Gaza, kekerasan terhadap para tahanan, dan pengusiran rakyat kami dengan segala cara, lalu mereka ramai-ramai menangisi Zionis ketika kami memberikan pukulan terbesar abad ini kepada tentara mereka.” terang Abu Ubaidah.
Brigade Al-Qassam menegaskan prioritas utama mereka, yaitu melindungi warga sipil yang tidak bersalah,
“Tidak ada kesepakatan pertukaran tawanan apapun sampai agresi terhadap rakyat kami berhenti sepenuhnya!” tegasnya.
Abu Ubaidah juga memberikan gambaran tentang serangan terhadap kendaraan tempur musuh,
“Jumlah kendaraan tempur musuh yang menjadi sasaran mujahidin kami sejak awal agresi mencapai lebih dari 825 kendaraan, termasuk pengangkut pasukan, tank, truk, kendaraan, dan buldoser.” ungkapnya.
“Kami juga menargetkan 3 helikopter musuh selama dua hari terakhir.” imbuhnya.
Dalam penutup pidatonya, Abu Ubaidah menegaskan bahwa keberanian dan perjuangan rakyat Gaza akan terus menjadi tonggak sejarah perlawanan terhadap penjajahan, dan bahwa operasi Badai Al-Aqsa telah menciptakan peti mati bagi penjajah kriminal Israel. Pidato ini mencerminkan semangat perlawanan, harapan, dan tekad untuk membebaskan Al-Aqsa di masa depan.
Sumber: Al Jazeera Mubasher
Reporter: Samsul