Hamas Kian Populer, 75% Warga Palestina Setuju Serangan 7 Oktober

Hamas Kian Populer, 75% Warga Palestina Setuju Serangan 7 Oktober

Oleh, Pizaro Gozali

Baru-baru ini survei yang digelar di Palestina menunjukkan fakta yang menarik. Survei yang digelar oleh lembaga penelitian Arab World for Research and Development pada 14 November lalu itu ingin mencari tahu seberapa besar dukungan bangsa Palestina terhadap serangan Taufan Al Aqsha yang dikomandani Hamas untuk melumpuhkan penjajah Zionis.

Hasilnya: sebanyak 75% responden setuju dengan serangan Hamas dan 74,7% setuju bahwa mereka mendukung berdirinya negara tunggal Palestina.

Ketika warga Palestina dihadapkan dengan pertanyaan “Seberapa besar Anda mendukung operasi militer yang dilakukan perlawanan Palestina yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober?”

Tanggapan warga Palestina menunjukkan dukungan yang kuat atas serangan tersebut.

Warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat, misalnya, sebagian besar mereka mendukung serangan tersebut dengan presentase 83,1%.

Hanya 6,9% yang menjawab bahwa mereka “sangat” atau “agak” menentang serangan tersebut. Selain itu, 8,4% tidak menyatakan pendapatnya.

Sementara itu, sebanyak 63,6% warga di Jalur Gaza menyatakan mereka sangat mendukung serangan Hamas. Sedangkan, 14,4% lainnya menjawab bahwa mereka tidak menentang atau mendukung serangan tersebut.

Selanjutnya, sebanyak 20,9% warga Palestina yang tinggal di Gaza menentang serangan tersebut sampai tingkat tertentu.

Hasilnya secara keseluruhan sebanyak 75% responden setuju dengan serangan 7 Oktober tersebut.

Ketika ditanya pertanyaan, menurut mereka apa alasan utama dilancarkannya operasi perlawanan Palestina pada tanggal 7 Oktober?

Sebanyak 31,7% responden yang tinggal di Tepi Barat dan 24,9% responden yang tinggal di Gaza mengklaim alasan serangan itu adalah untuk “membebaskan Palestina.”

Sebanyak 23,3% responden yang tinggal di Tepi Barat dan 17,7% responden yang tinggal di Gaza menyatakan bahwa alasan serangan tersebut adalah “menghancurkan pengepungan di Jalur Gaza.”

Sementara, sebanyak 35% dari total responden mengatakan serangan itu adalah untuk “menghentikan pelanggaran HAM terhadap Masjidil Aqsa”.

Sementara itu, saat ditanya “Apakah Anda mendukung solusi pembentukan satu atau dua negara?” mayoritas (74,7%) responden menjawab bahwa mereka mendukung negara tunggal Palestina.

Meskipun perang dikatakan terjadi antara Israel dan Hamas, hanya 18,6% responden yang setuju dengan hal tersebut.

Mayoritas (63,6%) merasa ini adalah perang antara “Israel dan Palestina secara umum” dan 9,4% lainnya menyatakan bahwa mereka melihat ini sebagai perang antara “dunia Barat dan dunia Arab.”

– Aspirasi Bangsa Palestina

Menurut penulis, ada beberapa analisa yang dapat diketengahkan melihat survei ini.

Pertama, survei ini menunjukkan semakin populernya gerakan Hamas di Palestina yang mendapatkan dukungan dari bangsa Palestina. Sebab banyak 75% responden Palestina ternyata menyetujui serangan 7 Oktober tersebut yang telah meluluhlantahkan kekuatan penjajahan Israel.

Padahal banyak opini berkembang di luar Palestina yang menyudutkan Hamas, menolak aksi Hamas dan bahkan mendorong warga Palestina untuk hijrah ke negeri lain dan tunduk pada kekuasaan Zionis. Faktanya opini-opini tersebut tidak tervalidasi di internal warga Palestina.

Kedua, hasil survei ini menunjukan bahwa Operasi Taufan Al Aqsha bertujuan untuk membebaskan Palestina, bukan hanya Gaza. Seperti namanya “Al Aqsha” yang menegaskan bahwa Hamas memang berada di jalur Gaza tapi mata mereka tertuju ke Masjid Al Aqsha yang terus dinodai oleh penjajah Zionis.

Ini juga terkonfirmasi dari besarnya dukungan masyarakat Palestina yang melihat gerakan perlawanan Hamas bertujuan untun memerdekakan Palestina.

Ketiga, survei ini juga bisa menjadi kesimpulan bahwa popularitas Hamas saat ini sudah melampaui kepemimpinan Mahmoud Abbas yang banyak mendapat kritik karena hanya menjadi penonton dari bombardir yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.

Abbas dinilai lebih suka duduk di atas meja melakukan negosiasi-negosiasi dengan Israel yang hasilnya lebih banyak membuat tanah Palestina terus dicaplok oleh kekuatan penjajah.

– Meredupnya Abbas

Popularitas Otoritas Palestina di Tepi Barat memang telah mengalami penurunan tajam di tanah Palestina. Abbas dinilai tidak banyak melakukan tindakan merespons kebiadaban yang dilakukan Zionis terhadap Masjidil Aqsha, Tepi Barat, dan jalur Gaza. Kepercayaan publik kepada Abbas pun telah menurun tajam.

Sebaliknya, Hamas dan Jihad Islam dianggap masyarakat sebagai representasi perlawanan bangsa Palestina yang melawan kepongahan Zionis.

Juli 2023 lalu, survei yang dilakukan the Palestinian Center for Policy and Survey Research di Universitas Tel Aviv Israel, telah mendesak pemerintah Israel untuk memperkuat Otoritas Palestina (PA) dan meningkatkan perekonomiannya karena semakin redupnya populariats Abbas dan pengaruhnya bagi bangsa Palestina.

Hal itu digambarkan oleh think tank penjajah tersebut sebagai upaya untuk memperkuat kepentingan Israel di Palestina untuk menghadapi Hamas atau faksi perlawanan lainnya.

“Tampaknya PA – di bawah kepemimpinan Abu Mazen (Abbas) – berada dalam situasi paling parah sejak intifada kedua dan berada di jalur penurunan yang mungkin berakhir dengan keruntuhannya,” kata studi tersebut.

Sementara itu, jajak pendapat terpisah yang dilakukan pada Juni 2023 oleh the Palestinian Center for Policy and Survey Research menunjukkan 63 persen warga Palestina percaya bahwa Otoritas Palestina merupakan beban bagi mereka, sementara 80 persen tidak puas dengan kinerja Abbas.

Selain itu, sebanyak 50 persen warga Palestina berpendapat pembubaran Otoritas Palestina akan menjadi yang terbaik bagi masyarakat Palestina, sementara 63 persen berpendapat kelangsungan Otoritas Palestina adalah untk melayani kepentingan Israel.

Gambaran ini sebenarnya adalah tamparan bagi Mahmoud Abbas yang dinilai gagal memberikan perlindungan kepada bangsa Palestina, yang lebih banyak menyatakan kutukannya ketimbang benar-benar terjun menghalau penjajahan Israel.

Operasi Taufan Al Aqsha, sekali lagi, telah menjadi momentum Hamas untuk menjadi pemimpin sebenarnya di mata masyarakat Palestina.

Seperti dikatakan pemimpin Hamas Khalid Misyal: “Bahwa penjajah ini dapat dikalahkan, dan bahwa jalan menuju hal itu adalah jihad dan perlawanan, bukan memohon, mengemis, negosiasi, atau bersikap lemah.”

Penulis adalah peneliti Baitul Maqdis Institute
Kandidat Ph.D bidang Policy Research and International Studies Universiti Sains Malaysia

Sumber: FB Pizaro

Bagikan