ANKARA (Jurnalislam.com) – Di tengah meningkatnya protes anti-Muslim, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan agar Uni Eropa (UE) untuk menindak Islamophobia daripada "mencoba untuk memberi pelajaran" kepada Turki, Selasa (06/01/2015)
Erdogan mengatakan kepada duta besar Turki dalam sebuah pidato di Ankara yang diposting di luar negeri bahwa mereka harus memiliki kebijakan luar negeri yang tegas mewakili "Turki baru" yang kuat dan percaya diri di bawah pemerintahannya.
Dalam serangan barunya terhadap Uni Eropa, Erdogan meminta 28 anggota blok untuk "meninjau kembali kebijakan Turki," yang menuduh Eropa menyeret kakinya pada tawaran keanggotaan berumur satu dekade bagi Ankara.
"Percayalah, sangat disesalkan bahwa Uni Eropa malah mencoba memberikan pelajaran kepada Turki dan bukannya mencoba untuk mengatasi ancaman sangat serius yang sedang dihadapi," katanya.
Erdogan mengatakan bahwa rasisme, kegiatan diskriminatif dan Islamophobia saat ini meningkat di Eropa, dan mengeluhkan bahwa organisasi rasis banyak memenangkan simpati beberapa masyarakat di Barat "setiap harinya."
"Islamofobia – yang terus-menerus menarik perhatian dan memperingatkan kita – merupakan ancaman serius di Eropa."
"Jika masalah ini tidak ditangani dengan serius saat ini, dan jika populisme berhasil menawan politisi Eropa, Uni Eropa dan nilai-nilai Eropa akan dipertanyakan," katanya.
Pernyataan Erdogan tersebut muncul sehari setelah kelompok Jerman kontroversial PEGIDA – Patriot Eropa Penentang Islamisasi Barat – mengadakan parade yang dihadiri oleh ribuan orang di Dresden berdemonstrasi menentang apa yang mereka sebut dengan "Islamisasi negeri Barat."
18.000 orang hadir untuk demonstrasi yang digelar setiap minggu, sementara lebih dari 30.000 orang Jerman mengutuk PEGIDA sebagai "ekstrimis."
Erdogan mengatakan kepada duta besar bahwa Turki harus menganggap dirinya sebagai negara besar.
"Turki bukanlah sebuah negara yang bisa dituduh oleh siapa pun dengan mengibaskan jari mereka dalam kesombongan besar. Mereka yang memiliki kebiasaan tersebut harus ditinggalkan," tambahnya.
"Mereka yang mengguncang jari mereka dan menegur Turki harus melihat bahwa mereka berhadapan dengan Turki yang baru, Turki yang besar, yang memiliki kebijakan ekonomi, demokrasi dan luar negeri."
Erdogan pada bulan Agustus pindah ke kursi kepresidenan setelah lebih dari satu dekade bertindak sebagai perdana menteri Turki. Ia telah bekerja agar Turki dihormati sebagai kekuatan global.
Deddy | Middleeasteye | Jurniscom