Densus 88 Tembak Kepala Nurdin Saat Sujud

DOMPU (Jurnalislam.com) – Selain menangkap lima orang pada hari Sabtu (20/9/2014) kemarin, pada hari itu juga Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri membunuh satu orang bernama Nurdin (28) di rumahnya di Dusun Kala Timur  Desa O,o,  Kabupaten Dompu, Bima, NTB.

Sekitar pukul 15.20 WITA, pasukan Densus 88 menggerebek rumah yang ditempati Nurdin dan mendapatinya sedang shalat Ashar. Nurdin meninggal seketika oleh 3 kali tembakan di kepala saat ia sedang sujud menunaikan shalat Ashar. Kepala Nurdin pecah, darah bersimbah di lantai dan sajadah.

Dian, istri korban bersama anaknya Zakiyatunnisa (1,7 tahun), terkejut ketika tiba-tiba puluhan anggota Densus 88 mendatangi rumahnya dan memaksmnya untuk keluar.

"Mereka masuk rumah dan memaksa saya untuk keluar dari rumah, selang 1 menit baru kaki saya menginjak emperan rumah, terdengar suara tembakan 3 kali," kata Dian yang juga sedang hamil 4 bulan.

Densus 88 membawa mayat Nurdin dengan menggunakan mobil sedan yang telah siap menunggu di depan rumah.

Densus 88 tidak hanya menghabisi nyawa Nurdin, uang senilai Rp. 2.100.000 beserta 3 buah telepon genggam juga raib.

“Setelah mereka menembak suami saya di kamar sebelah (sambil menunjuk kamarnya) mereka juga mengambil uang saudari saya Rp. 2.100.000 dikamar sebelah (tangannya menunjuk ke kamar yang lain) dan 1 HP saya juga 2 HP tetangga sebelah. Padahal uang itu saudari saya  gunakan untuk membayar barang dagangannya," ujar Dian.

Menurut Dian, suaminya tidak melakukan perlawanan sedikitpun seperti yang diberitakan media pada umumnya.

“Pada saat Densus itu masuk suami saya baru melaksanakan rakaat kedua sholat ashar dan ketika saya dipaksa keluar beliau masih sholat. Bapak bisa melihat buktinya, darah yang bercecer dibagian bawah pintu ketika beliau sujud,” lanjut Dian kepada Jurnalislam.com

"Iya, semua itu bohong dan penuh dengan rekayasa," tambah Bapak Jalil, salah satu keluarga korban menguatkan penjelasan istri korban.

“Setelah aksi densus yang begitu cepat, kemudian bayat dibawa beserta sajadah yang digunakan untuk sholat entah kemana, kami pun tidak bisa mendekati lokasi karena dijaga ketat oleh aparat setempat. Jadi tidak ada perlawanan sedikitpun apalagi dengan menggunakan bom molotov, ini semua rekayasa,” lanjut Bapak yang biasa disapa Ustadz Jalil itu.

Ustadz Jalil atas nama keluarga kemudian meminta pihak kepolisian untuk mengembalikan jenazah Nurdin.

"Kami sudah mengikhlaskan semua ini maka kami menuntut kepada pihak Densus untuk mengembalikan jenazah saudara kami Nurdin," tutup beliau.

Nurdin adalah satu-satunya korban meninggal dari aksi penggerebekan yang dilakukan Densus 88 pada hari Sabtu (20/9/2014). Menurut Kapolda NTB Brigjen Pol Sriyono, Nurdin dan lima orang lainnya merupakan DPO kasus Poso dan termasuk kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah.

Reporter : Abu ul Haq

Editor : Amaif

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.