Berikut Pernyataan Pemimpin Jaysh al Islam pada Perundingan Suriah di Astana

Berikut Pernyataan Pemimpin Jaysh al Islam pada Perundingan Suriah di Astana

ASTANA (Jurnalislam.com) – Pemimpin faksi Jaysh al Islam, “Muhammad Alloush,” mewakili delegasi oposisi Suriah di Astana, menegaskan bahwa tujuan delegasi oposisi menghadiri pembicaraan adalah untuk mengkonsolidasikan gencatan senjata dan pelaksanaan aksi kemanusiaan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan 2254, lansir Eldorar Alshamia, Senin (23/01/2017).

Alloush menambahkan dalam pidatonya pada sesi pembukaan, yang dibuka dengan salam dan doa bagi Rasulullah Saw, bahwa pilihan strategis delegasi adalah untuk mencapai solusi politik yang adil, menunjukkan bahwa delegasi tidak datang ke Astana untuk berbagi kekuasaan, tetapi untuk memulihkan keamanan Suriah dan pelepasan tahanan, dan tidak akan melanjutkan langkah-langkah berikutnya tanpa mengokohkan gencatan senjata.

Dia mencatat bahwa kehadiran milisi asing (milisi Syiah Iran, Irak, Afghanistan dan Lebanon), yang dibawa oleh Iran, dan dibuat oleh rezim Nushairiyah Assad, yang dipimpin oleh Syiah Hizbullah Lebanon dan Partai Union Demokrat Kurdi, berkontribusi terhadap kelanjutan penumpahan darah, dan tidak berbeda dengan”kelompok IS”.

Alloush menekankan bahwa penerapan prosedur kemanusiaan yang ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan 2254 akan menjadi kartu yang kuat untuk mendorong transisi politik pemerintahan yang diinginkan rakyat Suriah, menurut Pernyataan Jenewa tahun 2012.

Perlu dicatat bahwa delegasi oposisi Suriah menolak untuk mengadakan perundingan langsung dengan delegasi rezim Suriah di Astana, serta menolak menyebut “Iran” sebagai penjamin perjanjian dalam laporan akhir, sebagai pihak yang berada di sisi rezim.

Bagikan