WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Sekitar 2.500 warga Rohingya lagi-lagi meninggalkan Negara Bagian Rakhine di Myanmar menyusul bentrokan dengan militer, PBB mengatakan pada hari Rabu (2 Januari 2019).
Juru bicara untuk sekretaris jenderal PBB, Farhan Haq, mengatakan warga Rohingya “dipaksa untuk melarikan diri dari pertempuran antara Tentara Arakan dan militer Myanmar” yang dimulai bulan lalu.
Haq mengatakan tim PBB dikirim untuk menyelidiki dan menilai kebutuhan kelompok masyarakat yang tumbang tersebut.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok etnis yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan akan serangan yang meningkat sejak ratusan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.
Baca juga:
-
Terbukti Genosida atas Muslim Rohingya, Begini Laporan Kelompok Hukum AS
-
HAM Burma: Genosida pada Muslim Rohingya Masih Berlanjut di Myanmar
-
Kanada: Kejahatan Militer Myanmar atas Muslim Rohingya adalah Genosida
-
TPF PBB : 6 Jenderal Myanmar Terlibat Pembantaian Muslim Rohingya
PBB telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, mutilasi dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Myanmar. Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran seperti itu bisa dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan berat.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah terbunuh oleh pasukan pemerintah Myanmar, menurut Ontario International Development Agency (OIDA).
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan aksi penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas itu.
Bulan lalu, DPR AS mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa kejahatan militer Myanmar terhadap warga kaum muslim Rohingya adalah genosida.
2 thoughts on “Bentrokan Militer Kembali Terjadi di Myanmar, 2.500 Warga Rohingya Larikan Diri”