Awas, Tingkat Stres Anak Naik Tiga Kali Lipat Selama Pandemi

Awas, Tingkat Stres Anak Naik Tiga Kali Lipat Selama Pandemi

SURABAYA(Jurnalislam.com)– Tingkat stres anak naik tiga kali lipat selama pandemi, demikian ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jatim, Dr Andriyanto SH MKes.

“Dalam Survei kami, ketika anak belajar di rumah, hanya 32 persen yang didampingi orang tuanya. Dapat dikatakan ketika pada masa biasa saja kasus depresi pada anak itu sekitar 6,1 persen, maka analisis kita adalah stres anak itu jadi tiga kali lipat pada masa pandemi ini,” ungkapnya.

“Keinginan mereka untuk bermain, bersuara dan bersoalisasi bersama teman-temannya itu dihadapkan pada protokol kesehatan. Seolah-olah tanda kutip ada larangan-larangan. Ini jadi stres yang luar biasa,” lanjutnya.

Pihaknya tidak mempermasalahkan terkait keinginan pemerintah untuk kembali membuka sekolah secara offline untuk zona hijau, kuning dan orange dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Belajar dari lima bulan selama masa pandemi, tentunya masyarakat sekitarnya dan sekolah mesti akan mendukung, terutama keluarga,” katanya.

“Ada beberapa catatan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa jika ada orang tua yang tidak setuju anaknya untuk sekolah offline, tidak ada masalah. Tidak boleh ada guru memberikan punishment kepada anak itu apabila absen,” sambungnya.

Menurut Sistem Informasi Online Kekerasan Perempuan dan Anak DP3AK Jatim, angka kekerasan perempuan dan anak cenderung meningkat di masa pandemi ini.

Data per 6 Agustus 2020, mengungkapkan ada 863 kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jatim. Berdasarkan jumlah itu, 41 persen di antaranya adalah kekerasan seksual. Kemudian, 60 persennya terjadi di lingkungan rumah tangga.

“Ini adalah fenomena gunung es. Bila dibiarkan terus tanpa ada pembelajaran dengan melakukan pendidikan secara offline (tatap muka di kelas), saya khawatirkan akan muncul persoalan kekerasan lagi,” tukasnya.

Saran Andriyanto, sekolah di daerah zona hijau dan kuning bila ngin membuka kembali kegiatannya, pastikan agar para guru dan karyawannya telah melaksanakan rapid test atau tes swab. (Bud1)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.