Idul Adha di Lombok Utara, Lebaran di Tengah Reruntuhan

LOMBOK UTARA (Jurnalislam.com) – Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu daerah terparah terdampak gempa Lombok yang terjadi sejak Ahad (5/8/2018) lalu. Hampir seluruh rumah warga ambruk, bahkan Masjid Muhajirin di Dusun Boyotan Proyek ikut rata dengan tanah.

Namun hal tersebut tak menyurutkan warga untuk menggalar sholat Idul Adha pada Rabu (23/8/2018) meski harus digelar di jalanan depan Masjid Muhajirin yang runtuh.

Tokoh masyarakat dan mantan Kepala Desa Gumantar, Hamid mengatakan, meski Idul Adha kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, masyarakat harus tetap tegar dengan segala cobaan.

“Kami berterimakasih kepada para relawan yang telah membantu dan mendampingi kami sehingga kami bisa tetap tegar meski ujian gempa ini begitu berat,” ungkapnya kepada INA-News

Suasana Shalat Idul Adha 1439 H di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. FOTO: Ahmad Jilul/INA

Agency, Rabu (22/8/2018).

Sementara Khotib Sholat Idul Adha di dekat reruntuhan masjid Muhajirin, Ustaz Husni Faisal dalam khotbahnya menyampaikan bahwa gempa yang meruntuhkan rumah warga ini adalah ujian keimanan.

“Gempa ini terjadi untuk menguji kekuatan iman kita, agar kita berprinsip tak lupa saat senang, dan tidak putus asa saat menderita,” tegas Ustaz Husni.

Selain menghimbau untuk menguatkan keimanan, ustaz Husni juga menyampaikan kepada warga Desa Gumantar agar menguatkan kekuatan lain sebagai seorang Muslim.

” Kita juga harus punya kekuatan akhlak yang mulia , bergegas dalam ibadah, bila akhlak lenyap, maka lenyaplah suatu bangsa, juga kita harus punya kekuatan ilmu dan kekuatan ekonomi, pasca gempa ini kita harus bangkit,” ujar Ustaz Husni.

Reporter: Ahmad Jilul Qur’ani Farid/INA

Ambruk, Masjid di Lombok Utara Ini Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah

LOMBOK UTARA (Jurnalislam.com) – Masjid Muhajirin di Dusun Lempenge, Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara adalah masjid yang ambruk total akibat gempa 7,0 Skala Richter pada Ahad (5/8/2018).

Masjid ini terletak dipinggir jalan akses utama Kabupaten Lombok Utara di Jalan Bayan. Meski terletak di pinggir jalan, warga mengaku masjid ini belum mendapatkan tindakan lanjutan terkait pembangunannya kembali.

Masni (29), warga yang tinggal di samping masjid menyebut dari TNI AD baru membersihkan menara yang roboh, namun kejelasan pembangunan belum diberikan pemerintah.

“Baru tentara kemarin ke sini membersihkan menara, kalau soal dibangun lagi atau tidak belum ada kabar,” tutur Masni pada Kamis (23/8/2018) kepada INA-News Agency.

Masni juga mengatakan bantuan langsung dari pemerintah belum sampai di Dusun Lempenge sekitar Masjid Muhajirin.

“Baru dari relawan saja ini bantuannya, saya tidak membayangkan kalau tidak ada relawan,” ungkap Masni.

Sementara Hanafi (32), suami dari Masni menceritakan bahwa gempa terjadi saat Shalat Isya’ di rakaat ketiga.

“Waktu itu kami sedang shalat isya, tiba-tiba gempa keras sekali, jamaah langsung berlari keluar,” jelas Hanafi pada Kamis (23/8/2018).

Hanafi menyebut belasan warga yang tak sempat menyelamatkan diri keluar masjid tertimpa reruntuhan dan mengalami luka-luka yang cukup parah.

“Alhamdulillah tidak ada yang meninggal dunia, tapi belasan orang terluka parah kena reruntuhan masjid,” pungkas Hanafi.

Reporter: Ahmad Jilul Qur’ani Farid/INA

Yayasan Dakwah Salimah Sukoharjo Tebar Qurban Untuk Umat

SUKOHARJO (Jurnalislam.com) – Yayasan Dakwah Salimah Lentera Umat (YDSLU) bekerjasama dengan Baitulmal Salimah membagikan 180 paket daging kurban kepada masyarakat di wilayah Klaten, Sukoharjo, dan Solo pada Kamis (23/8/2018). Pembagian ratusan paket daging qurban tahun bertajuk ‘Salimah Tebar Qurban untuk Umat’.

“Alhamdulillah, hari ini kita dapat amanah untuk menyembelih 19 ekor kambing dari para donatur yang nanti akan dibagikan kepada yang berhak menerima di wilayah Klaten, Sukoharjo, Solo dan Karanganyar,” kata ketua Baitulmal Salimah Ustaz Marsono di Wisma Salimah Sukoharjo, Kamis (23/8/2018).

Selain kepada kepada masyarakat, paket Qurban Salimah juga diberikan kepada sejumlah aktifis dakwah, seperti guru TPQ yang tergabung dalam program Da’i Salimah Sukoharjo.

“Terima kasih ya pak, atas pemberian daging Qurban dari Salimah,” kata salah satu warga Waru, Sukoharjo saat menerima paket Qurban Salimah dari Relawan YDSLU.

Lebih lanjut, Ustaz Marsono menyampaikan apresiasinya kepada para donatur yang telah mempercayakan amanah hewan Qurban kepada YDSLU dan Baitulmal Salimah.

Ia juga berharap, program program dari YDSLU dan Baitulmal Salimah dapat diterima masyarakat dan memberikan manfaat untuk umat Islam.

“Jazakallahu khoiron kepada para donatur Salimah yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami, semoga Allah meridhoi apa yang diberikan donatur dan memberi kebaikan kepada kita semua,” tandasnya.

Reporter: Arie Ristyan

Ansharusyariah Jateng: Gempa Lombok Adalah Peringatan dari Allah

SOLO (Jurnalislam.com) – Pimpinan Jama’ah Ansharusy Syariah Jawa Tengah, Ustaz Surawijaya mengatakan, musibah gempa yang terjadi di Lombok merupakan teguran dan peringatan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Menurutnya, ada dua tujuan Allah memberi peringatan kepada hamba-Nya yang beriman. Pertama, Allah sedang menguji kesabaran orang tersebut. Yang kedua, Allah sedang memberi peringatan kepada hamba-Nya yang berbuat dosa.

“Ada dua hal ketika manusia terkena musibah, yaitu Allah menguji orang- orang sabar diantara kalian,sehingga dengan kesabaran kalian Allah memberi pahala yang besar. Yang kedua Allah memberi peringatan kepada penduduk negeri karena telah melakukan dosa yang ditampakan atau mujaharoh,” paparnya dalam khutbah Idul Adha 1439 H di halaman Masjid Raya ISKA, Mayang, Gatak Sukoharjo, Selasa (21/8/2018).

Ia menjelaskan, dosa yang dikerjakan secara terang- terangan akan mengundang murka Allah. Sebaliknya, jika manusia beriman maka Allah akan menurunkan berkah.

“Seperti dalam surat ke 7. Al A’raaf ayat 96,” katanya.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”

Pria yang akrab disapa Cak Rowi ini juga menyampaikan, ada beberapa amalaan yang dapat menghindarkan dari azab Allah Subhanahu wa ta’ala, diantaranya beriman dan bertaqa, mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar, dan memperbanyak sedekah.

“Kita jadikan ibrah dan perbanyak amalan yang menolak balak diantaranya, beriman dan bertakwa kepada Allah,mengamalkan amar ma’ruf nahi mungkar dan perbanyak sedekah,” terangnya.

Ia juga berpesan kepada kaum muslimin untuk membantu korban gempa di Lombok dengan menyumbangkan uang yang ada dalam kotak infak saat sholat Ied.

Reporter: Ridho Asfari

Hadiah Idul Adha, Pengusaha Tasikmalaya Sumbangkan 1.000 Sendal Untuk Korban Gempa

TASIKMALAYA (Jurnalislam.com) – Seorang pengusaha sandal di Tasikmalaya, Haji Asep Lugeza menyumbangkan 1.000 lebih sendal untuk masyarakat terdampak gempa di Lombok, NTB. Ribuan sendal terdiri dari berbagai ukuran untuk anak-anak dan dewasa.

“Saya sekedar membantu saudara-saudara kita di Lombok yang saat ini mereka sangat membutuhkan uluran tangan kita sebagai saudara seiman,” katanya saat dihubungi Jurnalislam.com, Selasa (21/8/2018).

Bantuan ini telah dibawa oleh 20 orang relawan dari Korp Relawan Mujahidin (KRM) yang bekerjasama dengan World Human Care (WHC) pada Ahad (19/8/2018) lalu.

Ribuan pasang sendal dari Tasikmalaya untuk korban gempa Lombok

“Bantuan ini dari saya pribadi isinya 1000 lebih alas kaki berupa sandal. Mudah-mudahan bantuan ini secepatnya sampai kepada mereka,” ujar Haji Asep.

Haji Asep berharap bantuan yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1439 H tersebut dapat menjadi pelipur duka para korban gempa.

“Mudah-mudahan bantuan alakadarnya ini bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin di sana, walaupun tidak seberapa tapi mudah-mudahan bisa meringankan beban mereka,” tutur Haji Asep yang juga pimpinan Forum Pengajian Imam Syafi’i (FPIS) ini.

Selain sendal, ratusan mukena dan baju koko juga dibawa oleh relawan KRM dan WHC untuk disalurkan ke Lombok.

Tasikmalaya adalah salah satu sentra produksi sendal dan mukena tersohor di Indonesia. Terlebih Haji Asep yang berasal dari Kecamatan Mangkubumi yang merupakan daerah sentra sendal Tasik.

Reporter: Ibnu Fariid

Prof Didin Minta Khatib Idul Adha Ceramah Soal Musibah Lombok

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Dekan Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin meminta khatib shalat Idul Adha untuk menjadikan musibah gempa di Lombok sebagai materi khutbah. Ia meminta para khatib untuk terus mengajak jamaah melakukan taubat.

“Memanfaatkan momentum Idul Adha dengan mengajak masyarakat untuk melakukan taubat nasuha atas apa yang terjadi di Lombok,” katanya saat memberikan tausyiah dalam acara bertajuk ‘Momentum Taubat Nasional’ di AQL Islamic Center, Tebet, Jaksel, Senin malam (20/8/2018).

Menurutnya, rangkaian gempa yang terjadi di Lombok sejak awal Agustus bukan peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Banyak orang mengatakan ini peristiwa biasa. Padahal sebagai orang beriman harusnya melihat apa yang ada di belakang bencana tersebut.

“Peristiwa alam yang terjadi biasanya terkait dengan perilaku kita,” ujarnya.

Mantan Ketua Baznas itu pun menegaskan, bencana alam adalah salah satu cara Allah mengingatkan manusia atas apa yang dilakukannya di atas bumi ini. Oleh sebab itu, acara Momentum Taubat Nasional dinilainya sebagai satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari marabahaya.

“Karena hanya dengan cara itu kita bisa terhindar dari segala bencana,” tuturnya.

Reporter: Tommy Abdullah

Ustaz Bachtiar Nasir: Gempa Lombok Adalah Teguran Allah

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pimpinan Arrahman Quranic Learning (AQL) Islamic Center, Ustaz Bachtiar Nasir menyatakan, serangkaian gempa yang terjadi di Lombok dari awal Agustus 2018 merupakan teguran dari Allah.

“Mungkin ini teguran Allah sehingga perlu ada yang mengingatkan agar tokoh, pemimpin, dan ulama segera kembali kepada Allah dan memperbaiki cara hidupnya,” katanya saat usai acara Momentum Taubat Nasional di Tebet, Jakarta Selatan, Senin (20/8/2018).

Sebagai umat Islam, kata dia, musibah gempa bumi harus dilihat dari sisi yang lain. Pria yang akrab disapa UBN itu menjelaskan, gempa adalah bumi yang bertutur. Ketika Umar bin Khatab mengalami gempa, saat itu dia berbicara ke bumi. Atas dasar itu dirinya menggelar acara bertema ‘Momentum Taubat Nasional’.

Kondisi Dusun Rempek Desa Rempek Kecamatan Gangga Lombok Utara. FOTO: Sirath/Jurniscom

“NTB itu bukan daerah gempa. Masih level 3. Daerah gempa itu, Jawa, Nias sampai Padang. Jelas ini merupakan teguran dari Allah,” cetusnya.

UBN mengimbau umat Islam untuk beristighfar, bertaubat dan bersedekah. “Bersedekah diantaranya dengan mengalokasikan qurbannya kepada saudara kita di lombok,”ujarnya.

Dia juga berpesan kepada para khatib Jumat untuk menyisipkan doa untuk Lombok. UBN juga meminta agar sebagian hasil kotak infaq yang diperoleh pada momen Idul Adha untuk disisihkan ke Lombok.

Badan Wakaf Al-Qur’an dan FKU Aswaja Malang Raya Gelar Shalat Idul Adha 1439 H

MALANG (Jurnalislam.com) – Badan Wakaf Al Qur’an bekerjasama dengan Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Malang Raya menggelar Sholat Idul Adha 1439 H di Komplek Pertokoan Jl. WR Supratman, Kota Malang, Selasa (21/8/2018).

Badan Wakaf Al-Qur’an dan FKU Aswaja Malang Raya mengikuti keputusan Kerajaan Saudi Arabia yang menetapkan wukuf ibadah Haji pada tanggal 20 Agustus 2018, sehingga Hari Raya Iedul Adha 1439 H jatuh pada hari ini, Selasa (21/8/2018).

Ratusan jama’ah tampak memadati lapangan parkir, sehingga beberapa shaf meluber ke jalan raya.

Bertindak sebagai imam Ustadz Rujian Khairi dan Khatib Ustadz Tamyis Sa’ad. Dalam khutbahnya, Ustadz Tamyis Sa’ad menyingung kondisi negeri ini yang diliputi musibah seperti kemiskinan yang semakin mendera rakyat, berbagai bencana yang melanda, termasuk yang baru-baru ini, gempa dahsyat yang melanda sejumlah wilayah di NTB.

“Sudah sepatutnya, kita sebagai umat Islam harus bisa mengambil ibrah atau pelajaran dari kisah Nabi Allah Ibrahim AS. Bagaimana bentuk kecintaan beliau, ketaatan beliau, bahkan bentuk pengorbanan beliau, yang dengan ikhlas mengorbankan sesuatu yang paling beliau cintai, yaitu nabi Allah Ismail AS,” papar Ustadz Tamyis.

Di akhir khutbah, Ustadz Tamyis mendoakan bangsa Indonesia agar kemakmuran tetap tercurahkan di negeri ini dengan syariat Islam sebagai pengaturnya.

Reporter: Tyo

Dan…Para Korban Gempa pun Berkurban

“Ya memang kami sedang sulit, tapi mungkin masih ada rezeki yang Allah berikan dari panen tanaman kami, atau ada yang memang sudah menabung ingin berkurban, maka mereka tetap berkurban,” kata ustaz Sinardi.

JURNALISLAM.COM – Mata Yono berkaca-kaca, ketika membayangkan rumahnya yang kini sudah rata dengan tanah. Gempa besar bertubi-tubi sudah membuat seluruh warga dusun Jorong, Sembalun Bumbung Lombok Timur, mengungsi ke tenda sederhana beratap terpal.

Tak ada warga yang berani masuk ke dalam bangunan. “Hampir semua rumah rata dengan tanah, termasuk rumah saya,” kenang Yono.

Tak pernah terpikirkan dalam benaknya, kalau Lombok akan diguncang gempa dahsyat yang meluluhlantakkan kampung halamannya.

“Hanya Allah saja yang kami miliki sekarang. Yang bisa memberi kami keteguhan menghadapi semua ini,” kata Yono.

Ternyata, di balik kesulitan yang melanda Yono, di balik rumahnya yang hancur, di balik barang-barangnya yang rusak, di balik trauma akan gempa, ia masih menyisakan sedikit ruang untuk terus berbagi.

Yono, salah satu petani yang ikut membagikan bawang hasil buminya, untuk para pengungsi di Lombok Utara. Dan kini, ketika Idul Adha tiba, lagi-lagi Yono ingin berbagi.

“Saya ingin berkurban!” katanya.

Yono (kiri) , ust Sinardi ( tengah peci putih), Jusman (sekdes) kanan sedang bermusyawarah di Masjid Darurat Ramah Gempa dusun Jorong. Foto : RizkiLesus/INA

Yono tak sendiri. Ada puluhan warga Sembalun Bumbung yang rumahnya rata dengan tanah ingin berkurban. Inisiasi para pengungsi untuk berkurban ini dirampunkan di Masjid Darurat Ramah Gempa dusun Jorong.

Ustaz Sinardi, salah seorang pengungsi yang juga pengurus masjid –sebelumnya yang sudah rusak – mengatakan bahwa di tengah kesulitan yang menghampiri para pengungsi, mereka berkomitmen untuk tetap berkurban tahun ini.

“Warga akan tetap berkurban tahun ini,” kata ustaz Sunardi di hadapan masyarakat ketika membahas Idul Adha di pengungsian. Apa bisa terbayangkan, seorang pengungsi, tak memiliki rumah, hidup dalam kesulitan, masih ingin berkurban?

“Alhamdulillah, dikumpul-kumpul, ada lima sapi kami dapati,” kata ustaz Sinardi.

Baca juga : Catatan Jurnalis: Belajar Berbagi Dari Pengungsi Lombok

Dia, dan juga warga Jorong masih teringat, ketika awal-awal membangun masjid darurat bersama para relawan Sinergi Foundation, Jumat pertama pasca gempa pertama (6.3 SR) melanda.

Para ustaz di masjid itu mengingatkan tentang salah satu ciri orang bertakwa (QS :Ali Imrah 134 ) yang tetap berbagi, di saat lapang dan sempit. Maka, kita tahu bagaimana gerakan dari masjid beratap terpal ini.

Berpuluh-puluh ton sayuran, hasil panen warga dikirimkan untuk para pengungsi di Lombok Utara. Berduyun-duyun warga datang ke masjid, membawa apapun yang mereka miliki.

“Ya memang kami sedang sulit, tapi mungkin masih ada rezeki yang Allah berikan dari panen tanaman kami, atau ada yang memang sudah menabung ingin berkurban, maka mereka tetap berkurban,” kata ustaz Sinardi.

Saat lapang, kata Sinardi, warga bisa saja mudah berkurban. Tahun lalu saja, kata Sinardi, ada lebih dari 11 sapi untuk dusun Jorong saja untuk berkurban. “Tahun ini, sementara kami hanya bisa mengumpulkan patungan 5 sapi,” tambahnya.

“Dan tahun ini, saat kondisi kita sulit, ini ujian untuk kami sebenarnya, apakah tetap berkurban atau tidak,” lirih Sunardi. Dan mereka pun, memilih untuk berkurban, Subhanallah!

Nama-nama para Mudhahhy. Foto : RizkiLesus/INA

Bisa saja, kata Sunardi, uang yang tersisa digunakan untuk –misal- membangun rumah, membeli kebutuhan sendiri, dan lainnya.

“Bisa saja sebenarnya seperti itu. Tapi sungguh kami rugi, rugi betul jika kondisi langka seperti itu, kami malah tidak berkurban,” tegasnya.

Sinardi mengatakan, bahwa berjuta hikmah di balik perintah kurban ini. Sebut saja, ketika Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih Ismail, anak sematawayangnya yang telah lama dinanti.

Begitu berat Ibrahim untuk menyembelih puteranya sendiri. Namun, karena itu perintah Allah, ia tetap lakukan. Di di ujung kisahnya, kita semua tahu bahwa Allah memuliakan mereka berdua dan menjadikan teladan.

Dan kini, teladan Ibrahim- Ismail abad ini mungkin saja hinggap di warga dusun Jorong. Di tengah rasa trauma, di tengah kesulitan, di tengah tak memiliki harta benda apapun, mereka tetap berkurban!

Lantas bagaimana dengan kita?

Reporter & foto : Rizki Lesus/ INA News Agency

Belum Jadi Bencana Nasional, Mantan Wakil Ketua DPR Kritik Sikap Lamban Pemerintah

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Mantan Ketua DPR, Priyo Budi Santoso mempertanyakan sikap pemerintah yang tak kunjung menjadikan musibah gempa di Lombok sebagai bencana nasional.

“Bencana di Lombok terjadi beruntun dan masif. Harusnya pemerintah segera menjadikannya sebagai bencana nasional,” katanya saat ditemui setelah acara Momentum Taubat Nasional di AQL Islamic Center Tebet, Senin (20/8/2018).

Ia berharap pemerintah segera menjadikan gempa Lombok sebagai bencana nasional. “Undang-undangnya saya tahu, kan yang bikin zaman saya di DPR dulu,” ujarnya.

Priyo juga menyayangkan pernyataan Sekretaris Kabinet, Pramono Anung yang mengatakan Indonesia akan mengalami kerugian besar apabila bencana alam di Lombok dinyatakan sebagai bencana nasional.

Baca juga: FOZ Desak Pemerintah Tetapkan Gempa NTB Sebagai Bencana Nasional

Menurut Priyo, sektor pariwisata tidak akan mengalami kerugian. Karena seluruh dunia sudah menyaksikan rangkaian gempa yang terjadi di Lombok. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya sebagai bencana nasional.

“Apa perlu pemerintah menunggu sampai korban tewas bertambah dan Lombok hancur total baru mau menyatakan sebagai bencana nasional?” tegas dia.

“Padahal jika pemerintah tanggap, semua elemen bangsa akan berkumpul dan masalah Lombok akan segera selesai,” pungkasnya.

Reporter: Tommy Abdullah