GAZA (jurnalislam.com)– Sekelompok aktivis hak asasi manusia dan pegiat masyarakat sipil dari kawasan Teluk mengumumkan peluncuran Kapal Ketahanan Teluk, sebuah kapal kemanusiaan yang bertujuan menembus blokade Israel di Jalur Gaza dan mengirimkan bantuan makanan serta obat-obatan.
Berbicara kepada The New Arab edisi bahasa Arab pada Kamis (31/7/2025), salah satu inisiator, Mohammed Al-Hayki, mengatakan kapal ini merupakan bagian dari upaya besar untuk menanggapi krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza akibat blokade yang telah berlangsung selama 18 tahun.
“Ini adalah respons sipil dan damai terhadap krisis kemanusiaan yang terus berlanjut. Kami adalah pemuda dari Teluk yang tidak bisa tinggal diam ketika rakyat Palestina menderita karena kelaparan dan pengepungan,” ujar Al-Hayki.
Kapal ini beroperasi secara independen, tidak terafiliasi dengan pemerintah maupun kelompok politik mana pun, dan berada di bawah naungan Koalisi Global untuk Mematahkan Pengepungan jaringan aktivis internasional yang menentang blokade Israel atas Gaza dengan pendekatan damai dan tanpa kekerasan.
Para penyelenggara telah meluncurkan kampanye di media sosial untuk menggalang dukungan publik, termasuk donasi dan perekrutan relawan. Mereka berharap misi ini dapat membuka jalur kemanusiaan independen guna mengirimkan bantuan langsung ke Gaza.
“Ini bukan tindakan politik, melainkan tindakan moral. Kami ingin menggerakkan opini publik global dan menunjukkan bahwa masyarakat Teluk mendukung Gaza dalam menghadapi ketidakadilan,” tegas Al-Hayki.
Gaza telah berada di bawah blokade penuh oleh Israel dan Mesir sejak tahun 2007, mencakup darat, udara, dan laut. Berbagai upaya sebelumnya untuk mematahkan pengepungan melalui laut kerap dibalas dengan tindakan militer oleh Israel. Beberapa kapal telah dicegat di perairan internasional, dan para aktivisnya ditahan serta dideportasi.
Meski menyadari risiko, para aktivis menilai kondisi di Gaza telah mencapai titik darurat yang memerlukan aksi nyata dari masyarakat sipil.
“Pengepungan telah menyebabkan kelaparan, kekurangan obat-obatan, dan runtuhnya layanan dasar. Gaza kini seperti penjara,” ujar salah satu relawan asal Teluk yang enggan disebutkan namanya. “Kami ingin mengingatkan dunia bahwa kondisi ini tidak normal dan tidak boleh dibiarkan berlanjut.”
Kapal Ketahanan Teluk melanjutkan tradisi perjuangan maritim melawan blokade Gaza. Salah satu insiden paling dikenal adalah tragedi Mavi Marmara pada 2010, ketika pasukan komando Israel menyerbu kapal dalam armada Freedom Flotilla dan menewaskan 10 aktivis di perairan internasional.
Baru-baru ini, kapal kemanusiaan seperti Handala, Madleen, dan Conscience yang berangkat dari Eropa juga dicegat oleh militer Israel. Aktivis yang berada di atas kapal ditahan dan dideportasi.
Penyelenggara mengatakan bahwa Kapal Ketahanan Teluk terinspirasi oleh perjuangan serupa di masa lalu serta oleh meningkatnya solidaritas masyarakat Arab terhadap Gaza. Mereka juga menjalin koordinasi dengan aktivis Malaysia yang pada Juni lalu mengumumkan inisiatif armada Seribu Kapal menuju Gaza.
Saat ini kapal masih dalam tahap perencanaan. Tim penyelenggara terus mencari dukungan finansial dan logistik dari masyarakat.
“Kami mengundang warga Teluk untuk terlibat baik melalui donasi, menjadi sukarelawan, atau menyebarkan pesan ini,” kata Al-Hayki.
“Ini adalah bagian dari gerakan rakyat global yang menolak untuk berpangku tangan terhadap blokade Gaza.” pungkasnya. (Bahry)
Sumber: TNA