JAKARTA (Junalislam.com) – Ketua Yayasan Rumah Peneleh, Prof. DR. Aji Dedi Mulawarman melihat adanya delegitimasi kekuatan Islam melalui pendidikan di Indonesia. Kesimpulan tersebut diketahui setelah pihaknya melakukan pengkajian kurikulum pendidikan dari mulai 1901 hingga saat ini.
Prof Aji mengatakan, pragmatisme politik umat Islam proyeksinya sudah dimulai sejak tahun 1901 melalui kurikulum nasional pendidikan. Namun, setelah dilakukan pengkajian dari mulai 1901 sampai sekarang, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap subtansi kurikulum pendidikan nasional.
"Artinya ada semacam delegitimasi kekuatan islam lewat pendidikan nasional," terangnya dalam acara Diskusi dan Refleksi atas Perjalanan Politik Kaum Muslimin Indonesia di Aula DPP Partai Bulan Bintang, Jakarta Selatan, Sabtu (9/1/2016).
Aji juga melihat adanya deideologisasi melalui jalur pendidikan. Hal tersebur dibuktikan dengan minimnya ketertarikan anak-anak muda kepada hal-hal yang bersifat ideologis.
"Mereka lebih tertarik jalan-jalan ke mall, ke bioskop, ke cafe-cafe, kalau diajak aktifitas sosial mereka jalan, tapi begitu mereka diajak kegiatan yang bersifat idiologis mereka mempertanyakan idiologisasi itu. Apakah itu salah satu dari bentuk deidiologisasi lewat jalur pendidikan nasional, itu patut dipertanyakan," ujarnya.
Dikatakan Dosen Pasca Sarjana Universitas Brawijaya itu, indikator lain delegitimasi nilai-nilai Islam melalui dunia pendidikan adalah dengan dihapuskannya kurikulum 2013.
"Mengapa kurikulum 2013 dihapus? Padahal, menurut saya itu adalah cara untuk memasukan nilai-nilai Islam akhirnya tergerus juga," tukasnya.
Dalam diskusi hadir juga Prof.DR. Mashuhulhaq Waketum PBB, Teguh Esha penulis novel Ali Topan Anak Jalanan dan Ketua MUI Pusat, KH Cholil Ridwan.
Reporter: Irfan | Editor: Ally | Jurnalislam