PALESTINA (jurnalislam.com)- Ada rasa frustrasi yang semakin berkembang di kalangan komandan angkatan bersenjata Israel terhadap Benjamin Netanyahu. Hal ini disebabkan oleh kegagalan perdana menteri Israel tersebut dalam menentukan tujuan perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, seperti yang diungkapkan dalam analisis di media Haaretz pada Jum’at (08/12/2023).
Artikel yang dimuat oleh Haaretz menyebutkan bahwa Herzi Halevi, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, menuntut agar kabinet darurat Netanyahu menetapkan dengan jelas tujuan perang di Gaza sebelum melakukan invasi darat. Namun, pada saat itu, Halevi tidak mendapatkan tanggapan.
Meski pasukan Israel sudah lebih dari sebulan melakukan invasi darat, Halevi masih menunggu agar tujuan perang tersebut ditetapkan dengan jelas. Artikel yang ditulis oleh analis militer dan pertahanan surat kabar Amos Harel ini menyiratkan bahwa kurangnya tujuan perang disebabkan oleh fokus Netanyahu yang hanya pada upaya mengamankan masa depan politiknya dan persiapan untuk pemilihan yang akan datang.
Netanyahu, sebagai pemimpin pemerintahan sayap kanan Israel, kini menghadapi oposisi yang kuat dan dukungan publik yang merosot. Netanyahu juga menjadi tersangka dalam sidang kasus suap yang sedang berlangsung.
Harel mengklaim bahwa yang mencolok sepanjang perang Israel di Gaza, bahkan sebelum dimulai, adalah ketakutan Netanyahu dan para pemimpin lainnya untuk mengambil keputusan.
“Seringkali terlihat bahwa perdana menteri lebih suka membiarkan militer memutuskan untuknya, sehingga dia bisa menyalahkan Staf Jenderal atas kegagalan yang terjadi,” tulis Harel.
Harel juga menuduh Netanyahu melakukan pencitraan “kelemahan dan populisme di mana Netanyahu lebih memilih pendekatan menunggu dan lihat. Lebih banyak waktu dihabiskan untuk kampanye politik dengan memperhatikan pemilu berikutnya, termasuk pemotretan bersama perwira dan prajurit.”
Menanggapi laporan Haaretz tentang kegagalan pemerintah dalam menentukan tujuan yang jelas untuk perang di Gaza, penulis Israel, Dan Adin, menulis di sosial media X bahwa “militer terus maju dan membayar mahal tanpa pemerintah menentukan tujuan militer atau politik yang jelas.”
Berita ini datang seiring dengan laporan lain yang menyatakan bahwa tentara Israel telah mengalami lebih dari 5.000 cedera, dengan rata-rata 60 cedera per hari, dan 2.000 di antaranya divonis cacat.
Meskipun tanpa tujuan yang konkret, perang Israel di Gaza telah menyebabkan kematian dan kehancuran massal, dengan 1,9 juta warga Palestina diungsikan dan lebih dari 17.000 warga sipil termasuk wanita dan anak-anak terbunuh.
Sumber: The New Arab
Reporter: Bahri