YAMAN (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 71 warga sipil tewas selama 48 jam terakhir dalam serangan udara koalisi militer pimpinan Saudi yang menargetkan pemberontak Syiah Houthi di Yaman, kata penduduk dan media setempat.
Warga mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa beberapa serangan udara menghujani ibu kota Sanaa pada Senin pagi (25/12/2017), menewaskan sedikitnya 11 orang, termasuk tiga anak dan dua wanita.
Delapan warga sipil, termasuk dua wanita, juga tewas dalam serangan di provinsi Hodeidah, 226km barat Sanaa, sementara empat warga sipil tewas dalam serangan di sebuah gedung pemerintah di provinsi pusat Dhamar
Sedangkan pada hari Ahadnya 48 warga sipil, termasuk 11 anak-anak, tewas dalam 51 serangan udara di Yaman.
83 Rudal Balistik Syiah Houthi Yaman Targetkan Arab Saudi
Tidak ada komentar langsung dari koalisi pimpinan-Saudi.
Menurut jurnal medis The Lancet, dampak perang terhadap lingkungan sipil padat di Yaman sangat menghancurkan.
Lebih dari 18 juta warga sipil tinggal di daerah yang dikuasai pemberontak, dengan persediaan makanan berkurang dan perawatan medis terbatas.
Yaman terkoyak oleh konflik sejak tahun 2014, ketika pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan tentara yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, berhasil menguasai daerah-daerah terpencil di negara tersebut, termasuk Sanaa.
Arab Saudi meluncurkan serangan udara besar-besaran melawan pemberontak sejak Maret 2015 untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Sejak saat itu, pemberontak Syiah Houthi berhasil disingkirkan dari sebagian besar wilayah selatan, namun tetap memegang kendali atas ibu kota dan sebagian besar wilayah utara.
Kerajaan Saudi mengintensifkan embargonya di Yaman bulan lalu, setelah pemberontak Houthi melepaskan sebuah rudal balistik ke Riyadh.
Blokade tersebut dimaksudkan untuk memotong pasokan senjata kepada pemberontak Houthi yang diduga berasal dari Iran, namun memiliki dampak buruk bagi jutaan warga, dan mendorong lebih dari delapan juta penduduknya menuju “sebuah kondisi kelaparan.”
Menurut PBB, perang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan melukai lebih dari 40.000 orang sampai saat ini.
Negara ini juga menghadapi wabah kolera yang mematikan, konsekuensi langsung dari perang tersebut, yang telah menewaskan sekitar 2.000 orang dan mempengaruhi lebih dari satu juta orang lainnya sejak April.