SANAA (jurnalislam.com)– Serangan udara Israel menghantam Bandara Internasional Sanaa pada Selasa (6/5/2025), menyebabkan seluruh aktivitas penerbangan dihentikan tanpa batas waktu dan menimbulkan kerugian sekitar USD 500 juta atau setara Rp8 triliun. Hal ini disampaikan oleh Otoritas Penerbangan Sipil Yaman pada Rabu (6/5/2025).
Direktur Jenderal Bandara Sanaa, Khaled Al-Shaif, mengatakan kepada saluran televisi Al-Masirah bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur bandara.
“Karena agresi Zionis di Bandara Internasional Sanaa dan kerusakan besar yang ditimbulkan, seluruh penerbangan dari dan ke bandara ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” ungkapnya.
Penilaian awal menunjukkan bahwa bangunan terminal, peralatan penting, dan fasilitas katering rusak parah. Enam pesawat terkena dampak, termasuk tiga unit milik Yemenia Airways, yang kini hanya memiliki satu pesawat aktif yang berada di Amman, Yordania. Pesawat-pesawat tersebut sebelumnya digunakan untuk evakuasi pasien yang membutuhkan perawatan medis di luar negeri.
Selain bandara, serangan udara juga menargetkan pembangkit listrik utama di ibu kota dan wilayah sekitarnya, serta pabrik semen di Provinsi Amran.
Militer Israel mengonfirmasi serangan tersebut sebagai balasan atas tembakan rudal kelompok Houthi ke Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, pada awal pekan ini. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menyatakan bahwa serangan itu berhasil membuat Bandara Sanaa tidak lagi beroperasi.
Kerusakan ini semakin memperparah kondisi sektor penerbangan sipil Yaman yang telah menurun tajam akibat konflik berkepanjangan. Dari 14 bandara yang beroperasi sebelum perang, hanya sebagian kecil yang masih berfungsi. Jumlah penumpang menurun drastis dari 2,7 juta pada 2014 menjadi hanya 653.000 pada akhir 2022.
Sebelumnya, Bandara Sanaa sempat dibuka kembali secara terbatas melalui gencatan senjata yang dimediasi PBB pada April 2022, memungkinkan penerbangan mingguan ke Amman. Namun, perluasan rute penerbangan terhambat oleh berbagai kendala politik dan logistik.
Kini, Yemenia Airways kembali menghentikan seluruh penerbangannya dari dan ke Sanaa, menghapus capaian kecil yang sempat diraih pasca pembukaan bandara.
Krisis Bahan Bakar Melumpuhkan Kehidupan di Yaman
Di sisi lain, wilayah Yaman yang dikuasai Houthi menghadapi krisis bahan bakar parah setelah serangan udara AS menghantam terminal minyak Ras Issa di Yaman barat pada 17 dan 25 April lalu. Serangan itu menghancurkan semua fasilitas pemuatan dan jaringan pipa bahan bakar, serta merusak kapal tanker Seven Pearls dan melukai tiga awak kapal berkewarganegaraan Rusia.
Perusahaan Minyak Yaman yang dikelola Houthi menyatakan telah menerapkan rencana darurat untuk mengatur pasokan bahan bakar yang semakin menipis. Kondisi ini telah melumpuhkan aktivitas masyarakat di Sanaa dan kota-kota lain, dengan jalanan yang kosong dari kendaraan dan kekhawatiran publik terhadap potensi kelangkaan bahan bakar seperti yang terjadi enam tahun lalu. (Bahry)
Sumber: TNA