Dari Syiah, Ahmadiyah, LGBT, JIL, Komunis Untuk Jokowi

Dukungan kepada Jokowi-JK nampaknya terus mengalir dari kelompok-kelompok sesat dan anti Islam di Indonesia. Syiah, Ahmadiyah, waria, JIL, telah menyatakan dukungannya untuk capres-cawapres nomor 2 itu.

Kemenangan dedengkot Syiah Indonesia, Jalaludin Rahmat pada pileg Jawa Barat telah membuat umat Islam waspada. Jalal yang menggunakan partai berlambang banteng moncong putih sebagai kendaraan politiknya dipastikan lolos ke Senayan setelah menang di dapil Jawa Barat II yang meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat dengan perolehan 39 ribu suara.

Bahkan pimpinan Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia (IJABI) itu mendapat ucapan selamat langsung dari salah satu tokoh Syiah internasional, Maulana Syed M Rizvi dalam sebuah video yang diunggah di Youtube 9 Mei lalu. (Gempar! Video Tokoh Syiah Ucapkan Selamat Pada Jalaludin Rahmat & Jokowi)

“Kami sudah dapat restu dari para ulama Syiah internasional untuk dukung Jokowi,” kata Koordinator Oase yang juga istri kedua Jalal, Emilia Renita saat menghadiri Forum Pemimpin Gereja-gereja Indonesia dukung Jokowi di Galeri Cafe Cikini Jakarta, Jumat (30/05/2014).

Syiah adalah kelompok sesat yang mengaku bagian dari Islam yang gemar mencaci dan mengkafirkan para sahabat Nabi SAW yang mulia. Kini kelompok sesat itu berseragam merah bersama PDIP.

Setelah Syiah, kelompok Islam sesaat lainnya yang ikut serta dalam barisan pendukung capres mantan walikota Solo dan Jakarta itu adalah Ahmadiyah. Melalui juru bicaranya, Deden Sujana, kelompok sesat yang meyakini adanya Nabi Allah setelah Rasulullah Muhammad SAW itu pada 16 Mei lalu menegaskan dukungannya terhadap Jokowi.

Deden menilai, sejauh ini hanya PDIP yang masih memiliki jiwa pluralisme dan peduli terhadap kelompok minoritas. Karena itu, ia mendukung penuh pencalonan Jokowi sebagai presiden. “Hanya PDIP yang fight membela Ahmadiyah,” tegasnya.

Tak mau kalah, kelompok wanita jadi-jadian alias waria juga turut mendukung Jokowi-JK. Ketua Forum Komunikasi Waria Se-Indonesia, Mami Yulie mengungkapkan ketertarikannya kepada Jokowi.

“Kami mendukung Jokowi-JK. Keduanya sederhana. Apalagi Jokowi telah membuktikan kepeduliannya terhadap masyarakat selama jadi Gubernur Jakarta,” kata Yulie kepada Tempo, Jumat, 30 Mei 2014.

“Intinya, sampai saat ini kami kaum waria Indonesia punya 80% dukungan untuk Jokowi-JK,” ujarnya.

Jika Waria sudah menyatakan dukungan untuk Jokowi, maka otomatis dukungan itu akan disambut oleh komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dan kelompok liberal (JIL) yang selama ini menjadi pembela terdepan mereka.

Dukungan kelompok liberal terhadap Jokowi itu tercium setelah tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), Luthfie Assyaukanie mengecam pencapresan Prabowo yang didukung partai-partai Islam. Dalam kicauan twitternya ia mengatakan, “Kalau presidennya Prabowo, partai-partai yang mengitarinya serem banget: anti-ahmadiyah, anti-KPK, anti-bandwith,dll,” tulisnya di akun twitter @idetopia. Meskipun adik capres Prabowo, Hashim Djojohadikusumo telah menegaskan komitmennya untuk melindungi kelompok-kelompok seperti Ahmadiyah, Muslim Syiah dan Kristen di Indonesia, dalam upaya untuk mempertahankan pluralisme dan Pancasila. (Adik Prabowo : Prabowo Akan Bela Ahmadiyah dan Syiah)

Sebuah artikel berjudul “Jokowi dan Bangkitnya Komunis Indonesia” menjelaskan kedekatan Jokowi dengan orang-orang komunis di Indonesia. Sayang, artikel yang diposting di kompasiana dan menjadi thread di kaskus itu kini telah dihapus. Terlepas dari itu, penolakan PDIP terhadap perda syariat, memata-matai masjid serta penolakan penutupan tempat pelacuran Dolly dan Jarak di Surabaya sudah cukup untuk membuktikan sikap PDIP atas umat Islam.

Jokowi dan sederet kelompok sesat yang mendukungnya telah memberi gambaran kelam bagi umat Islam Indonesia. Syiah berkuasa, kebebasan semakin meraja, pencampakan nilai-nilai agama, aliran sesat berkembang biak serta Syariat Islam yang akan diasingkan. Sudah siapkah umat Islam?

Umat Islam Indonesia sebagai penyumbang suara terbesar dalam pemilu selalu dihadapkan pada pemimpin yang tidak memihak Islam dan umat Islam. Pencapresan Prabowo yang didukung partai-partai Islam pun tidak menjanjikan apa-apa untuk keberlangsungan Syariat Islam. Moto “anti-asing” saja tidak cukup untuk menghancurkan dominasi asing yang telah begitu mengakar di negeri ini? Hingga beberapa pengamat mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi milik asing, semuanya.

Amaif

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.