Zionis Tuduh Pemimpin Gerakan Islam Palestina Bikin Rusuh di Tempat Suci Yerusalem

Zionis Tuduh Pemimpin Gerakan Islam Palestina Bikin Rusuh di Tempat Suci Yerusalem

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Pengadilan Zionis telah menuduh Syeikh Raed Salah, pemimpin cabang Gerakan Islam utara, dengan tuduhan menghasut untuk “perlawanan” sehubungan dengan kerusuhan mematikan di sebuah tempat suci di Yerusalem bulan lalu, kata kementerian kehakiman.

Salah, seorang warga Palestina di Israel, didakwa pada hari Kamis (24/8/2017) di pengadilan hakim Haifa dengan total enam tuduhan, termasuk tuduhan mendukung sebuah organisasi terlarang.

Kelompoknya dilarang pada tahun 2015 atas tuduhan penghasutan yang terkait dengan situs suci, kompleks Masjid Al-Aqsha, yang dikenal Yahudi sebagai Bukit Bait Suci. Tuduhan tersebut ditolak oleh Syiek Salah dan keputusan penjajah Israel untuk melarang gerakan tersebut masih diperdebatkan.

Pernyataan Kamis oleh kementerian kehakiman menuduh bahwa Syeikh Salah mengeluarkan “ungkapan pujian, simpati atau dorongan untuk tindakan terorisme” dalam berbagai kesempatan.

Pernyataan dugaan tersebut muncul dengan “latar belakang keamanan khusus” setelah serangan 14 Juli di mana tiga warga Palestina di Israel dari kampung halaman Salah, Umm al-Fahm, membunuh dua polisi di kompleks suci di Yerusalem Timur yang diduduki.

Penyerang ditembak mati oleh pasukan zionis lainnya.

Kementerian Kehakiman mengatakan pernyataan Syeikh Salah disampaikan pada pemakaman para penyerang di Umm al-Fahm dan dalam dua khotbah yang disampaikannya pada hari sholat Jumat di kota tersebut.

Pemakaman tersebut dihadiri oleh ribuan orang, beberapa di antara mereka bertopeng dan meneriakkan janji kepada penyerang yang tewas untuk “melanjutkan jalan Anda.”

Pengacara dan pendukung Syeikh Salah mengatakan bahwa khotbahnya selalu berada dalam batas kebebasan berbicara dan bahwa dia “menentang pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah”.

Mereka menyebut penahanan tahanan berusia 58 tahun itu sebagai intimidasi politik dan mengatakan bahwa penahanan itu dimaksudkan untuk membungkam perbedaan pendapat.

Setelah ditangkap pada 15 Agustus, Salah mengatakan bahwa penahanannya adalah “pencarian/pengejaran politik” dan bagian dari “mengejar warga Arab oleh pemerintah zionis”.

Mohammed Barakeh, ketua Komite Tinggi untuk warga Arab Israel, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penangkapan Syeikh Salah “adalah semacam tindakan anti-demokrasi untuk menempatkan penduduk Arab di Israel di bawah tekanan”.

Israel menanggapi serangan 14 Juli tersebut dengan memasang detektor logam dan peralatan keamanan lainnya di pintu masuk, hingga memicu demonstrasi di mana tujuh orang Palestina terbunuh oleh pasukan Israel.

Saat kerusuhan terjadi, seorang warga Palestina masuk ke sebuah rumah di sebuah pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang dijajah dan menikam empat orang Israel, menewaskan tiga orang.

Krisis tersebut berakhir ketika Israel memindahkan perangkat keamanan di lokasi tersebut, yang mencakup masjid al-Aqsha yang dihormati dan Dome of the Rock.

Penangkapan Syeikh Salah menyusul pembebasannya dari penjara pada Januari setelah menjalani hukuman sembilan bulan dengan tuduhan serupa.

Situs suci di Kota Tua adalah yang ketiga tersuci dalam Islam.

Bagikan