Turki, Rusia dan Iran Gagal Temui Kesepakatan di Astana

Turki, Rusia dan Iran Gagal Temui Kesepakatan di Astana

ASTANA (Jurnalislam.com) – Rusia, Turki dan Iran gagal memilah-milah rincian kesepakatan mengenai perang di Suriah, termasuk batas-batas dan pengaturan empat zona aman yang sebelumnya disepakati, menurut kepala juru runding Moskow.

Alexander Lavrentiev dari Rusia mengatakan pada hari Rabu (5/7/2017) bahwa dokumen yang menjelaskan bagaimana keempat zona tersebut harus bekerja “perlu disempurnakan” meskipun “telah disepakati secara mendasar” antara tiga pelaku utama, setelah dua hari melakukan perundingan di Kazakhstan.

Dia menambahkan bahwa tidak ada kesepakatan pasti mengenai isu “kekuatan spesifik apa” yang akan menjaga zona tersebut.

Namun, ketiga belah pihak telah membentuk sebuah kelompok kerja demi menyelesaikan kesepakatan untuk menciptakan zona de-eskalasi di Suriah, menurut sebuah pernyataan bersama.

Ketiga negara tersebut sebelumnya mengatakan akan mengadakan putaran pembicaraan berikutnya di Astana pada pekan terakhir bulan Agustus.

Moskow dan Teheran, yang mendukung rezim Nushairiyah Bashar al-Assad, dan Ankara yang mendukung kelompok oposisi, pada bulan Mei sepakat untuk menetapkan empat zona de-eskalasi dalam sebuah terobosan potensial untuk menenangkan perang yang telah menewaskan sekitar 470.000 orang sejak Maret 2011.

Walaupun pertempuran menurun beberapa pekan setelah kesepakatan tersebut, ketegangan di beberapa wilayah tetap terjadi, dan pemain internasional belum menyelesaikan batas-batas zona atau menentukan siapa yang akan mengawasi.

Andrew Simmons, Al Jazeera, melaporkan dari Astana, mengatakan bahwa Rusia akan meminta anggota Commonwealth of Independent States (CIS) untuk menggunakan pasukan proteksi di zona de-eskalasi.

“Sekarang itu adalah sebuah perkembangan, tapi ini hanya sebuah panggilan dan tidak membuktikan bahwa ada kesepakatan mengenai masalah ini,” tambahnya.

CIS dibentuk setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 sebagai sebuah organisasi yang merupakan kelompok negara yang diatur secara longgar.

Dalam upaya mengurangi rincian rencana Suriah, ketiga pihak mengadakan serangkaian pertemuan tertutup hari kedua di Astana pada hari Rabu, dengan partisipasi perwakilan rezim Suriah dan oposisi.

Konflik Suriah berevolusi dari tindakan brutal rezim terhadap aksi unjuk rasa tahun 2011 menjadi perang dahsyat yang telah menarik kekuatan dunia, termasuk Rusia dan sebuah koalisi internasional pimpinan AS.

Rusia telah mendorong perundingan di Astana sejak awal tahun ini karena berusaha untuk menenangkan Suriah setelah intervensi permainannya berubah di sisi Assad.

Bagikan