Setelah Pembantaian di Gereja, Trump: Skrining Ketat yang Masuk AS Terutama Umat Islam!

Setelah Pembantaian di Gereja, Trump: Skrining Ketat yang Masuk AS Terutama Umat Islam!

WASHINGTON (Jurnalislam.com) – “Pemeriksaan Ekstrim” bukanlah jawaban untuk menghentikan penembakan massal di AS, Presiden Donald Trump yang dikenal Anti-Islam mengatakan pada hari Selasa (6/11/2017).

Presiden Amerika Serikat bersikeras melakukan skrining ketat terutama bagi umat Islam yang ingin memasuki AS setelah serangan berdarah berturut-turut yang terjadi di negaranya.

Tetapi bagi mereka yang ingin membeli senjata api, pihak berwenang tidak perlu menerapkan aturan lain selain yang sudah ada di bawah undang-undang saat ini, meskipun banyak terjadi penembakan massal yang terus menumpuk di AS. “Tidak akan membantu,” kata Trump pada sebuah konferensi pers di South Korea, lansir Anadolu Agency.

Trump, yang dengan cepat selalu memberi label serangan jika dilakukan oleh umat Islam sebagai “serangan teroris”, namun dalam kasus ini ia mengatakan bahwa AS “dapat membiarkan sedikit waktu berlalu” (lupakan) sebelum mengambil isu pengendalian senjata menyusul pembantaian massal terburuk di negara bagian Texas pada hari Ahad dengan senjata api.

Pelaku Pembantaian Massal di Gereja AS Seorang Kristen, Trump: Itu Gangguan Mental

“Jika Anda melakukan apa yang Anda sarankan, tidak akan ada perbedaan tiga hari yang lalu,” kata Trump, menunjukkan bahwa peraturan pengendalian senjata yang lebih ketat mungkin malah mencegah seorang warga AS menggagalkan pelarian Devin Patrick Kelley setelah dia membunuh 26 jamaat di sebuah gereja di Sutherland Springs, tepat di luar San Antonio.

Devin Patrick Kelley, 26, seorang Kristen, pada hari Ahad mengenakan perlengkapan taktis hitam dan mengenakan rompi balistik membawa senapan serbu masuk ke gereja dan melepaskan tembakan membabi buta pada jamaat kebaktian Mingguan.

Seorang penduduk setempat yang tinggal di seberang jalan dari gereja tersebut menembak Kelley dengan sebuah senapan saat Kelley mencoba untuk pergi. Selama pengejaran singkat di mana dia dikejar oleh penduduk dan yang lainnya, pihak berwenang mengatakan Kelley menelpon ayahnya untuk mengatakan bahwa dia tertembak dan tidak yakin bahwa dia akan selamat.

58 Rakyatnya Tewas dalam Serangan di Konser Musik, Trump: Itu Kejahatan Murni Saja

Kelley ditemukan tewas tak lama setelah itu dari luka tembak yang ditimbulkan sendiri.

Angkatan Udara mengakui pada hari Senin bahwa pihak mereka melakukan kesalahan yang memungkinkan veteran militer itu untuk membeli senjata api. Kelley menerima pemecatan akibat kelalaian yang buruk dengan mengaku melakukan penganiayaan dalam rumah tangga. Seharusnya Angkatan Udara wajib mengungkapkan masalh ini kepada FBI.

Tapi Angkatan Udara tidak mengungkapkannya, dan membiarkan Kelley terhindar dari pembatasan yang mencegah orang-orang yang dihukum karena melakukan kekerasan dalam rumah tangga untuk membeli senjata api.

Bagikan