JAKARTA (Jurnalislam.com) – Sejarawan Indonesia, Dr. Tiar Anwar Bakhtiar mengkritik penggunaan istilah Islam Nusantara yang dicetuskan belum lama ini oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi Azra. Azyumardi menyebutkan hasil dari Islam Nusantara yaitu terjadinya dialog Islam yang universal dengan kebudayaan lokal.
“Definisi yang lebih rigid ialah fikihnya mazhab syafii, berpegang asy’ari maturidi, tasawufnya Ghazali,” papar Tiar dalam acara Seminar Akbar Islam dan Nusantara di Aula Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL), Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (27/06/2015).
Padahal, menurutnya, Islam Nusantara adalah konsep politik dan kewilayahan, yaitu nusantara yang terdiri dari Malaysia, Brunai, Singapura, Thailand, Myanmar, Vietnam.
“Maka yang hidup di sini bukan hanya mazhab Syafi'i, tasawufnya ghazali. Maka harus representatif dan harus mewakili semua yang ada di sini,” lanjut Ketua Pemuda Persis itu.
Tiar juga menyebutkan dalam sejarah Indonesia ada Tuanku Imam Bonjol yang diakui sebagai pahlawan Indonesia, kemudian dalam buku Parlindungan yang berjudul Tuanku Rao, ada pergerakan dan perkembangan mazhab Hanbali.
“Pengaruh Imam Bonjol dari Muhammad bin Abdul Wahab. Hanya dulu tidak ada istilah wahabi tapi hanbali. Saya kira perbedaan-perbedaan mazhab ini biasa saja, masalah fikih tidak ada persoalan”, tuturnya.
Tiar juga menuturkan, dalam sejarah Indonesia, Muhammadiyah sudah menyebarkan faham fikih yang tidak selalu Syafi’i, begitu juga juga organisasi masyarakat seperti Al-Irsyad dan Persis.
“Dan ada pendakwah-pendakwah lain yang tidak bergabung dengan ormas yang menyebarkan mazhab selain Syafi’i," ungkapnya.
Sudah hampir dua abad dan sekarang diklaim bukan dari Indonesia, menurut pria asal Garut itu aneh. “Maka yang membentuk nusantara ini bukan hanya satu mazhab saja tapi banyak mazhab,” pungkasnya.
Seminar Akbar Islam dan Nusantara merupakan seminar yang diadakan oleh Aliansi Pemuda Islam Indonesia (APII) dan didukung oleh AQL Islamic Centre, Young Islamic Leader (YI-Lead), Qur’anic Generation (Q-Gen), Komunitas Rajin Shalat dan Omah Peradaban. Selain Salim Fillah, Kandidat Doktor Sejarah Universitas Indonesia, Tiar Anwar Bakhtiar dan Ketua Dai dan Ulama se-ASEAN, Zaytun Rasmin, M.A., juga mengisi acara ini.
Seminar yang sama akan diadakan pada Ahad tanggal 05 Juli 2015 di lokasi yang sama dengan pembicara Guru Besar Universitas Padjajaran Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia, Dr. Hamid Fahmy Zarkasy, M.Phil., dan Pengkaji Budaya Jawa Susiyanto M.P.I.
Kontributor : Fikri | Editor : Ally | Jurniscom