Sedikitnya 74 Tentara dan 15 Polisi Myanmar Tewas dalam Pertempuran

Sedikitnya 74 Tentara dan 15 Polisi Myanmar Tewas dalam Pertempuran

MYANMAR (Jurnalislam.com) – Bentrokan dengan kelompok etnis di Shan State tenggara Myanmar telah menewaskan lebih dari 160 orang termasuk 74 tentara Myanmar, menurut militer Selasa (28/02/2017), lansir World Bulletin.

Pertempuran berlangsung intensif di daerah pegunungan di sepanjang perbatasan Myanmar-China sejak aliansi empat kelompok etnis melancarkan serangan gabungan pada bulan November tahun lalu.

Pada hari Selasa, militer mengeluarkan pernyataan yang mengatakan 74 tentara, 15 polisi, 13 milisi lokal dan 13 warga sipil tewas selama konflik yang berlangsung 4 bulan di Shan yang bergolak.

Ia menambahkan bahwa sedikitnya 45 anggota kelompok etnis tewas dan empat lainnya ditangkap hidup-hidup oleh pasukan militer.

Pada bulan November, pasukan gabungan dari Aliansi Utara (the Northern Alliance), yaitu the Kachin Independence Army (KIA), Ta’ang National Liberation Army (TNLA), Myanmar National Democratic Alliance Army (MNDAA) dan Arakan Army (AA) – menyerang pos pemeriksaan militer, pos-pos polisi dan the 105th Mile Trade Zone di kota Muse.

Kelompok etnis telah menguasai kota strategis Mongkoe di daerah tersebut selama hampir tiga pekan, namun mengundurkan diri setelah pasukan pemerintah menyerang menggunakan helikopter militer dan senjata berat pada awal Desember.

Meskipun pengumuman pemerintah selanjutnya menyebutkan bahwa daerah tersebut telah dikendalikan, pertempuran masih terjadi.

Sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948, telah terjadii konflik bersenjata yang melibatkan kelompok etnis di Myanmar (kemudian berubah menjadi Burma) selama lebih dari setengah abad.

Sebagai pengganti junta pada tahun 2011, pemerintahan kuasi-sipil mantan Presiden Thein Sein memulai pembicaraan damai dengan kelompok-kelompok etnis.

Pembicaraan itu menghasilkan Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (the Nationwide Ceasefire Agreement-NCA), kesepakatan damai bersejarah antara pemerintah dan delapan dari 15 kelompok etnis yang diundang. Namun, beberapa kelompok etnis utama menjauhkan diri.

Myanmar masih menyaksikan beberapa pertempuran sengit antara kelompok etnis tertentu dan militer meskipun pemerintah sipil telah mengambil alih kekuasaan pada Maret 2016.

Penasihat Negara Aung San Suu Kyi telah berulang kali menyerukan kelompok etnis tersebut untuk bergabung dengan proses perdamaian dengan menandatangani NCA.

Namun, tujuh kelompok etnis merilis pernyataan bersama pada hari Jumat mengatakan mereka telah memutuskan untuk tidak menandatangani perjanjian gencatan senjata, mengatakan NCA tidak bisa membawa perdamaian karena tidak memiliki inklusifitas.

“Sebaliknya, kita harus menempuh sebuah jalan baru untuk perdamaian,” kata kelompok setelah bertemu di kota perbatasan Pangkham di Shan.

Di antara kelompok ini adalah KIA, MNDAA, TNLA, AA, United Wa State Army, National Democratic Alliance Army dan Shan State Army-North.

Bagikan