RIYADH (Jurnalislam.com) – Arab Saudi sedang mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat tentang pengiriman pasukan darat ke Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional yang lebih luas, kata menteri luar negeri kerajaan itu.
Dalam komentarnya pada hari Selasa (17/4/2018), Adel al-Jubeir mengatakan tawaran penyebaran pasukan itu “bukanlah hal baru,” menambahkan bahwa Riyadh sebelumnya telah mengusulkan gagasan itu kepada mantan Presiden AS Barack Obama.
“Kami sedang berdiskusi dengan AS, dan telah melakukan pembicaraan tentang pengiriman pasukan ke Suriah sejak awal krisis Suriah,” kata al-Jubeir kepada wartawan di Riyadh selama konferensi pers bersama Antonio Guterres, kepala PBB.
“Kami [sebelumnya] membuat proposal kepada pemerintahan Obama bahwa jika AS mengirim pasukan … maka Arab Saudi akan mempertimbangkan bersama dengan negara lain mengirimkan pasukan sebagai bagian dari kontingen ini.”
Suruh AS Kembali ke Suriah, Trump ke Salman: Saudi Harus Bayar dulu Biaya Militer AS ke Suriah
Kerajaan mengumumkan kesiapannya untuk menurunkan pasukan darat pada tahun 2016 untuk melawan kelompok Islamic State (IS) di Suriah.
Walaupun angkatan udara Saudi ikut serta dalam serangan udara untuk mengalahkan IS sejak awal tahun 2014, kerajaan Teluk tersebut berhenti menurunkan pasukan darat mereka sepenuhnya.
Berita itu muncul sehari setelah Wall Street Journal melaporkan Presiden AS Donald Trump sedang berupaya merakit kekuatan Arab yang akan mencakup Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk menggantikan kehadiran militer AS di Suriah.
Pasukan, yang diharapkan oleh Penasihat Keamanan Nasional Trump yang baru, John Bolton, juga mencakup Mesir, akan bertanggung jawab untuk menstabilkan bagian timur laut Suriah, menurut laporan itu.
Patty Culhane dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, mencatat bahwa pertahanan AS “akan sangat berhati-hati” menghadapi rencana Saudi.
“Ada kekhawatiran besar di antara kepemimpinan di dalam militer [AS] tentang kemampuan pasukan Saudi – lihat saja perang di Yaman dimana AS telah membantu mereka bertarung dengan intelijen dan pengisian bahan bakar,” kata Culhane.
“Terjadi bencana kemanusiaan, sejumlah sekolah dan rumah sakit diserang, menimbulkan keprihatinan besar di kalangan aktivis hak asasi manusia.”
Pertanyaan kunci lainnya adalah apa yang akan terjadi pada pasukan AS di Suriah dan apakah mereka diharapkan untuk tetap sebagai bagian dari misi yang diperluas, tambah Culhane.
“Belum sepenuhnya jelas bahwa Trump akan baik-baik saja dengan itu,” tambahnya.
AS memiliki sekitar 2.000 tentara yang ditempatkan di dalam wilayah Suriah, menurut Pentagon.