Ponpes Darul Huda Gasol Luluhlantak, Ratusan Santri Pilih Bertahan Temani Sang Kiai

Ponpes Darul Huda Gasol Luluhlantak, Ratusan Santri Pilih Bertahan Temani Sang Kiai

CIANJUR (Jurnalislam.com) – Musibah gempa bumi yang terjadi di Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu akan selalu diingat oleh para santri Ponpes Darul Huda Kampung Gasol Desa Cugenang Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur.

Gempa tektonik dengan kekuatan 5,6 magnitudo itu meluluhlantakkan kelas dan bangunan pondok pesantren termasuk rumah Sang Kyai pimpinan pondok.

Kisah pilu ini diceritakan kembali oleh dua santri Ponpes Darul Huda kepada Jurnalislam.com saat tim Jurnis mendatangi lokasi pada Senin (29/11/2022).

 

Selepas dzuhur, setelah istirahat makan siang, Ibnu (23) dan Ali (23) bergegas kembali ke kelas. Dua santri Ponpes Darul Huda itu akan melanjutkan jadwal kajian kitab kuning bersama puluhan santri lainnya. Hari itu, para santri akan mendengarkan penjelasan Kitab Bayan dari Akang, begitu para santri memanggil KH Baden, pimpinan pondok Darul Huda.

 

Kajian berjalan seperti biasa. Akang menjelaskan bait per bait isi kitab dan santri menyimak dengan seksama. Agar kajiannya bisa diulang, Ibnu selalu merekam suara setiap kajian agar ia bisa mendengarkan kembali apabila ada yang kurang dipahami.

Namun baru saja beberapa saat kajian dimulai, sekira pukul 14.15 tiba-tiba gempa berkekuatan M 5,6 mengguncang mereka. Kengerian suasana saat itu pun terekam jelas dalam rekaman audio milik Ibnu.

“Kami langsung lari meninggalkan kelas Wah pokoknya ngeri,” tutur Ibnu mengenang suasana saat itu.

“Tapi alhamdulillah semuanya selamat, engga ada korban jiwa,” lanjut Ibnu.

Ibnu dan santri lainnya bersyukur bisa selamat. Pasalnya, nyaris semua bangunan pondok ambruk termasuk ruang kelas dia pun rusak berat.

Ada sekitar 300 santri yang mondok di Ponpes Darul Huda. Sebagian besar santri memilih bertahan di Pondok menemani Akang.

 

“Yang pulang hanya yang terluka aja, mereka dijemput keluarganya,” kata Ibnu.

Saat ini ratusan santri menempati 10 tenda terpal besar yang didirikan di sawah sekitar pondok. Sementara Akang tinggal ditenda Doom untuk 4 orang.

“Akang juga disini engga mau ngungsi, beliau di tenda kecil gitu,” sambungnya.

Ibnu adalah santri asal Tangerang yang telah 2 tahun mondok di Darul Huda. Keinginan itu muncul ketika ia diajak orangtuanya berkunjung ke Darul Huda yang merupakan tempatnya dulu menuntut ilmu. Setengah tahun kemudian, Ali menyusul Ibnu.

Reporter: Ally M Abduh

Bagikan