Perundingan Damai Suriah Putaran Ketiga akan Digelar Hari ini di Astana

Perundingan Damai Suriah Putaran Ketiga akan Digelar Hari ini di Astana

ASTANA (Jurnalislam.com) – Peserta tiba di Astana, ibukota Kazakhstan pada hari Senin (13/03/2017) untuk menghadiri putaran ketiga pembicaraan Suriah di sana, kata menteri luar negeri Kazakhstan.

“Delegasi tiba hari ini untuk berpartisipasi dalam proses Astana putaran berikutnya untuk menyelesaikan situasi di Suriah,” kata Kairat Abdrakhmanov, lansir Anadolu Agency.

Astana pada hari Selasa (14/03/2017) akan menjadi tuan rumah pertemuan dua hari lagi yang dihadiri oleh perwakilan dari Rusia, Turki, dan Iran.

“Untuk saat ini, saya tidak bisa mengatakan siapa lagi yang akan menghadiri pembicaraan,” kata Abdrakhmanov. Dia menegaskan partisipasi tiga negara penjamin, seraya menambahkan: “Kami sedang menunggu konfirmasi dari peserta lain.”

Oposisi Suriah, pada hari Sabtu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka diundang untuk pembicaraan tapi menuntut ditutupnya pembicaraan setelah 20 Maret, mengutip pelanggaran gencatan senjata.

Delegasi oposisi Osama Abu Zaid mengatakan di akun Twitter pribadinya bahwa oposisi tidak akan menghadiri pembicaraan.

Kementerian Luar Negeri Kazakhstan juga mengirimkan undangan untuk perwakilan PBB, Amerika Serikat, dan Yordania.

Abdrakhmanov mengatakan kehadiran Jordan akan memastikan partisipasi oposisi Suriah dalam rapat.

Tentang format pertemuan, menteri mengatakan: “Format dan agenda pembicaraan tergantung pada negara-negara penjamin, yaitu Rusia, Turki, dan Iran.”

Setelah gencatan senjata yang mulai berlaku pada 30 Desember, putaran pertama perundingan Suriah di Astana yang diadakan pada tanggal 23 Januari dan 24 ditengahi oleh Turki, yang mendukung oposisi, dan Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Syiah Bashar al Assad.

Suriah telah terkunci dalam perang global sejak awal 2011, ketika rezim Nushairiyah Bashar al-Assad menumpas aksi unjuk rasa dengan keganasan militer tak terduga.

Sejak itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta lainnya menjadi pengungsi di seluruh negeri yang babak belur akibat perang- itu, menurut PBB.

Bagikan