Pernyataan Komunitas Muslim Rochdale Terkait Islamophobia di Inggris

ROCHDALE (Jurnalislam.com) –  Anggota Komunitas Muslim Rochdale mengatakan mereka telah menghadapi rasisme yang “belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak dapat diterima” – dan menyerukan seluruh bagian dari masyarakat untuk mengambil sikap terhadap Islamophobia.

Sekelompok pemimpin lokal berkumpul untuk berbicara tentang meningkatnya kekerasan dan diskriminasi yang dialami oleh orang Asia setelah skandal tahun 2012.

Mereka mengatakan, fokus 'berlebihan' terhadap pelaku kejahatan seksual dari etnis dan agama non-kulit putih telah menyebabkan 'stigmatisasi' dalam komunitas mereka – yang berarti bahwa Islamophobia sekarang menjadi 'norma yang dapat diterima'.

Komunitas Muslim Rochdale yang merupakan koalisi para pemimpin lokal tersebut mengatakan bahwa mereka ingin mengajak orang-orang di seluruh kota untuk membasmi kebencian terhadap Muslim.

Dalam sebuah pernyataannya yang dikirim ke MEN (Manchester Evening News), Selasa (18/11/2014). Mereka mengatakan : "Telah jelas bagi siapa pun yang mengikuti acara di media bahwa Islam digambarkan secara negatif dan bahwa Muslim yang tinggal di Inggris menanggung beban diskriminasi dan kekerasan.”

"Hal ini akan tidak hanya mengakibatkan perasaan difitnah tapi bisa berpotensi menimbulkan kerusakan kohesi sosial dalam masyarakat. Komentar yang tidak bertanggung jawab dari politisi senior lokal dan nasional membantu penggambaran negatif dari komunitas Muslim.

"Berkali-kali beberapa politisi dan media telah berusaha untuk menyamakan isu-isu seperti kejahatan dan komunitas Muslim sebagai satu dan sama.

"Informasi yang salah akan menstigmatisasi seluruh komunitas Muslim. Ini berarti bahwa xenophobia terhadap Muslim kini telah menjadi norma yang dapat diterima."

Pernyataan sikap ini timbul setelah sekelompok sopir taksi Asia melakukan aksi mogok di Heywood, setelah atasan mereka mengungkapkan bahwa perusahaannya, Mobil 2000, akan menyediakan sopir taksi berkulit putih sesuai permintaan konsumen. Para sopir Asia itu juga menggambarkan bagaimana mobil mereka telah secara teratur diserang atau dirusak setelah terjadinya skandal tahun 2012.

Pada tahun 2012, sembilan orang dari Rochdale dipenjara akibat kejahatan seksual yang melibatkan anak perempuan di wilayah sekitar barat laut.

Komunitas Muslim Rochdale mengatakan, sejak kejadian itu pelaku pedofil sering disamaratakan dan disebut sebagai 'orang Asia', sedangkan etnis dan agama dari pelaku kejahatan seksual lainnya seperti Jimmy Savile, Stuart Hall dan mantan anggota parlemen Rochdale, Cyril Smith, diabaikan oleh media – meskipun mereka telah menyalahgunakan posisi dan kekuasaan mereka untuk melakukan pelecehan terhadap perempuan yang rentan, anak perempuan dan anak laki-laki dalam kurun waktu yang lama.

Komunitas Muslim Rochdale juga menambahkan: "Sayangnya, kita sekarang menghadapi situasi di mana penghinaan bagi komunitas Muslim adalah sesuatu yang dianggap dapat diterima.”

"Kami tidak ingin kembali ke situasi dimana diskriminasi terhadap minoritas menjadi sebuah norma. Kami percaya bahwa semua segmen masyarakat memiliki kewajiban untuk berdiri melawan Islamophobia, tidak peduli seberapa halus atau jelas Islamophobia itu disampaikan.

"Kami bermaksud untuk melipatgandakan upaya kami untuk mengurangi kesalahpahaman yang diakibatkan oleh komentar yang tidak bertanggung jawab, tidak hanya dari sayap kanan tetapi juga politisi utama dan media.

"Bagian dari rencana aksi kami adalah mendidik masyarakat luas tentang Islam sehingga membantu mengatasi stereotip terhadap Islam."

Pernyataan itu juga ditandatangani oleh Mazhar Khan dari Forum Muslim Manchester, Kasim Javed pengusaha lokal, Saaqib Ali dari Project Madinah, dan Tayab Nabi dan Kamran Khaldi – keduanya dari Asosiasi Pengemudi Sewa Swasta Rochdale (RAPHD).

Berikut adalah teks lengkap dari pernyataan:

Selama beberapa minggu terakhir, telah jelas kondisi diskriminatif dan kekerasan yang kami alami sebagai bagian dari komunitas Muslim di kota kecil Rochdale. Mulai dari sikap rasis hingga kekerasan, situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan benar-benar tidak dapat diterima. Untuk itu, kami ingin menyatakan hal-hal berikut:

1. Telah jelas bagi siapa pun yang mengikuti berita di media bahwa Islam digambarkan secara negatif dan bahwa Muslim yang tinggal di Inggris menanggung beban diskriminasi dan kekerasan. Hal ini akan tidak hanya mengakibatkan perasaan difitnah tapi bisa berpotensi menimbulkan kerusakan kohesi sosial dalam masyarakat.

2. Komentar yang tidak bertanggung jawab dari politisi senior lokal dan nasional membantu penggambaran negatif dari komunitas Muslim. Berkali-kali beberapa politisi dan media telah berusaha untuk menyamakan isu-isu sepertikejahatan dan komunitas Muslim sebagai satu dan sama. Informasi yang salah akan menstigmatisasi seluruh komunitas Muslim. Ini berarti bahwa xenophobia kasual terhadap Muslim kini telah menjadi norma yang dapat diterima.

3. Perlu dicatat, bahwa prevalensi kriminalitas di masyarakat seperti kejahatan seksual dan penyalahgunaan narkoba adalah karena masalah sosial yang lebih luas. Menurut NSPCC (Lembaga Pencegahan Kekerasan pada Anak) hampir seperempat (24,1%) dari orang dewasa muda mengalami pelecehan seksual (termasuk kontak dan non-kontak), oleh orang dewasa atau teman sebaya selama masa kanak-kanak.

Nazir Afzal, Crown Prosecution Service yang menangani pelecehan seksual anak dan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, menjelaskan bahwa "Kami telah menemukan kasus di seluruh negeri dan etnis para pelaku bervariasi tergantung di mana Anda berada … Jadi bukan ras atau etnis pelaku yang menentukan, namun sikap mereka terhadap perempuanlah yang menentukan (apakah mereka seorang pelaku kejahatan atau tidak)."

Selain itu, laporan Ann Coffey baru-baru ini menemukan bahwa kejahatan sistematis terhadap anak laki-laki dan perempuan ternyata telah menjadi norma sosial di beberapa bagian Greater Manchester karena dipicu oleh video musik eksplisit dan kuasi-porno selfies.

4. Fokus 'berlebihan' terhadap pelaku kejahatan seksual dari etnis dan agama non-kulit putih telah menyebabkan 'stigmatisasi' dalam komunitas mereka – yang berarti bahwa Islamophobia sekarang menjadi 'norma yang dianggap dapat diterima'. Sedangkan etnis dan agama yang dianut orang seperti Jimmy Saville, Cyril Smith (mantan anggota parlemen dari Rochdale), Stuart Hall, Max Clifford dll – tidak satu pun dari mereka merupakan Muslim atau Asia telah diabaikan oleh media yang lebih luas, meskipun mereka telah menyalahgunakan posisi dan kekuasaan mereka untuk melakukan pelecehan terhadap perempuan yang rentan, anak perempuan dan anak laki-laki dalam kurun waktu yang lama. Ketidakkonsistenan ini merupakan indikasi dari profil politik dan media yang fanatik yang telah menghasilkan stigmatisasi terhadap masyarakat Muslim.

5. Sayangnya, kita sekarang menghadapi situasi di mana penghinaan bagi komunitas Muslim seolah menjadi sesuatu yang dapat diterima. Kami tidak ingin kembali ke situasi dimana diskriminasi terhadap minoritas menjadi sebuah norma. Kami percaya bahwa semua segmen masyarakat memiliki kewajiban untuk berdiri melawan Islamophobia tidak peduli seberapa halus atau jelas Islamophobia itu disampaikan. Kami bermaksud untuk melipatgandakan upaya kami untuk mengurangi kesalahpahaman yang diakibatkan oleh komentar yang tidak bertanggung jawab, tidak hanya dari sayap kanan tetapi juga politisi utama dan media. Bagian dari rencana aksi kami adalah mendidik masyarakat luas tentang Islam sehingga membantu mengatasi stereotip terhadap Islam." [ded412/M.E.N]

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.