Perantau di Jakarta Kebingungan Bayar Kontrakan

Perantau di Jakarta Kebingungan Bayar Kontrakan

JAKARTA(Jurnalislam.com) — Krisis akibat wabah virus Corona atau Covid-19 mulai berdampak terhadap masyarakat kelas menengah ke bawah.

Hal itu terutama bagi mereka yang hidup di perantauan dengan menempati kontrakan atau indekos di kota-kota besar, seperti Jakarta. Sampai-sampai untuk membayar kontrakan atau indekos harus berjibaku.

Salah satunya, Ahmad Panjul (34 tahun) pekerja pemasaran (sales) produk kartu kredit di salah satu bank swasta ternama di Jakarta. Hampir satu bulan dia banting setir dengan berjualan buah dan sayuran setelah pekerjaannya terdampak Covid-19.

“Di-PHK sih tidak, tapi kan nggak dapat nasabah dan nggak dapat intensif (gaji). Sekarang mah jualan saja dulu, meski hasilnya kadang kurang untuk makan saja,” keluh Panjul saat, Jumat (24/4).

Panjul mengakui, untung dari jualan keliling tidak seberapa bahkan kadang kurang untuk dibawa pulang.

Untuk bisa mencukupi keperluan sehari-hari, bayar kontrakan, listrik, termasuk tagihan-tagihan, Panjul terpaksa harus mencari pinjaman. Sebab, tidak mungkin dirinya harus menunggak bayar kontrakan atau menunda pembayaran token listrik.

“Ya terpaksa gali lubang tutup lubang, buat bayar kontrakan misalnya. Kalau makan mah insya Allah bisa dihemat seirit-iritnya, tapi kalau listrik, air kan nggak bisa harus tetap bayar,” kata bapak dua anak itu.

Apalagi setelah wilayah Jakarta dan juga Tangerang Selatan tempat dia tinggal menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Bahkan Jakarta sudah perpanjang, usai dua pekan menerapkan PSBB, Panjul mengaku semakin sulit untuk mencari pembeli buah dan sayurnya.

Hal itu karena dia tidak bisa sembarang masuk gang-gang atau perumahan untuk keliling menjajakan dagangannya.

“Pusing nggak ada penghasilan, gara-gara PSBB jualan semakin susah. Kalau begini terus (krisis) mungkin boyong saja ke kampung, setidaknya nggak bayar kontrakan di sana,” ucap Panjul dengan nada pilu.

Terkait bantuan sosial (bansos) yang digembor-gemborkan pemerintah di berita-berita televisi, media massa juga media sosial, belum dirasakannya.

Bahkan Panjul mengaku belum mengetahui cara mendapatkan setidaknya mendaftar penerima bantuan selain kartu prakerja. Menurutnya, pemerintah perlu gencar sosialisasi cara rakyat mendapatkannya bukan nilai yang dikeluarkan negara.

“Mestinya saat kondisi seperti ini, pemerintah kudu jemput bola, biar kita juga tetap di rumah sesuai anjuran pemerintah. Tapi bagaimana pun juga kita tetap harus bersyukur sampai detik ini masih ada rizki yang didapat, semoga krisisi ini cepat berlalu,” kata Panjul.

Sumber: republika.co.id

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.