PARIS (Jurnalislam.com) – Sebuah kesepakatan yang dicapai bulan lalu di Istanbul di provinsi barat laut Suriah, Idlib, mencegah hasil yang lebih buruk di sana, kata menteri luar negeri Prancis, Selasa (27/11/2018).
Dalam konferensi pers di Paris dengan timpalannya dari Rusia Sergey Lavrov, Jean-Yves Le Drian mengatakan: “Sekarang kami ingin memperkuat perjanjian gencatan senjata dan pindah ke proses politik di Suriah.”
Le Drian mengatakan ada kerja sama yang erat antara Rusia dan Perancis dan menyerukan kelanjutan dialog meskipun mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai beberapa masalah.
Setelah setuju untuk membentuk zona demiliterisasi di Idlib pada pertemuan 17 September di Sochi antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin, pada 27 Oktober, Turki menjadi tuan rumah pertemuan empat negara di Suriah antara Turki, Rusia, Jerman, dan Prancis.

Dalam pernyataan bersama, para pemimpin menekankan pentingnya mempertahankan perang melawan kelompok teror, sepenuhnya menerapkan langkah-langkah efektif, dan gencatan senjata permanen yang akan dipatuhi masing-masing pihak.
Tentang konfrontasi hari Ahad antara Rusia dan Ukraina di pintu masuk ke Laut Azov, Le Drian mengatakan pembangunan senjata di kawasan itu akan “meningkatkan ketegangan dan mengarah ke masalah baru seperti yang terjadi pada hari Ahad.”
Baca juga:
-
Turki Turunkan Jumlah Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib 4 Kali Lipat
-
Jubir Rusia: Turki Terus Bekerja Keras untuk Penuhi Kesepakatan Idlib
-
Seniman Idlib Lukis Grafiti Jamal Khashoggi sebagai Bentuk Solidaritas
-
LSM Turki Bagikan 10 Juta Roti di Idlib Suriah
Menyerukan untuk menahan diri, Le Drian menyuarakan harapan untuk upaya lanjutan Rusia tentang masalah ini.
Lavrov sebaliknya mengatakan ketegangan itu sengaja didorong dan bahwa tidak diperlukan mediasi antara Rusia dan Ukraina.
Pada hari Ahad, tiga kapal angkatan laut Ukraina di Laut Hitam bergerak untuk memasuki Selat Kerch untuk mencapai Lautan Azov.
Insiden itu berakhir dengan beberapa prajurit Ukraina tewas atau terluka dan kapal-kapal Ukrania disita oleh militer Rusia.
Rusia dan Ukraina telah berselisih sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea setelah referendum yang kontroversial.
Turki, serta Majelis Umum PBB, melihat aneksasi itu sebagai tindakan ilegal.
Ukraina juga menyalahkan Rusia atas kekerasan separatis di timur Ukraina, dekat perbatasan dengan Rusia.
3 thoughts on “Perancis: Kesepakatan Istanbul atas Idlib, Cegah Suriah Jadi Buruk”