JABALPUR (jurnalislam.com)- Sebuah video dari Jabalpur, negara bagian Madhya Pradesh, memicu kemarahan publik setelah memperlihatkan Anju Bhargava, yang diidentifikasi sebagai pemimpin lokal Partai Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, diduga melecehkan dan menyerang seorang perempuan Kristen tunanetra yang tengah menghadiri perayaan Natal.
Dalam rekaman tersebut, Anju Bhargava terlihat bersama anggota kelompok Hindu Raksha Dal memasuki sebuah gereja dan bertindak tidak sopan terhadap jemaat. Mereka menuduh para hadirin melakukan upaya pemaksaan perpindahan agama, tuduhan yang kerap digunakan kelompok Hindu garis keras untuk membenarkan gangguan terhadap minoritas agama.
Aksi tersebut memicu kecaman luas. Partai oposisi Kongres India mengecam peristiwa itu sebagai bentuk “kekejaman dan ketidakpekaan yang tidak dapat diterima”, terutama karena korban yang dilecehkan merupakan penyandang disabilitas.
Tekanan publik akhirnya memaksa BJP cabang Jabalpur mengeluarkan surat peringatan kepada Anju Bhargava dan meminta klarifikasi resmi.
“Kami telah meminta Anju Bhargava untuk menjelaskan perilakunya sebagaimana terlihat dalam video,” ujar Ketua BJP Jabalpur, Rakesh Sonkar.
“Dia diberikan waktu tujuh hari untuk menyampaikan tanggapannya.”
Namun, Bhargava membantah melakukan kesalahan. Ia mengklaim tindakannya didasarkan pada informasi dari sejumlah “aktivis” lokal yang menuduh bahwa perempuan tunanetra tersebut ditahan secara paksa di sebuah bangunan bobrok di dekat gereja.
Klaim tersebut dibantah pihak kepolisian, yang menyatakan bahwa tidak ada laporan resmi terkait dugaan penahanan paksa tersebut.
Lembaga pemantau penganiayaan terhadap umat Kristen, Open Doors, menyatakan “sangat terkejut” atas dugaan tindakan Anju Bhargava dan mendesak agar pihak berwenang mengambil langkah tegas.
“Insiden yang ditargetkan ini, terutama terhadap para penyanyi lagu Natal dan jemaat yang beribadah secara damai, merupakan pelanggaran serius terhadap jaminan konstitusional kebebasan beragama serta hak untuk hidup dan beribadah tanpa rasa takut,” demikian pernyataan Open Doors, dikutip dari The Independent, Kamis (25/12/2025).
Sementara itu, Forum Kristen Bersatu (United Christian Forum) melaporkan telah mencatat lebih dari 600 insiden dugaan serangan terhadap umat Kristen di seluruh India sepanjang tahun ini. Insiden tersebut mencakup penyerangan massa, perusakan rumah, hingga penggerebekan dan gangguan ibadah.
Di sisi lain, kelompok vigilante Hindu Vishwa Hindu Parishad (VHP) secara terbuka menyerukan umat Hindu untuk tidak ikut serta dalam perayaan Natal. Organisasi tersebut diketahui memiliki kedekatan ideologis dengan ekosistem politik sayap kanan Hindu, termasuk partai penguasa.
Sekretaris Jenderal VHP, Surendra Gupta, dalam sebuah surat yang beredar bulan lalu menyatakan bahwa partisipasi umat Hindu dalam perayaan agama lain “dapat mengarah pada penerimaan sosial terhadap agama lain”. Ia menyebut seruan tersebut sebagai bagian dari upaya “membangkitkan kesadaran budaya” umat Hindu.
Umat Kristen sendiri hanya mencakup sekitar 2,3 persen dari total populasi India yang berjumlah sekitar 1,4 miliar jiwa, menjadikan Kristen sebagai agama terbesar ketiga setelah Hindu dan Islam.
Kelompok-kelompok Kristen telah berulang kali melaporkan intimidasi dan kekerasan oleh kelompok vigilante Hindu yang diduga bersekutu dengan BJP. Meski demikian, tuduhan tersebut secara konsisten dibantah oleh partai penguasa. (Bahry).