Pemerintahan Baru Suriah Buka Peluang Tinjau Ulang Perjanjian dengan Rusia

Pemerintahan Baru Suriah Buka Peluang Tinjau Ulang Perjanjian dengan Rusia

MOSKOW (jurnalislam.com)– Rusia dan Suriah mengisyaratkan akan memperkuat hubungan bilateral dan meninjau kembali sejumlah perjanjian yang dibuat pada era pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, menyusul ketidakpastian mengenai masa depan dua pangkalan militer Rusia di Suriah.

Isyarat tersebut muncul dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, di Moskow pada Kamis (31/7). Kunjungan Shaibani merupakan yang pertama kali dilakukan oleh pejabat tinggi Suriah ke Rusia sejak tergulingnya Assad dalam serangan kilat oleh kelompok pejuang tahun lalu.

“Tentu saja, kami tertarik agar Rusia tetap berada di pihak kami,” ujar Shaibani dalam pernyataan kepada Lavrov. Namun ia juga menekankan bahwa hubungan kedua negara menghadapi tantangan dan memerlukan penyesuaian.

Pangkalan militer Rusia di Tartus (angkatan laut) dan Hmeimim (angkatan udara) yang terletak di pesisir Mediterania Suriah selama ini menjadi satu-satunya pos militer resmi Moskow di luar wilayah bekas Uni Soviet. Kedua fasilitas tersebut berperan penting dalam dukungan militer Rusia terhadap rezim Assad selama konflik berkepanjangan di Suriah sejak 2015.

Namun, tidak jelas apakah pemerintahan baru di Suriah, yang kini dipimpin kelompok Islamis, akan mengizinkan Rusia mempertahankan kehadiran militernya di negara itu.

Lavrov menyatakan kesiapan Moskow untuk membantu Suriah dalam proses rekonstruksi pascakonflik, serta untuk meninjau kembali “perjanjian dan kontrak yang dibuat dalam konteks politik yang berbeda.”

Pernyataan senada disampaikan Shaibani, yang menyebut bahwa peninjauan ulang terhadap perjanjian-perjanjian lama diperlukan demi memastikan bahwa isi kesepakatan tersebut “benar-benar melayani kepentingan rakyat Suriah.”

Kedua menteri tidak memberikan keterangan apakah status sewa dua pangkalan militer Rusia, yang dijadwalkan berlaku hingga tahun 2066, turut dibahas dalam pertemuan tersebut.

“Suriah membutuhkan teman dan mitra dalam jalur transisinya,” ujar Shaibani dalam konferensi pers seusai perundingan.

Lavrov, dalam kesempatan yang sama, menegaskan bahwa dukungan Rusia terhadap Suriah bersifat konsisten dan tidak bergantung pada perubahan pemerintahan.

“Kami memiliki sejarah panjang dalam mendukung rakyat Suriah, dan hal itu tidak akan berubah karena dinamika politik,” ujarnya. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan