Ngabuburit Ala FLP Sulsel, Dari Kajian Ketuhanan Hingga Menyoal Ade Armando

Ngabuburit Ala FLP Sulsel, Dari Kajian Ketuhanan Hingga Menyoal Ade Armando

SUMSEL(Jurnalislam.com)–Forum Lingkar Pena Wilayah Sulawesi Selatan (FLP Sulsel) menggelar kajian keislaman secara daring melalui platform Google Meet, Sabtu (16/4/2022). “Iman dan Nalar Kritis” menjadi tema menarik yang diangkat dalam kajian sembari mengisi waktu ngabuburit tersebut.

Dimoderatori oleh Ika Rini Puspita, ketua FLP Cabang Gowa, kajian yang bertujuan untuk internalisasi nilai spiritual terhadap anggota FLP itu dihadiri oleh 22 orang peserta.

Muhammad Tahir selaku pemateri menyampaikan bahwa iman yang menuntut seseorang untuk meyakini dan mempercayai sesuatu harus disertai nalar kritis yang mempertanyakan terlebih dahulu keyakinan tersebut.

“Kalau kita dalam Islam, mempertanyakan segala sesuatu itu hatta sampai Tuhan, Nabi, Kitab dan lain sebagainya itu, ya silahkan saja. Menguji keyakinan kita hari ini, tidak ada masalah. Lebih baik keimanan setelah keraguan dari pada keraguan setelah keimanan” Jelasnya.

Dosen Hadis/Ilmu di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado itu lalu mengupas secara spesifik keimanan pada Tuhan. Ia Membeberkan bahwa wujud Tuhan dapat dibuktikan secara nash (dalil naqli)

“Kalau kita merujuk kepada Al-Qur’an, ya Tuhan itu ada. Misalnya di surah At-Tur ayat 35, disebutkan “apakah mereka diciptakan tanpa pencipta atau mereka menciptakan diri mereka sendiri?” itu pertanyaan filosofis sekali. Coba jawab pertanyaan itu, anda akan terjebak dan mengakui Tuhan itu ada” Ungkapnya.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa membuktikan wujud Tuhan Jangan bernalar pada dzat-Nya, karena tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Tapi bernalarlah pada alam semesta.

“Coba anda perhatikan alam semesta, langit yang berdiri tanpa ada tiang, awan berarak, matahari terbit dan terbenam, dan seterusnya. Akhirnya kita sampai pada kesimpulan tidak mungkin ini teratur tanpa ada yang mengaturnya” Jelasnya.

Di akhir penyampaiannya, Anggota Komisi Fatwa MUI Sulut itu mengingatkan pentingnya menjaga kesalarasan antara Iman dan Nalar Kritis. Menurutnya, keimanan setelah melalui penalaran dan kajian mendalam akan membuatnya tidak mudah goyah.

“Kalau ada yang mengkritik Tuhan, mengkritik Al-Qur’an, mengkritik Islam, yah tidak ngaruh bagi kita, karena kita sudah yakin Islam itu sempurna, yang tidak sempurna itu pemahaman kita” Ungkapnya

Sebaliknya, menurut Muhammad Tahir, Iman tanpa diimbangi dengan nalar kritis akan membuat seseorang mudah terpengaruh, reaktif dan emosional.

“Ada yang mengatakan sholat tidak wajib, mestinya ditanya apa argumentasinya. Jadi otak dihadapi dengan otak, jangan otak dihadapi otot. Seperti kasusnya Ade Armando, karena mungkin tidak bisa dibantah, jadi kita menggunakan otot dan kita merasa menang. Sebenarnya anda yang kalah!” bebernya.

Sebagai Penutup, Muhammad Tahir mengajak peserta untuk menghidupkan nalar kritis dengan banyak berdiskusi, membaca dan menulis.

“Agama itu hadir hanya untuk orang-orang berakal” Pungkasnya.

 

Abd. Rajab Mar’am

(Humas FLP Sulsel)

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.