AMERIKA SERIKAT (Jurnalislam.com) – “Benih keraguan dan cobaan keras,” adalah alasan mahasiswa AS asal Filipina berusia 23-tahun, Charizz Legaspi, tentang mengapa dia berhenti pergi ke gereja dan akhirnya berpaling ke Islam.
Charizz hanyalah salah satu dari ribuan orang di seluruh dunia yang menjadi Muslim setiap tahunnya. Tapi, seperti banyak Muslim baru lain di dunia Barat, dia berjuang keras karena kurangnya dukungan untuk iman barunya.
Penelitian menunjukkan bahwa Islam akan menjadi kelompok agama terbesar dunia di paruh kedua abad ini: “Jumlah Muslim diperkirakan akan meningkat sebesar 73% – dari 1,6 miliar pada 2010 menjadi 2,8 milyar pada tahun 2050,” Pew Research Center yang berbasis di AS mengatakan pada bulan April tahun ini.
Di Amerika Utara, perusahaan riset tersebut mengatakan bahwa Muslim dan pengikut barunya yang berasal dari “agama-agama lain” adalah kelompok agama dengan pertumbuhan tercepat.
Bagi Charizz, ada titik dalam dirinya saat pertengahan remaja di mana dia merasa bahwa dia “benar-benar mulai meragukan keyakinan yang diajarkan di gereja.”
“Jika Anda tidak datang ke gereja tertentu dan menerima Yesus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat maka Anda tidak akan masuk surga. Benar-benar menyakitkan bagi saya untuk berpikir bahwa Ayah saya yang telah meninggal tidak akan masuk surga karena dia Katolik dan bukan bagian dari Gereja Kristus,” katanya.
Charizz keluar dari agamanya meskipun masih percaya pada zat yang lebih tinggi. Kemudian ia mulai mempelajari Islam dan Nabi Muhammad.
Bekerja sebagai perwakilan layanan pelanggan di AS, dia secara “perlahan tapi pasti” memeluk Islam sebelum perayaan penting pasca-Ramadhan, yaitu Idul Fitri pada tahun 2013 dengan mengucapkan Syahadat.
Baca juga: Muslim AS di DNC Ambil Sikap Lawan Islamophobia
Syahadat adalah kesaksian publik yang singkat untuk menyatakan bahwa seseorang menerima bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Setelah itu, Charizz beralih ke media online dalam pencariannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang agama barunya: “Aku tidak bisa tidur tanpa membaca atau menonton video tentang apa itu Islam dan apa artinya menjadi seorang Muslim,” katanya.
Kesulitan yang ia temui adalah menemukan informasi yang tepat. Untuk itu, ia berpaling ke teman-teman Muslim dan masyarakat luas untuk menjawab pertanyaan dan menghapus keraguannya.
“Menonton video, membaca terjemahan Al-Quran dan Hadits [ucapan Nabi Muhammad], dan meminta teman-teman Muslim membantu ketika saya membutuhkan klarifikasi,” katanya.
Namun, tidak seperti Charizz, banyak orang tidak memiliki kesempatan untuk menjangkau sesama Muslim secara langsung. Untuk memenuhi kebutuhan ini, beberapa kelompok meningkatkan upaya untuk streaming informasi yang dapat dipercaya bagi para Muslim baru.
Baca juga: WHD Semangati Wanita Kristen di Dunia Kenakan Hijab dan Puasa Selama Ramadhan
Salah satunya adalah New Muslim Care, atau NMC. Awalnya didirikan di Kanada oleh mualaf Muslim, kelompok ini sekarang aktif di lima negara, termasuk Filipina dan Australia.
Charizz mengatakan inisiatif tersebut membantu para Muslim yang baru, “terutama di awal ketika Anda belajar bagaimana cara berdoa dan semua dasar-dasar menjadi seorang Muslim.”
Manager umum NMC, Julien Drolon, berbicara kepada Anadolu Agency selama kunjungan terakhir ke Istanbul.
Mualaf Perancis berusia 33 tahun itu mengatakan bahwa para mualaf Kanada untuk agama mendirikan inisiatif tersbut pada tahun 2012 setelah melihat bahwa beberapa Muslim baru menyimpang jauh dari Islam. Mereka mengalami kebingungan, kurangnya dukungan sosial dan tidak adanya informasi yang handal dan mudah diakses.
Kelompok NMC sekarang menyediakan buku pegangan, kursus dan pertemuan sosial bagi umat Islam yang baru. “Ketika Anda membeli sebuah produk, Anda mendapatkan service dan support, kan?” Drolon mengatakan, menambahkan bahwa: “Mualaf Muslim membutuhkan dukungan.”
Sebagai seorang mualaf, Drolon mengatakan ia mengalami waktu yang sulit setelah memeluk Islam karena ia memotong hubungan dengan lingkungan lama.
“Saya berhenti berpesta dan bermusik. Aku kehilangan teman-teman saya. Selama enam bulan, saya merasa sendirian,” katanya. Pertemuan sosial NMC membantu melancarkan transisinya ke agama baru.
Ini bukan hanya masalah unik Drolon, namun merupakan tantangan umum bagi banyak mualaf. Drolon memperkirakan bahwa sekitar seperempat dari umat Islam baru memiliki masalah dengan keluarga dan masyarakat.
Ahmet Yukleyen, Associate Professor Hubungan Internasional di Istanbul Commerce University, mengatakan bahwa mualaf sering menghadapi dilema berikut; ditinggalkan oleh masyarakat lama mereka tetapi belum terintegrasi secara penuh dalam masyarakat baru mereka.
“Secara umum, hubungan mualaf dengan keluarga dan teman-teman mereka terganggu. Juga, bahkan jika komunitas Muslim merawat mereka di fase awal memeluk Islam, mereka akan meninggalkannya sendirian nanti,” tambahnya.
Charizz mengatakan bahwa kerabatnya di Filipina – negara yang sebagian besar warganya beragama Katolik – tidak menyetujui sepenuh hati keputusan dia dan keluarganya di AS dan mengarahkan banyak pertanyaan seperti: “‘Apakah kamu menyembah Muhammad?'”
“Saya juga menghadapi beberapa ejekan dari anggota keluarga dan rekan kerja yang mengatakan bahwa saya sekarang adalah ‘teroris’; bahwa saya berpaling ke ‘sisi lain’, dan sejenisnya.
“Tentu saja juga ada tatapan penuh selidik yang saya dapatkan ketika saya mulai mengenakan jilbab,” kenangnya.
Dia akhirnya menjadi anggota dari komunitas Islam di negara bagian Washington dan secara teratur menerima bimbingan dan dukungan dari mereka serta dari imam di masjid itu.
Untuk kelompok penjangkauan, banyak upaya memproduksi literatur pendukung. NMC menerbitkan buku-buku bagi mualaf untuk belajar lebih banyak tentang Islam. Drolon mengatakan kelompok itu telah menyiapkan sebuah buku pengantar dengan bantuan ulama Muslim.
Dia mengatakan buku itu membantu mualaf untuk memprioritaskan Islam: “Islam begitu luas. Sebagai contoh, banyak Muslim baru tidak tahu bahwa mereka harus sholat setelah menjadi seorang Muslim,” kata Drolon.
“Dalam hal download, [orang-orang di] 80 negara di seluruh dunia sudah men-download,” katanya, menambahkan bahwa mereka telah bekerja pada kurikulum untuk mualaf. Mereka juga telah memulai saluran YouTube.
Terlepas dari upaya itu, merangkul agama baru dan belajar mengenai dasar-dasarnya tergantung pada kemauan seseorang, Charizz berpikir:
“Ini adalah tanggung jawab pribadi untuk pergi keluar dan mencari pengetahuan bagaimana menjadi seorang Muslim. Wahyu pertama Nabi SAW adalah untuk ‘membaca’, dan jadi saya pikir, Al-Quran dan Sunnah [ajaran dan perbuatan Nabi] adalah tempat yang sempurna untuk memulai.”
Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom