Mendidik Anak Ala Nabi Yakub AS

Mendidik Anak Ala Nabi Yakub AS

Oleh: Ustaz Adi Hadiyanto

Anak yang shalih dan shalihah merupakan dambaan orang tua, karena ia merupakan penyejuk pandangan mata. Lalu bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang shalih dan shalihah?

Al-Qur’an mengisahkan tentang pendidikan anak yang dicontohkan oleh Nabi Yakub AS kepada anaknya, Nabi Yunus AS.

Allah berfirman,

أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِـۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ

Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” [Al-Baqarah : 133]

Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran diantaranya :

1. Menghadirkan hubungan yang hangat antara ayah dan anak.

Kehadiran ayah dan hubungan yang hangat diantara ayah dan anak merupakan salah satu kunci sukses mendidik anak.

Al-Qur’an mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf AS pada suatu ketika ‘curhat’ kepada ayahnya tentang mimpi yang dialaminya hal ini terjadi karena ada hubungan yang hangat di antara keduanya.

Firman Allah,

إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” [Yusuf : 4]

2. Memberi nasehat tentang bahaya syaitan yang selalu menjadi musuh bagi orang-orang yang beriman, ia akan selalu datang untuk menyesatkan manusia.

Firman Allah,

قَالَ يَٰبُنَيَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلَىٰٓ إِخۡوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٞ مُّبِينٞ

Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” [Yusuf : 5]

3. Memberikan arahan tentang masa depan anak, apa yang harus mereka lakukan agar sukses di masa yang akan datang, membekali mereka bekal ilmu ilmu agama dan ilmu dunia.

Firman Allah,

وَكَذَٰلِكَ يَجۡتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعۡقُوبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيۡكَ مِن قَبۡلُ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ

Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Mahabijak-sana. [Yusuf : 6]

4 Adil kepada anak-anak.

Terkadang orang tua mempunyai kecenderungan cinta terhadap salah seorang anak, hal itu tidaklah terlarang, karena cinta memang tidak bisa memilih, tetapi hal tersebut menjadi salah jika kecenderungan itu ditampakkan sehingga memberikan porsi lebih pada anak yang satu sedangkan anak yang lain tidak diberi, maka hendaklah orang tua berlaku adil dalam berbagai hal.

Firman Allah,

(إِذۡ قَالُوا۟ لَیُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰۤ أَبِینَا مِنَّا وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینٍ * ٱقۡتُلُوا۟ یُوسُفَ أَوِ ٱطۡرَحُوهُ أَرۡضࣰا یَخۡلُ لَكُمۡ وَجۡهُ أَبِیكُمۡ وَتَكُونُوا۟ مِنۢ بَعۡدِهِۦ قَوۡمࣰا صَـٰلِحِینَ)

Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.” [Surat Yusuf 8 – 9]

5. Memberi waktu anak-anak untuk bermain.

Bermain bagi anak – anak merupakan kebutuhan yang mendasar, karena ia bisa menjadi pendidikan yang berharga, dengan bermain bisa meyehatkan dan membuat fungsi otak menjadi baik, maka hendaknya oran tua memilihkan permainan yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecerdasan anaknya.

Firman Allah,

(قَالُوا۟ یَـٰۤأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأۡمَ۬نَّا عَلَىٰ یُوسُفَ وَإِنَّا لَهُۥ لَنَـٰصِحُونَ * أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدࣰا یَرۡتَعۡ وَیَلۡعَبۡ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ)

Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya. Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya. [Yusuf : 11 – 12]

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses