LSM Jerman-Turki Mengutuk Keras Demonstrasi Anti Islam di Jerman

JERMAN (Jurnalislam.com) – Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Islam dan Turki yang berbasis di Jerman, yang menjadi tuan rumah salah satu populasi terbesar imigran Muslim di Eropa, mengutuk keras demonstrasi anti-Islam yang tumbuh di bawah kedok patriotisme di Jerman Timur.

Mengkritik politisi Jerman yang populis serta media Jerman, perwakilan dari LSM menyatakan bahwa sikap dan perilaku tokoh politik dan media yang penuh prasangka buruk dan kecurigaan menyebabkan penciptaan kelompok rasis seperti Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat (Pegida).

"Saat politisi populis sejak tahun lalu mendekati minoritas Muslim dengan cara yang sangat berprasangka, media Jerman juga, dengan headline Islamophobia mereka, telah membuka jalan bagi Islamophobia," kata Kepala Uni Islam Eropa-Turki (ATIB), Ihsan Oner.

Menurut laporan media Jerman, Pegida tumbuh dari kelompok media sosial dan sekarang terdiri dari sedikitnya 17.000 orang yang berkumpul secara teratur sejak awal Desember di Dresden, tempat kelahiran gerakan tersebut, untuk memprotes Islam, menentang imigran Muslim yang masuk ke Jerman dan menentang yang mereka sebut "ekstremisme agama."

Setiap hari Senin pukul 6 sore, puluhan ribu orang berkumpul di Dresden, sebuah kota di bagian timur Jerman, dan meneriakkan slogan menentang Islam, imigran Muslim dan Islamisasi negara mereka dan juga Eropa. Halaman Facebook kelompok tersebut memiliki hampir 95.000 pengikut. Pawai terakhir terjadi pada tanggal 29 Desember dan yang berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 5 Januari 2015.

LSM seperti Persatuan Islam Eropa-Turki (ATIB), Dewan Pusat Muslim di Jerman (ZMD), Federasi Asosiasi Pekerja Demokratis (DİDF) dan Masyarakat Islam Visi Nasional (IGMG) menyerukan untuk mengakhiri bias politik dan laporan media yang memicu sentimen anti-Muslim dan sehingga mengarah ke pembentukan kelompok-kelompok rasis seperti Pegida dalam masyarakat Jerman, seraya mengatakan bahwa Jerman bisa berbuat lebih baik dalam upaya memerangi rasisme dan diskriminasi.

Direktur Jenderal ATIB, Oner, percaya bahwa gerakan-gerakan dan perilaku anti-Islam meningkat. "Kami khawatir akan masa depan kita sebagai minoritas Muslim di negara ini," katanya.

Mengomentari klaim tumbuhnya Islamisasi di Jerman dan Eropa, Oner mengatakan: "Bagaimana mungkin, Muslim yang tidak mampu melestarikan aset budaya mereka sendiri untuk generasi berikutnya, bisa menguasai Eropa? Bahkan gagak akan menertawakan ini! "

Sekretaris Jenderal IGMG Mustafa Yeneroğlu percaya bahwa Pegida adalah hasil dari politik keamanan yang tidak bertanggung jawab di Jerman.

"Semua masalah ini telah dipicu selama bertahun-tahun oleh para politisi kita. Sejak 9/11, Islam dan Muslim disorot oleh politisi sebagai ancaman utama dalam hal keamanan dalam negeri. Harus ada pebedaan antara risiko ancaman aktual dengan orang-orang yang tidak bersalah," kata Yeneroğlu.

Yerenoğlu meminta politisi Jerman untuk meninjau kebijakan keamanan mereka dan mendesak satuan keamanan untuk berpartisipasi dalam pendidikan antarbudaya dan antar-agama. "Jelas bahwa kita perlu program pencerahan yang penting untuk melawan kelompok-kelompok sayap kanan, anti-Semitisme dan memusuhi Islam."

Kepala ZMD Aiman Mazyek menggarisbawahi bahwa Pegida tidak mewakili seluruh Jerman, serta mengatakan, "Kita hidup di negara yang penuh keragaman dan kami bangga dengan itu."

Dewan Muslim DİDF menuntut diambilnya langkah-langkah serius terhadap diskriminasi anti-Islam, dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Aksi unjuk rasa dilakukan dengan nama Melawan Islamisasi Eropa dan mereka yang bergabung dengan aksi unjuk rasa ini meningkat setiap hari.

"Namun, Jerman tidak datang ke titik ini secara tiba-tiba. Gambaran ini merupakan produk berbagai pihak dan media yang sudah bertahun-tahun gelisah terhadap pengungsi dan pencari suaka yang berasal dari negara-negara Islam." DİDF juga meminta pemerintah Jerman "untuk segera menghentikan pawai rasis dan kebencian yang memicu demonstrasi di Jerman."

Pemerintah Jerman telah bereaksi terhadap demonstrasi. Pada hari-hari awal protes anti-Islamisasi, Kanselir Jerman Angela Merkel memberi peringatan terhadap diskriminasi. "Ada kebebasan berkumpul di Jerman, tetapi tidak ada tempat bagi hasutan dan kebohongan tentang orang-orang yang datang kepada kita dari negara lain," katanya seperti dikutip di Berlin.

Menanggapi berkembangnya sentimen anti-imigran Muslim di Jerman, Menteri Keuangan Wolfgang Schaeuble mengatakan hari Sabtu bahwa manfaat imigrasi harus dipertimbangkan.

"Dunia ini lebih terbuka dan imigrasi membantu semua orang. Sama seperti jutaan pengungsi telah membantu kami membangun Negara kami kembali setelah Perang Dunia II, demikian juga kita perlu imigrasi hari ini," kata Schaeuble kepada sumber berita Bild Online, Reuters melaporkan.

Jerman sadar akan masa lalu Nazi, yang memiliki salah satu kebijakan suaka yang paling liberal di dunia. Presiden Joachim Gauck juga bereaksi terhadap demonstrasi dengan pernyataannya pekan lalu ketika mengatakan, "Orang-orang boleh takut terhadap terorisme Islam. Tapi jangan takut dengan Islam."

Dalam beberapa hari terakhir ini, platform anti-Pegida baru terbentuk secara online di change.org yang memanggil 1 juta tanda tangan untuk membentuk " Jerman yang berwarna-warni." Kampanye ini digagas oleh Karl Lempert dari kota Hannover. Pada hari Senin pekan ini, lebih dari 200.000 orang telah menandatangani petisi.

 

Deddy | Islamophobiawatch | Jurniscom

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.