INDRAMAYU (Jurnalislam.com) – Sekitar 35 personil dari Aliansi Masyarakat Amar Ma’ruf Nahi Munkar (ALMANAR) Cirebon Jumat (21/6/2014) bentrok dengan puluhan preman penjaga gudang minuman keras (miras) terbesar di Indramayu. Sedikitanya 4 laskar Almanar dan 9 preman mengalami luka-luka.
Almanar menerima laporan dari warga Jatibarang terkait keberadaan gudang miras besar di Jl. Tuparev RT 01 RW 01 Blok Gudang Timur, Jatibarang Baru, Jatibarang, Indramayu. Gudang miras tersebut adalah terbesar di Indramayu.
”Kami dapat pengaduan dari beberapa warga sekitar sini yang melapor kepada kami di Cirebon. Pertanyaannya, mengapa warga daerah Jatibarang jauh-jauh laporan kepada kami yang di Cirebon? Apa mereka sudah tidak percaya lagi sama pihak aparat di Jatibarang?” kata Ustadz Andi Mulya, koordinator lapangan Almanar.
Laskar berangkat dari Cirebon sekitar pukul 13.00 WIB menggunakan sepeda motor. Setibanya di lokasi, gudang dalam keadaan tertutup dan sudah dijaga puluhan preman. Sepertinya para preman sudah mengetahui akan kedatangan laskar Almanar.
Laskar kemudian membentuk barisan dan meneriakan yel-yel jihad diselingi takbir, namun para preman itu membalasnya dengan hinaan. “Selit meleding-meleding!” teriak mereka sambil mengumpulkan batu. Belakangan diketahui sebagian besar preman tersebut ternyata Kristen.
Laskar tidak terprovokasi mereka tetap melanjutkan orasi mereka yang disambut pekik takbir oleh yang lainnya. Namun situasi berubah ketika orasi laskar dijawab dengan lemparan batu oleh preman-preman Kristen itu. Bentrokan pun tak terelakan.
Bentrok saling lempar batu itu berlangsung selama kurang lebih setengah jam. Aparat kepolisian yang berada di lokasi sempat beberapa menembakkan peluru ke udara, namun tidak dihiraukan oleh dua pihak yang bertikai. Sebelum akhirnya laskar dipaksa mundur oleh aparat, karena para preman menghasut warga sekitar untuk melawan laskar Almanar sehingga jumlah mereka semakin banyak.
Ditengah bentrok, laskar melihat seorang preman kristen berteriak menyatakan tantangan dan kebenciannya terhadap orang Islam. “Ni saya orang Kristen, kami benci kalian orang Islam!” teriak mereka.
Menurut seorang laskar, sekitar 4 orang laskar dan 9 preman Kristen terluka di bagian kepala akibat lemparan batu.
Berdasarkan kesaksian warga yang enggan disebutkan namanya, gudang miras tersebut milik Devin, seorang warga keturunan Tiong Hoa itu adalah gudang miras terbesar di Indramayu. “Iya ustadz, gudang ini terbesar di daerah Indramayu,” tuturnya kepada Ustadz Andi Mulya.
“Banyak mobil-mobil ngambil dari gudang ini. Kalo bongkar pak, pakai truk besar, ribuan botol berbagai macam merek ada Pak. Yang saya heran, gudang ini berdekatan dengan Polsek Jatibarang, mengapa aparat seolah-olah membiarkan?” ungkapnya.
Menurutnya, gudang miras tersebut telah beroperasi cukup lama dan di back up oleh preman serta oknum aparat. “Gudang ini sudah beroperasi tahunan, bahkan yang melindunginya itu dari preman-preman dan oknum aparat,” imbuhnya.
Sekretaris Almanar, Ustadz Muawidz mengancam akan mengerahkan laskar yang lebih banyak lagi jika dalam beberapa hari gudang miras tersebut tidak ditutup.
“Jika dalam beberapa hari, pihak aparat tidak bisa menutup gudang ini, maka kami akan datang lagi ketempat ini dengan membawa pasukan yang lebih besar yang mencintai kematian pada jalan Allah,” ancamnya.
Wakil ketua Almanar, Abu Usamah Nur Irhab menyatakan bahwa Almanar tidak takut mati. "Orang-orang beriman berperang di jalan Allah, mereka berperang mencari mati. Sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan thogut, mereka perang cari makan. Oleh karena itu kami tidak takut mati, justru kami mencari kematian pada jalan Allah, Isykariman au mut syahidan. Kami tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Robbul’alamin,” lanjutnya.
Almanar dikenal oleh masyarakat pantura sebagai ormas yang tegas terhadap segala kemaksiatan. Hingga banyak warga yang mengadu kepada Almanar untuk memberantas tempat-tempat maksiat yang beroperasi di daerahnya. Bulan lalu, Almanar berhasil mengagalkan distribusi ratusan dus berisi ribuan miras dan menggerebek dua pabrik pembuat miras oplosan di Cirebon.
Hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, namun karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat kepolisian yang justru malah menjadi backing tempat-tempat maksiat tersebut menjadikan Almanar semakin diterima oleh masyarakat, khususnya masyarakat pantura.
Reporter : Yusuf
Editor : Amaif