Kelompok Biksu Myanmar Tolak Bantuan Kemanusiaan Malaysia untuk Muslim Rohingya

Kelompok Biksu Myanmar Tolak Bantuan Kemanusiaan Malaysia untuk Muslim Rohingya

YANGON (Jurnalislam.com) – Pengunjuk rasa Biksu Budha anti Muslim Rohingya berkumpul di pelabuhan Yangon pada hari Kamis (09/02/2017) memprotes sebuah kapal yang membawa bantuan Malaysia bagi ribuan pengungsi minoritas Muslim yang teraniaya dan melarikan diri dari tindakan keras militer Myanmar yang telah membantai mereka.

Ratusan Muslim Rohingya diperkirakan telah tewas dalam operasi brutal militer selama empat bulan oleh aparat pemerintah Myanmar yang dikatakan PBB kemungkinan merupakan pembersihan etnis paling sadis.

Puluhan ribu melarikan diri ke Bangladesh membawa laporan pembunuhan dan pemerkosaan yang mengerikan.

“Kami ingin memberitahukan kepada mereka bahwa kita tidak memiliki Rohingya di sini,” kata seorang biksu Buddha bernama Thuseitta, dari Persatuan Biksu Patriotik Myanmar (the Patriotic Myanmar Monks Union) cabang Yangon, lansir World Bulletin, Kamis.

Myanmar berkelit kewarganegaraan komunitas besar Muslim Rohingya yang berjumlah jutaan, meskipun banyak dari mereka yang telah tinggal di wilayahnya selama beberapa generasi.

Kelompok nasionalis Buddha melontarkan perkataan yang sangat pedas, dan menggambarkan mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.

Perlakuan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya telah memicu kritik mayoritas Muslim Malaysia, dalam pertikaian yang jarang terjadi antara tetangga di Asia Tenggara.

Kapal the Nautical Aliya berangkat dari Malaysia pekan lalu membawa 2.200 ton beras, bantuan medis dan pakaian bersama dengan ratusan pekerja kesehatan dan aktivis.

Beberapa bantuan tersebut akan diturunkan di Yangon dan diangkut melalui darat di utara negara bagian Rakhine, lokasi militer Myanmar melancarkan tindakan biadab.

Sisanya akan dibawa ke pelabuhan Teknaf di Bangladesh selatan, di mana hampir 70.000 Rohingya telah melarikan diri sejak Oktober untuk menghindari pembantaian.

Myanmar awalnya menolak mengizinkan kapal ke perairan dan telah melarangnya berlayar ke Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine.

Pengiriman tersebut tiba beberapa hari setelah laporan keras PBB yang mengatakan pasukan keamanan Myanmar melakukan tindakan sadis pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap Muslim Rohingya.

Berdasarkan wawancara dengan ratusan pelarian di Bangladesh, peneliti mengatakan kebijakan teror militer tersebut sangat mungkin merupakan pembersihan etnis Rohingya.

Selama berbulan-bulan Myanmar telah menutupi kesaksian serupa yang dikumpulkan oleh media asing serta kelompok hak asasi bahkan menuduhnya sebagai “berita palsu” dan membatasi mereka untuk mengakses ke wilayah tersebut.

Bagikan