Intelijen Amerika Kesulitan Menemukan Pejuang Al Qaeda Asal Amerika Yang Kembali ke Negaranya

Jurnalislam.com – Sumber-sumber intelijen Amerika mengatakan bahwa jumlah warga Amerika yang berbondong-bondong ke Suriah ternyata lebih tinggi daripada yang diduga sebelumnya. Dan beberapa dari para pejuang tersebut mulai pulang.

Badan intelijen Barat telah memperingatkan bahwa warga asal Eropa dan Amerika telah berbondong-bondong ke Suriah untuk berjihad. Tapi hingga saat ini mereka enggan untuk mengatakan berapa banyak orang Amerika yang telah bergabung dengan mujahidin di sana. Perkiraan intelijen AS terbaru mengatakan bahwa lebih dari 100 orang Amerika telah bergabung berjihad di Suriah bersama kelompok Sunni di sana.

Para pejabat intelijen senior Amerika mengatakan kepada The Daily Beast bahwa mereka percaya sekitar enam hingga 12 orang Amerika yang telah pergi ke Suriah untuk melawan Assad sekarang telah kembali ke Amerika.

"Kami mengetahui keberadaan beberapa dari mereka. Yang menjadi keprihatinan kami adalah skala masalah yang akan kita hadapi," kata seorang pejabat intelijen senior kepada The Daily Beast.

Musim gugur yang lalu, pejabat AS memperkirakan warga Amerika yang telah bergabung jihad di Suriah berada di angka dua digit rendah. Pada bulan Januari, New York Times melaporkan bahwa terdapat sedikitnya 70 orang Amerika yang bepergian atau mencoba untuk melakukan perjalanan ke Suriah. Awal bulan ini Direktur FBI James Comey mengatakan kepada wartawan bahwa ia percaya bahwa terdapat "puluhan" orang Amerika yang diduga menjadi pejuang asing di Suriah, namun menolak untuk memberitahukan jumlah yang lebih tepat.

Dalam beberapa bulan terakhir, komunitas intelijen AS telah membuat prioritas utama mengenai pelacakan semua orang Barat yang akan berjuang ke Suriah. Matthew Olsen, direktur Pusat Kontra-Terorisme Amerika (NCTC), berbicara di hadapan Senat Komite Hubungan Luar Negeri pada bulan Maret, menjelaskan dalam pengertian yang tidak terlalu jelas mengenai upaya pemerintah untuk menemukan warganya yang bepergian ke Suriah dan melacak pola perjalanan mereka.

"Mengingat komponen tempur asing yang besar dalam krisis Suriah, kami bekerja sama untuk mengumpulkan setiap informasi yang kita dapat tentang identitas orang-orang ini," katanya pada saat itu.

Lebih jauh lagi, isu pejuang asing Barat muncul dalam pertemuan tingkat tinggi antara delegasi oposisi Suriah dan pemerintahan Obama pekan lalu di Washington, DC.

"Kami menganggap semua pejuang asing sebagai ancaman dan mereka semua tidak diterima dengan baik. Ada konvergensi kepentingan antara oposisi Suriah yang moderat dan masyarakat internasional dalam memerangi para pejuang asing dan memastikan mereka tidak menggunakan Suriah sebagai batu loncatan untuk serangan eksternal," kata Oubai Shabandar, penasihat komunikasi strategis untuk misi asing oposisi Suriah di Washington. "Masalah ini menjadi topik utama pembicaraan bulan ini dalam pertemuan antara delegasi oposisi Suriah dan pejabat tinggi AS."

Pejabat kontra-terorisme dan intelijen AS mengatakan kepada The Daily Beast, bahwa masalahnya adalah ada begitu banyak aktivis jihad dengan paspor Barat yang bepergian untuk berperang di Suriah dan bahwa mereka khawatir beberapa dari mereka mungkin tergelincir kembali ke Amerika Serikat tanpa terdeteksi.

"NSA tidak memiliki kemampuan untuk melacak ribuan orang. Dan bahkan lebih sulit jika ditinjau dari sisi kecerdasan manusia," kata pejabat intelijen senior AS lainnya kepada The Daily Beast. "Jadi kita khawatir bahwa orang-orang ini akan menyelinap melalui celah-celah."

Olsen dalam testimoninya pada bulan Maret kemarin mengatakan ada ribuan pejuang asing di Suriah dan bahkan ratusan orang pejuang berpaspor Barat.

"Hal ini menimbulkan keprihatinan kita bahwa individu yang radikal yang memiliki kontak dengan para ekstremis lainnya serta memiliki pengalaman di medan perang bisa kembali ke negara asal mereka untuk melakukan kekerasan atas inisiatif sendiri atau berpartisipasi dalam plot Al Qaeda yang diarahkan dan ditujukan untuk sasaran-sasaran Barat di luar Suriah," katanya.

Olsen juga mengatakan bahwa kelompok "veteran Al Qaeda" dari Afghanistan dan Pakistan telah pergi ke Suriah, sehingga prospek merekrut anggota baru bagi organisasi tersejut menjadi lebih mungkin.”

Aaron Zelin, seorang rekan senior di Washington Institute for Near East Policy (WINEP) yang kerap melacak gelombang pejuang asing ke Suriah, mengatakan, "Di masa lalu ketika kita melihat orang Amerika pergi ke luar negeri untuk berperang di negara-negara asing dan sejumlah orang dilatih untuk mencoba serangan terhadap tanah air." Contoh terbaik katanya adalah Faisal al – Shahzad, berkebangsaan Amerika Pakistan yang melakukan perjalanan ke kamp-kamp pelatihan Taliban di Pakistan dan kemudian mencoba untuk meledakkan bom di Times Square pada tahun 2010. Al – Shahzad gagal meledakkan bom dan dilaporkan ke polisi New York oleh seorang pedagang jalanan Muslim – Amerika.

"Dan bukan hanya warga Amerika yang akan ke Suriah, tapi ada hingga 3.000 warga Eropa dari negara-negara yang memiliki keringanan visa dengan Amerika Serikat yang juga telah bergabung jihad di Suriah," kata Zelin. "Inilah sebabnya mengapa begitu banyak pejabat kontra – terorisme Barat yang begitu khawatir, karena jauh lebih mudah untuk masuk ke negara kita dengan paspor Barat."

Orang-orang Amerika yang telah pergi untuk berjihad di Suriah juga tidak sesuai dengan profil tipe teroris. Mei lalu, The Detroit Free Press melaporkan bahwa Nicole Lynn Mansfield, seorang mualaf, tewas dalam pertempuran di Suriah melawan Assad. Pada bulan April 2013, pengadilan federal mempidanakan Eric Harroun, mantan prajurit Angkatan Darat AS, yang menembakkan granat roket saat berperang bersama Jabhah Nusra, afiliasi resmi Al Qaeda di Suriah. Jika perkiraan intelijen AS memang benar, kasus ini bisa menjadi pertanda kemalangan yang akan datang.

Editor : Amaif

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.