BOYOLALI (Jurnalislam.com) – Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Boyolali, Jawa Tengah, mengeluarkan pernyataan resmi terkait tudingan ‘pesantren radikal’ oleh BNPT. Dalam pernyataannya, Mudir Pondok, Qosdi Ridawanulloh mengaku keberatan atas tudingan tersebut.
Qosdi juga keheranan, sebab hingga saat ini belum ada pihak yang datang untuk berdiskusi dan mengkonfirmasi langsung ke pesantren.
“Entah dengan dasar apa tuduhan tersebut. Yang pasti belum ada yang datang berdialog dan berdiskusi langsung dengan pesantren sebelum munculnya tuduhan tersebut. Yang jelas, pesantren merasa keberatan dengan pernyataan tersebut,” kata Qosdi dalam pernyataannya kepada Jurnalislam, Sabtu (6/2/2016).
Dia menilai tudingan itu merupakan pembunuhan karakter pesantren yang berdampak pada ketakutan umat akan pesantren.
Qosdi menjelaskan, pesantren Darusy Syahadah sejak didirikan pada tahun 1994 berusaha mengajarkan Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabat. “Islam yang memiliki iman yang kuat, ibadah yang baik, akhlak mulia dan menjadi rahmat bagi semesta alam,” jelas Qosdi yang mengaku mendapat informasi itu dari pemberitaan Jawa Pos edisi Selasa 2 Februari 2016.
Pesantren Darusy Syahadah, lanjut Qosdi, senantiasa berusaha membangun komunikasi dengan segenap elemen bangsa dan berusaha memberi manfaat kepada sesama.
“Ada tidak kurang dari 52 masjid dan musholla di sekitar pesantren menjadi tempat praktek santriwan mengajari anak-anak dan dewasa. Para ustadznya pun banyak memberi ceramah di wilayah Boyolali dan sekitarnya, bekerja sama dengan berbagai ormas Islam dan majelis pengajian,” ungkapnya.
Tak hanya itu, alumni ponpes Darusy Syahadah yang lebih dari seribu orang telah berkiprah di masyarakat dengan berbagai ormas dan lembaga pendidikan Islam. “Dan Alhamdulillah sebagian besar diterima masyarakat. Bahkan setiap tahun, jumlah peminta tenaga wiyata bakti melebihi jumlah alumni yang dikeluarkan,” terang Qosdi.
Qosdi menambahkan, secara berkala Darusy Syahadah mengadakan silaturrahmi dan mengadakan perkumpulan dengan para takmir masjid se-Simo dan sekitarnya. “Hubungan dengan sesama kaum muslimin dari lembaga Muhammadiyah atau NU juga terjalin baik. Demikian pula dengan MUI,” katanya.
Dia menegaskan, selama ini Pesantren Darusy Syahadah berbaur dan diterima dengan baik oleh masyarakat dan kaum muslimin. “Maka jika kemudian ada yang menuduh dengan tuduhan yang tidak layak, maka pesantren meminta bukti dan klarifikasi,” tandasnya.
“Apakah jika dari ribuan alumni, lalu ada satu dua yang berlaku tidak benar bisa kita sebut lembaga tersebut salah? Apakah adil jika ada koruptor alumi perguruan tinggi tertentu kemudian kita katakan bahwa perguruan tinggi tersebut tempat persemaian koruptor?” tegasnya.
Qosdi berharap elemen bangsa ini bisa berlaku adil dalam menilai sesama anak bangsa.
Reporter: Riyanto | Editor: Ally | Jurnalislam