BONDOWOSO (Jurnalislam.com) – Untuk kedua kalinya, Ustadzah Hj. Irena Handono berkunjung dan berbagi kisah hikmah penuh inspirasi kepada ratusan santri dan jama’ah Ponpes Al-Ishlah Bondowoso. Jika beberapa tahun silam beliau membuka tentang Islam vs Kristen serta pengalaman beliau dalam memperoleh hidayah, maka dalam pengajian Sabtu, (21/11/2015) malam di Gedung Serba Guna (GSG) Ponpes Al-Ishlah itu beliau mengupas tuntas tentang kristenisasi di era reformasi.
Dalam paparannya, Ustadzah Irena menjelaskan beberapa hal mulai dari menyibak tabir makna trinitas hingga sistem kristenisasi yang bermula dari pembagian-pembagian atribut bergambar yang mana gambar tersebut memang sekilas tampak biasa saja namun sejatinya gambar itu justru merupakan lambang atau logo-logo para Kristiani. Dari hal ini dapat diketahui bahwa ada unsur penanaman rasa cinta terhadap lambang atau gambar maupun logo tersebut.
“Tak cukup dengan benda mati, mereka juga melakukan kegiatan bakti sosial, pembagian sembako, perayaan hari besar dan lain-lain,” ungkapnya.
Pada saat perayaan, beliau menjelaskan adanya perlombaan dan permainan. Orang-orang yang mengikuti permainan tersebut akan diberi hadiah berupa barang, makanan dan uang.
“Nah, dalam permainan tersebut ada permainan yang sebenarnya merupakan ritual pembabtisan. Memang tidak secara langsung orang-orang yang dibaptis itu masuk Kristen, karena orang yang dibaptis tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan,” tegasnya.
Lalu, mengapa ada hal semacam itu? Ustadzah Hj. Irena pun menjelaskan bahwa ada sebuah keuntungan yang diperoleh bagi penyelenggara, mereka mengambil gambar dan data orang-orang yang dibaptis secara diam-diam untuk dijadikan sebuah proposal pencairan dana. “Jadi yaa sebenarnya ada unsur bisnis juga di dalamnya,” lanjut beliau.
Selain itu, beliau menjelaskan, ada tiga hal dalam pengikisan iman dan aqidah yang menjadi target dari misionaris, yaitu agama, budaya dan pola pikir. Agama, para misionaris mencoba merayu para target dengan memberikan janji kesejahteraan dalam ekonomi. Biasanya yang menjadi target mereka adalah para muslim yang memiliki ekonomi yang lemah ke bawah dengan memberikan sembako murah meriah. Selain ekonomi mereka juga berdalih akan mencerahkan pendidikan para target.
Budaya, mereka mencoba memodifikasi budaya yang ada tanpa menghilangkan budaya yang asli. Contohnya, merka mengadakan panggung hiburan dengan bertaburan game dan limpahan hadiah-hadiah yang menggiurkan.
Pola pikir, mereka juga berusaha merubah pola pikir manusia, terutama Muslim. Mereka membuat suatu kesatuan untuk mendustai banyak orang. Karena mereka tak akan berhenti untuk melaksanakan misi visi mereka sebelum Islam bereda di gengaman mereka sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 120.
Disamping itu, ada beberapa penipuan-penipuan yang mereka ciptakan. Pertama, mereka memanupulasi simbol salib dan menggantinya dengan merpati putih yang melambangkan kedamaian serta dibagikan kepada banyak orang pada car freeday di beberapa tempat. Memanupilasi daftar orang Muslim yang hadir di setiap acara games yang mereka adakan menjadi daftar hadir orang Muslim yang menyetujui pendirian/pembangunan gereja. Di buktikan dengan penyerahan fotocopy KTP dan tanda tangan peserta. Kemudian, membuat acara-acara yang bertajuk jiwa nasionalisme dengan dalih mendukung serta membela sepenuhnya NKRI, seolah-olah mereka bekerja sama denga pemerintah. Karena mereka meletakan logo pemerintah di setiap surat yang mereka sebarkan.
Sebelum mengakhiri pengajian umum, Ustadzah Hj. Irena Handono mengajak untuk melawan mereka dengan kembali banyak membaca for stop not understand About Catholic, merapatkan barisan dan merajut ukhwah.
Reporter : Qurani | Editor : Ally | Jurnalislam