Direktur Pristac: Di Era Disrupsi, Iman dan Adab Tidak Boleh Berubah

Direktur Pristac: Di Era Disrupsi, Iman dan Adab Tidak Boleh Berubah

MAKASSAR (Jurnalislam.com) – Muktamar III Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (Muktamar III PP LIDMI) mengadakan Dialog Kebangsaan yang bertempat di Baruga A.P Pettarani Universitas Hasanuddin Kota Makassar Sulawesi Selatan, Sabtu (22/2/2020).

Dialog kebangsaan ini mengusung tema “Tantangan Pendidikan di Era 4.0 dan Masa Depan Peradaban Indonesia”. Menghadirkan pemateri Dr. Muhammad Ardiansyah, M.Pd yang menjabat sebagai Direktur Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (Pristac/Setingkat SMA) Depok.

Era disrupsi adalah era terjadinya perubahan secara cepat yang kita alami secara tiba-tiba dan membuat kita harus cepat beradaptasi dengan perubahan tersebut.

“Era disrupsi adalah era yang sangat cepat perubahannya, sehingga kapan kita tidak siap dengan perubahan itu maka kita akan terpental,” ujarnya.

Islam memiliki cara pandang tersendiri dalam menyikapi perubahan itu, tentu dengan cara yang adil dan bijak. Perubahan itu pula ada yang sifatnya mutlak dan mengalami perubahan.

“Dalam Islam sifat perubahan itu ada dua, yang pertama adalah perubahan yang tidak berubah, contohnya masalah Imam dan adab. Dan cakupan adab itu sangat luas. Adab kepada Allah, guru dan lainnya. Perubahan boleh terjadi tapi iman dan adab tidak boleh berubah. Perubahan ada yang tetap dan ada yang terus berubah. Yang tetap kita jaga seperti adab dan keimanan. Dan yang berubah seperti teknologi informasi akan kita ikuti,” lanjut Alumni UIKA Bogor ini.

Penulis buku Syair-Syair Pendidikan Adab Imam Syafi’i ini kemudian memaparkan tentang konsep adab terhadap ilmu dengan tidak memisahkan antara ilmu agama dengan ilmu aqliyah.

“Konsep adab terhadap ilmu, yakni ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Ilmu itu tidak boleh di kotomi terpisah antara agama dengan ilmu hukum, ilmu kedokteran dan ilmu yang lainnya. Islam tidak memisahkan antara ilmu agama dengan geografi. Sebagaimana penjelasan di dalam Al-Qur’an,” paparnya.

Terpisahnya agama dengan ilmu pengetahuan, sebenarnya bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Karena tujuan pendidikan adalah melahirkan generasi yang beriman dan berakhlak mulia.

“Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan manusia-manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Karena hanya pendidikan seperti ini yang akan melahirkan manusia yang bermanfaat di segala bidangnya baik di kedokteran, hukum dan lainnya,” sambungnya.

Olehnya itu, Dr. Muhammad Ardiansyah mengajak kepada seluruh peserta Dialog Kebangsaan agar mengambil peran dalam membangun arsitek peradaban kedepan.

“Setiap kita harus mengambil peran peradaban di masing-masing potensi yang kita miliki dan menjadi bagian dari arsitek peradaban itu. Lahirnya peradaban adalah karena besarnya peranan setiap orang di bidangnya,” tutupnya. *M Akbar

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.