Dihadang Polisi, Mustari Jalan Kaki 5 Km Menuju Lokasi Aksi, Tapi…

Dihadang Polisi, Mustari Jalan Kaki 5 Km Menuju Lokasi Aksi, Tapi…

Aku Yen sakiki ra iso mangkat suk mben yena ditakoni Allah ra iso jawab

MAGELANG (Jurnalislam.com) – Usia tak menghalangi salah satu warga Dagas, Polokarto, Sukoharjo bernama Mustari untuk mengikuti aksi peduli Rohingya di Masjid An-Nur Magelang, Jum’at, (8/9/2017). Menurut penuturan salah satu cucunya, Hasan, kakeknya yang berusia 80 tahun itu sudah dilarang untuk ikut, namun Mustari bersikukuh.

“Sebenarnya sudah kita larang, tapi beliau bersikukuh ingin ikut, ingin ikut aksi karena peduli dengan saudaranya muslim di Myanmar,” kata Hasan kepada Jurnalislam.com.

Hadang Massa Aksi, Aparat Dinilai Labrak Demokrasi

Saat ditanya motivasi ikut aksi, Mustari mengaku, dirinya berempati dengan apa yang dialami saudaranya Muslim Rohingya di Myanmar.

Aku Yen sakiki ra iso mangkat suk mben yena ditakoni Allah ra iso jawab, (saya kalau sekarang gak berangkat, besok kalau ditanya Allah nggak bisa jawab),” tutur Mustari ikhlas.

Rombongan Mustari dihadang Polisi di Pasar Tempel, perbatasan Sleman-Muntilan. Bis yang ditumpanginya tidak diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan. Tanpa pikir panjang, Mustari memutuskan untuk berjalan kaki menuju lokasi aksi yang jauhnya 5 kilometer bersama 60 orang rombongan lainnya.

Qodarullah, sesampainya di lokasi massa sudah membubarkan diri. Perjalanannya dari Pasar Tempel menuju Masjid An-Nuur Magelang menghabiskan waktu hampir satu jam lebih. Aksi peduli Rohingya yang digelar tak jauh dari kawasan Candi Borobudur itu berakhir pukul 14.00 WIB.

Peduli Rohingya, Ribuan Umat Islam Bacakan ‘Ikrar Mujahidin Tasikmalaya“

“Saya prihatin mas, cuma mau mendoakan saudara seiman saja ndak boleh, tadi saja ikut jalan untuk ke lokasi, tapi karena jauh pas nyampai sana acara sudah selesai,” ucap Mustari sedih.

Kesempatan mewawancarai Mustari didapatkan ketika ia dan rombongannya beristirahat di Pasar Tempel sepulang dari Magelang. Rombongan terlihat menyantap makan siang seraya beristirahat melepas lelah. Tapi, Mustari tak terlihat memegang nasi bungkus seperti yang lainnya. Ia hanya minum air mineral sembari sesekali melihat ke langit dengan tatapan kosong.

Nafsu makannya mungkin hilang karena kekecewaan yang ia rasakan setelah tak bisa mengikuti aksi karena terlambat akibat hadangan aparat. Kekecewaan Mustari akan terobati nanti. Upaya dan doanya untuk muslim Rohinya sudah tertulis indah sebagai pahala di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, Insya Allah.

Mustari berangkat bersama rombongan Ikatan Remaja Masjid Dagas (Irmadas) Sukoharjo, Jawa Tengah.

Bagikan