Dana BPJS Tak Kunjung Dibayar, Rumah Sakit Meminjam ke Bank

Dana BPJS Tak Kunjung Dibayar, Rumah Sakit Meminjam ke Bank

JAKARTA (Jurnalislam.com)–Ketua Kompartemen Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Persi Daniel Budi Wibowo mengungkapkan, banyak rumah sakit (RS) yang menjadi mitra BPJS Kesehatan mengalami hambatan.

Khususnya dalam melayani pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) akibat keterlambatan pembayaran piutang BPJS Kesehatan.

“Banyak RS tidak bisa melayani peserta JKN-KIS karena tidak bisa memberikan obat. Banyak layanan kesehatan yang tertunda,” ujarnya, Selasa (16/7).

Direktur Utama Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Lies Dina Liastuti mengungkapkan, keterlambatan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan tak hanya menggangu pelayanan, tapi juga keuangan.

Ia mengatakan, RSCM bahkan harus meminjam dana ke bank.

“Kami direpotkan sekali kasus-kasus keterlambatan atau kurang bayar dari BPJS Kesehatan. Padahal, 80 persen pasien kami adalah peserta JKN-KIS, sedangkan biaya operasional sangat besar,” kata dia.

Ia menambahkan, RSCM juga harus menghentikan beberapa pelayanan. Ada pasien yang harus dipulangkan karena tidak jadi dioperasi lantaran tidak ada obat bius.

“Kami harus kencangkan ikat pinggang supaya program JKN-KIS tetap berjalan. Namun, di sisi lain, kami juga harus mendapatkan obat, alat kesehatan, dan juga bisa membayar karyawan non-PNS,” ujarnya.

Akhirnya, RSCM harus meminjam dana kepada bank dengan pembayaran bunga yang dibayarkan pihak BPJS Kesehatan.

Namun, Lies menyebut, pihaknya tetap mengalami kerugian. “Bank meminta Rp 180 juta, sedangkan BPJS Kesehatan (bayar) Rp 114 juta. Kami rugi,” katanya.

Direktur Rumah Sakit Sari Asih Ciledug Ni’matullah Mansur mengibaratkan permasalahan defisit BPJS Kesehatan bagaikan pasien yang mengidap anemia defisiensi, yaitu kekurangan zat besi.

“Tetapi, yang didiskusikan selalu apa komplikasinya? Tetapi, kita tidak pernah membicarakan bagaimana caranya supaya diberikan zat besi yang tidak ada sampai sekarang,” kata dia.

Padahal, ia mengklaim, RS-nya sudah maksimal melakukan penghematan. Namun, upaya itu sulit kalau iuran premi JKN-KIS tidak dinaikkan, sementara defisit yang dialami BPJS Kesehatan semakin besar.

sumber: republika.co.id

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.