Cerita Emak-emak Banten Bagikan Sembako untuk Pedangang Kecil Tedampak Corona

Cerita Emak-emak Banten Bagikan Sembako untuk Pedangang Kecil Tedampak Corona

SERANG (Jurnalislam.com) – Hati Ibu-ibu memanglah sangat peka, apa lagi jika itu kaitannya dengan urusan perut keluarga, begitu ungkapan banyak orang.

Kepekaan itulah yang mendorong sejumlah ibu-ibu di kota Cilegon Banten, Senin (30/3/2020) melakukan kegiatan berbagi sembako untuk pedagang-pedagang kecil yang mereka temui di jalan.

Ayu Oktaviyani, koordinator berbagi sembako untuk pedagang kecil mengatakan bahwa aksi berbaginya berawal dari status story di Whatsapp melihat kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit.

“Alhamdulillah ada salah satu wali murid yang merespon dan japri saya mau ikut nyumbang jika saya mau mengkoordinir ini (baksos-red). Beberapa wali murid ikut berdonasi mentransfer sejumlah uang kepada saya, teman mengajar, tetangga dan keluarga pun ikut berdonasi juga, terkumpul 100 bungkus sembako dengan isi 2 kg beras,  4 bungkus mie instan dan 1/2 kg telur” kata Ayu kepada Jurnalislam.com, Senin (30/3/2020).

Pengumpulan dana yang cukup singkat hanya membutuhkan waktu 2 hari dilakukan oleh Ayu, kemudian berbelanja dan packing sembako 1 hari dilakukan oleh ibu 2 anak ini dengan dibantu oleh kedua orangtuanya.

Mencari Pedagang

Teknis pendistribusian Ayu dibantu oleh saudara laki-lakinya mengantarkan langsung ke rumah-rumah di kampung yang diketahui sebagai pedagang kecil, janda dan anak yatim.

Selain itu, Ayu pun berkeliling mencari pedagang kecil dijalan dan langsung memberikan sembako tersebut, saat membagikan ke pedagang di jalan inilah Ayu ditemui oleh Jurnalislam.com

Pedagang yang menerima bantuan sembako ini pun saat ditemui jurnalislam.com sangat apresiasi sekali dengan bantuan Ayu dan ibu-ibu yang berdonasi, karena wabah Cofid-19 yang sedang melanda Indonesia sangat berpengaruh kepada penghasilan mereka, bahkan sangat menurun drastis.

“Sepi jarang orang keluar sejak ada wabah corona ini, penghasilan saya turun hingga 3/4 nya. Akhirnya saya cuma bawa barang sedikit saja, cuma seperempatnya” ujar Satrio pedagang es cincau dipinggir jalan.

Hal senada pun diungkapkan oleh Pak Karno seorang bapak tua pedagang cireng isi yang penghasilannya merosot hingga 3/4 nya.

Pedagang cuanki merosot hanya setengahnya, namun pedagang madu dari suku Baduy yang biasa menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan mengaku 1 bulan ini belum ada penjualan, tidak seperti sebelum yang bisa menjual 10-20 botol setiap bulannya.

reporter: Jumi yanti sutisna

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.