Biadab, Rezim Assad Gunakan Senjata Kimia pada Posisi Jaishul Islam, 70 Warga Mati Lemas

Biadab, Rezim Assad Gunakan Senjata Kimia pada Posisi Jaishul Islam, 70 Warga Mati Lemas

DOUMA (Jurnalislam.com) – Sebuah serangan kimia yang diluncurkan pada kubu pertahanan oposisi terakhir di Douma, yaitu Jaishul Islam, di dekat ibu kota Suriah, Damaskus, telah menewaskan sedikitnya 70 orang dan ratusan orang juga terkena dampaknya, kata relawan medis kepada Al Jazeera.

The White Helmets, sekelompok penyelamat yang beroperasi di daerah yang dikuasai oposisi di Suriah, mengatakan pada hari Sabtu (7/8/2018) bahwa sebagian besar korban jiwa adalah wanita dan anak-anak.

“Tujuh puluh orang mati lemas dan ratusan lainnya masih tercekik (sulit bernafas),” Raed al-Saleh, kepala The White Helmets, mengatakan kepada Al Jazeera, menambahkan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat karena banyak orang berada dalam kondisi kritis.

Al-Saleh mengatakan bahwa gas klorin dan gas lain yang tidak dikenal tetapi lebih kuat dijatuhkan dari atas Douma.

“Para sukarelawan White Helmet mencoba membantu warga, tetapi yang bisa kami lakukan hanyalah mengevakuasi mereka ke area lain dengan berjalan kaki karena sebagian besar kendaraan dan pusat-pusat penampungan tidak berfungsi.”

Korban serangan gas beracun rezim Assad, kebanyakan anak-anak

Salah satu anggota White Helmets mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada satu keluarga yang seluruh anggotanya mati lemas ketika mereka bersembunyi di ruang bawah tanah milik mereka, mencoba berlindung dari serangan udara dan bom barel.

Rezim Syiah Assad Lakukan 214 Serangan Bom Beracun pada Rakyatnya Sendiri

Pemerintah Amerika Serikat telah memperingatkan tanggapan global terhadap Suriah jika laporan tentang serangan kimia itu dikonfirmasi.

Namun rezim Syiah Suriah berkelit, menyebut berita tersebut sebagai fabrikasi (buatan, palsu), mengabaikan pembicaraan bahwa tentara Suriah menggunakan gas beracun sebagai “lucu”.

Pasukan pro-rezim Assad dan sekutu mereka pada hari Jumat (6/4/2018) melancarkan serangan udara dan darat yang dahsyat ke Douma, kota terakhir yang dikuasai oposisi Jaish al Islam di Ghouta Timur.

Kantor berita rezim Suriah SANA mengatakan pemboman besar, yang menghancurkan 10 hari tenang, sebagai balasan terhadap penembakan oleh Jaish al-Islam, kelompok bersenjata yang mengendalikan Douma, di daerah pemukiman di Damaskus.

Jaishul Islam Bantah Laporan Telah Sepakat dan Menyerahkan Kota Douma ke Rezim Assad

SANA melaporkan bahwa penembakan oleh Jaish al-Islam itu menewaskan empat orang dan menyebabkan kerusakan material. Jaish al-Islam membantah tuduhan itu.

“Douma mengalami serangan udara yang intens dan banyak wilayah kota hancur,” kata Moayed al-Dayrani, seorang warga Douma dan relawan medis, kepada Al Jazeera, menambahkan bahwa para dokter berjuang untuk menjangkau semua korban.

“Kami saat ini berurusan dengan lebih dari 1.000 kasus orang yang berjuang untuk bernafas setelah bom kaporit dijatuhkan di kota. Jumlah korban tewas mungkin akan sangat jauh meningkat.”

Douma Media Center, sebuah kelompok pro-oposisi, memasang gambar di media sosial orang-orang yang sedang dirawat oleh petugas medis, dan gambar yang tampak seperti mayat, termasuk banyak wanita dan anak-anak.

Rusia Tolak Rancangan Resolusi PBB atas Serangan Senjata Kimia

Petugas penyelamat juga memposting video orang-orang yang menunjukkan gejala yang serupa dengan serangan gas. Beberapa tampak mengeluarkan busa putih di sekitar mulut dan hidung mereka.

Gejala serangan klorin termasuk batuk, dyspnea, iritasi intensif pada selaput lendir dan kesulitan bernafas.

Ahmad Tarakji, presiden Asosiasi Medis Amerika Suriah, mengatakan bahwa “hanya ada beberapa dokter dan staf medis” yang masih “di Douma untuk mengobati begitu banyak korban jiwa.”

Berbicara kepada Al Jazeera dari Fresno, di negara bagian California, AS, Tarakji mengatakan bahwa banyak keluarga di Douma saat ini yang sedang berlindung di ruang bawah tanah untuk melindungi diri mereka sendiri dari bom barel dan penembakan.

“Penggunaan senjata kimia seperti klorin atau produk sejenis, secara de facto gas ini turun mengalir hingga ke ruang bawah tanah dan orang-orang itu … mulai terpapar senjata kimia itu dan itulah mengapa jumlah korban sangat tinggi,” tambahnya.

Perancis akan Intervensi Militer ke Suriah Jika Serangan Senjata Kimia Assad Terbukti

Dalam beberapa tahun terakhir, rezim Syiah Suriah telah dilaporkan menggunakan senjata kimia sebagai alat melawan oposisi bersenjata, laporan tersebut selalu dibantah.

Oposisi di Ghouta Timur berhasil menahan serbuan pasukan rezim Syiah Suriah selama bertahun-tahun dalam peperangan, tetapi pengepungan rezim selama empat tahun terhadap distrik itu telah menyebabkan krisis kemanusiaan akibat kekurangan makanan dan obat-obatan yang parah.

Pekan lalu, dua kelompok oposisi mencapai kesepakatan evakuasi dengan tentara Rusia, yang menghasilkan sekitar 19.000 orang dievakuasi ke provinsi utara Idlib.

Mereka termasuk pejuang dari kelompok oposisi Faylaq al-Rahman dan Ahrar al-Sham, keluarga mereka dan warga lainnya.

Kelompok-kelompok oposisi berpendapat bahwa evakuasi seperti itu sama dengan pemindahan paksa, tetapi akhirnya menyerah setelah berpekan-pekan dibombardir serangan intens oleh rezim dan Rusia.

Hanan Halimah, seorang mantan penduduk Douma, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa lebih dari 100.000 warga sipil masih terperangkap dan tidak mungkin menerima bantuan karena kota itu telah menderita kerusakan yang parah selama serangan rezim terakhir.

WHO: Inilah Serangan Senjata Kimia yang Paling Mengerikan

Info Grafik, Serangan Senjata Kimia Rezim Assad

 

 

Bagikan