SURIAH (Jurnalislam.com) – Tindakan militer Amerika terhadap rezim Syiah Suriah dapat menjadi skenario baru bagi konflik Rusia-AS, provokasi Rusia di perbatasan NATO di Eropa dan penciptaan “steroid Libya” setelah kejatuhan Bashar al-Assad, analis mengatakan.
Presiden Donald Trump pada hari Rabu (5/4/2017) mengatakan bahwa Bashar al-Assad telah menyeberang “ke luar garis merah” dengan melakukan serangan senjata kimia di kota Khan Sheikhun, Idlib, pada hari Selasa (4/4/2017). Wakil presiden Trump, Mike Pence, mengatakan “semua pilihan” berada di meja mengenai bagaimana AS akan menanggapi.
“Apa yang Assad lakukan sangatlah mengerikan. Apa yang terjadi di Suriah benar-benar salah satu kejahatan mengerikan,” kata Trump saat bepergian ke Florida dengan Air Force One.
Tapi analis dan ahli militer mengatakan kepada Middle East Eye pada hari Kamis (6/4/2017) bahwa tindakan militer apapun hampir tidak akan mungkin akibat hadirnya Rusia di Suriah, dan bisa mengubah negara itu menjadi negara gagal serta memicu konfrontasi pembalasan oleh Rusia di luar perbatasan Suriah.
Nicholas Drummond, analis pertahanan dan keamanan serta seorang mantan perwira militer British, mengatakan bahwa Trump memiliki tiga opsi militer: serangan udara presisi menggunakan rudal jelajah, pesawat pembom atau tempur untuk menetralisir kemampuan militer Bashar Assad, gugus tugas Marinir di lapangan untuk mengambil kendali kawasan strategis dan menghapus Assad secara fisik atau misi pasukan khusus untuk membunuh atau menangkap presiden Suriah itu.
Justin Bronk, seorang peneliti di the Royal United Services Institute di London, mengatakan bahwa walaupun AS memiliki “segudang” opsi militer, tindakan apapun bisa memicu konsekuensi yang tidak diinginkan dan jauh jangkauannya.
Bronk, seorang spesialis di bidang kekuatan udara dan teknologi, mengatakan: “AS memiliki platform udara, pasukan khusus, pengumpulan intelijen dan menargetkan seluruh Suriah, sehingga, mereka memiliki ide yang sangat baik untuk target yang mereka inginkan.”
Namun dia mengatakan hanya beberapa aset, seperti pembom siluman F-22 dan pembom strategis B-2, yang akan mampu melakukan serangan tanpa terdeteksi, dan akan menghadapi pasukan Rusia yang canggih yang melindungi Assad.
“Rusia memiliki rudal surface-to-air missiles S-300 dan S-400 yang kuat di pangkalan udara Latakia milik mereka dan pangkalan angkatan laut mereka di Tartus, serta aset bergerak. Mereka memiliki rentang sejauh 250 km, bahkan berpotensi menjangkau lebih jauh lagi tergantung pada rudal apa yang mereka gunakan. Mereka sangat sulit untuk dihalau, dan sangat mengancam.
“Lalu ada pesawat superioritas udara Rusia di Latakia, termasuk pesawat tempur Sukhoi 30 dan Sukhoi 35.”
Kemungkinan sasaran AS adalah gudang senjata, dan aset angkatan udara Suriah di pangkalan udara Suriah, “tapi sekali lagi Rusia berpotensi berada di situs tersebut, dan ada potensi masalah besar jika kita mengejar target tersebut”.
“Dengan kata lain, benar-benar hanya pasukan siluman AS canggih yang mungkin bisa melakukan serangan terbatas dengan risiko keterlibatan Rusia yang cukup rendah.
“Tapi hanya ada sedikit aset dalam koalisi Barat yang bisa melakukan serangan terhadap sasaran pemerintah Suriah tanpa izin Rusia. Mereka akan beroperasi dalam wilayah udara yang sangat ramai, terbang melalui koridor kecil, sehingga akan berisiko menggunakan aset canggih yang langka untuk dampak militer yang tidak pasti.”
Bronk menambahkan bahwa pilihan menegakkan zona larangan terbang untuk mencegah beroperasinya angkatan udara Suriah dan mencegah serangan kimia lebih lanjut juga sarat dengan masalah.
“Sekali lagi, tanpa kerjasama total Rusia, yang saya ketahui hampir sepenuhnya mustahil tanpa semacam tawar-menawar pada sejumlah hal lain, maka Anda akan mencoba untuk menegakkan zona larangan terbang dalam jangkauan aset Rusia, melawan angkatan udara Suriah yang mengoperasikan pesawat yang sama dengan Rusia dalam teater yang sama.
“Akan ada risiko penegakan hukum yang sangat besar, misalnya menembak jatuh aset Rusia, sehingga tanpa komitmen total Rusia akan sangat tidak dapat dilaksanakan.”
Bronk mengatakan dia yakin akan ada kemungkinan pembalasan dari Rusia.
“Jika Amerika harus melakukan semacam tindakan militer terhadap keberatan Rusia – seakan menggertak mereka – saya berpikir Rusia tidak akan benar-benar menembak pesawat AS kecuali mereka langsung diserang. Saya yakin mereka akan bersusah payah untuk tidak melakukannya.
“Tapi pada saat yang sama, Rusia memiliki sejarah panjang meningkat secara horizontal bukan vertikal, ketika dikonfrontasi, jadi apa yang akan Anda lihat adalah banyak masalah menyala di tempat lain apakah di Georgia, Ukraina, atau provokasi di sekitar Baltik – dengan kata lain, akan ada respon.”