Berita Terkini

Wartawan senior: Blokade terhadap Qatar Gagal, Ini Sebabnya

ISTANBUL (Jurnalislam.com)Seorang wartawan senior Palestina mengatakan pada hari Senin (13/6/2017) bahwa “solidaritas kuat” di kalangan Qataris telah berhasil menjaga agar ekonomi negara tetap stabil, meski terjadi pemboikotan oleh beberapa negara Teluk.

Presiden Al Sharq Forum dan mantan direktur jenderal jaringan al-Jazeera, Wadah Khanfar mengatakan negara-negara yang memboikot memperkirakan Qatar akan “diintimidasi dan segera menyerah”, namun itu bukan masalah, pemerintah dan rakyat justru menunjukkan kekuatan solidaritas, oleh karena itu kebutuhan dasar manusia di negara tersebut tidak mengalami efek negatif.”

Berbicara kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif, Khanfar membahas krisis yang meletus pekan lalu karena Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Yaman secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme.

Mauritania juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar keesokan harinya, sementara Yordania menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Doha. Arab Saudi juga menutup perbatasan daratnya dengan Qatar, sehingga secara geografis mengisolasi negara Teluk kecil tersebut.

Qatar menolak keras tuduhan bahwa pihaknya mendukung kelompok teroris dan meminta solusi diplomatik terhadap ketegangan yang semakin meningkat.

Khanfar mengatakan semua tindakan pemboikotan dilakukan sekaligus. Tidak ada lagi yang tersisa untuk dilakukan terhadap negara ini,” tambahnya.

Khanfar juga mengatakan sikap Turki terhadap Qatar, merupakan “keputusan yang beretika dan dianggap masuk akal”.

Pekan lalu, presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan ketidaksetujuan terhadap sanksi terhadap Qatar.

Parlemen Turki pada hari Rabu meratifikasi dua kesepakatan untuk menggelar pasukan di Qatar dan melatih pasukan gendarmerie negara tersebut. Produk Turki sudah bisa ditemukan di toko-toko Qatar.

“Boikot juga bertujuan untuk menghancurkan solidaritas negara-negara Teluk. Anda berhasil merusak Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council). Anda memprovokasi negara kuat seperti Turki. Anda tidak bisa sukses, Anda akan lemah secara strategis dan politis,” kata Khanfar. “Blokade ini gagal.”

Lebih dari 42.000 Warga Suriah Kembali ke Jarabulus dari Turki

GAZIANTEP (Jurnalislam.com) – Lebih dari 42.000 warga Suriah telah kembali ke Jarabulus di Suriah utara sejak kota tersebut dibebaskan dari kelompok Islamic State (IS), menurut seorang pejabat Turki di kantor migrasi pada hari Kamis, Anadolu Agency melaporkan Senin (12/6/2017).

Warga telah kembali ke rumah mereka di kota tersebut, yang terletak persis di seberang perbatasan Turki, sejak Tentara Pembebasan Suriah (the Free Syrian Army FSA) yang didukung Turki membebaskannya pada Agustus tahun lalu.

Warga Suriah yang kembali termasuk wanita dan anak-anak. Mereka dibawa ke Jarabulus setelah menjalani pemeriksaan keamanan di gerbang bea cukai Karkami di Gaziantep, seorang pejabat di kantor migrasi Gaziantep di Turki selatan, yang berbicara dengan syarat anonim karena pembatasan untuk berbicara dengan media, mengatakan.

Rata-rata 200 orang per hari telah kembali ke Jarabulus dari Turki, pejabat tersebut menambahkan.

Pasukan FSA di perbatasan membantu warga sipil pergi ke Jarabulus. Sejauh ini, 42.406 warga sipil dilaporkan telah kembali.

Operasi Euphrates Shield, yang dimulai pada akhir Agustus tahun lalu dan berakhir pada bulan Maret 2017, bertujuan untuk menghilangkan ancaman teror (IS dan PKK/YPG) di sepanjang perbatasan Turki oleh FSA, yang didukung artileri Turki dan dukungan serangan udara.

Sejak perang Suriah meletus di Suriah pada tahun 2011, Jarabulus dikendalikan oleh IS dan sesekali oleh kelompok teroris PKK / PYD.

Turki dan Azerbaijan Gelar Latihan Perang Bersama

BAKU (Jurnalislam.com)Anggota angkatan bersenjata Turki ikut serta dalam latihan militer bersama tentara Azerbaijan pada hari Senin (12/6/2017), menurut pemerintah di Baku, lansir World Bulletin.

Latihan tersebut dilakukan di Nakhchivan, sebuah wilayah eksklusi Azerbaijan, dan merupakan rangkaian latihan militer gabungan terakhir bagi negara-negara tetangga.

Latihan ini diperkirakan akan berakhir pada hari Jumat besok.

Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan, kegiatan Senin tersebut sejalan dengan kesepakatan sebelumnya yang ditandatangani antara kedua negara.

Pada tahun 2015, Turki, Azerbaijan dan Georgia menandatangani sebuah nota kesepahaman dalam upaya untuk meningkatkan perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas di wilayah tersebut.

Menteri Ekonomi Qatar: Blokade Negara Teluk Hanya Berdampak Kecil

QATAR (Jurnalislam.com) – Menteri perdagangan dan ekonomi Qatar mengatakan bahwa dampak blokade tetangganya di Teluk Arab terhadap Doha “terbatas (minim)” karena negara tersebut sudah mempersiapkan menghadapi suatu peristiwa darurat dengan rantai pasokan alternatif.

Sheikh Ahmed bin Jassim Al Thani mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Senin (12/6/2017) bahwa Qatar telah merencanakan kemungkinan semacam itu dan mampu mengatasi blokade Senin lalu “dalam beberapa jam”.

“Kami mulai mengimpor makanan, susu dan barang-barang lainnya dari Turki sejak hari pertama blokade tersebut diberlakukan,” katanya.

“Sekarang kita tidak berbicara tentang kebutuhan primer konsumen, kita sekarang berbicara tentang mempertahankan gaya hidup Qatar dan mereka yang tetap tinggal terus di Qatar.

“Semua rantai pasokan, baik melalui udara atau laut berjalan dengan lancar – ini bisnis seperti biasa,” tambahnya.

Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi sepekan yang lalu, menuduh Doha mendukung “terorisme.”

Pemerintah Qatar menolak tuduhan tersebut sebagai “tidak berdasar” dan mengatakan bahwa pihaknya telah memimpin wilayah dalam menyerang akar “terorisme”, termasuk memberi harapan kepada kaum muda melalui pekerjaan, mendidik ratusan ribu pengungsi Suriah dan komunitas pendanaan Program untuk menantang agenda kelompok bersenjata.

Sanksi tersebut telah mengganggu arus impor dan bahan lainnya ke Qatar dan menyebabkan banyak bank asing menimbang kembali urusan mereka dengan negara tersebut.

“Semua proyek infrastruktur, yang terkait dengan Piala Dunia 2022 atau terkait dengan peningkatan infrastruktur lain yang telah kami rencanakan seperti Metro, jalan raya dan lain-lain – semuanya akan sesuai jadwal,” kata Sheikh Ahmed.

“Bahkan jika kita tidak mengimpor atau mengekspor hingga tahun depan, kita memiliki cukup bahan untuk menutupi proyek infrastruktur dan sektor swasta kita.”

Menteri luar negeri Qatar, yang berbicara dalam tur diplomatik ke Kerajaan Inggris dan Prancis, menggemakan pandangan menteri ekonomi tersebut, dengan mengatakan blokade tersebut tidak akan menimbulkan “implikasi radikal.”

“Perekonomian Qatar kuat, sebagian besar memang didasarkan pada ekspor minyak, tapi Qatar juga memiliki investasi asing, beragam industri dan bisnis yang tidak bergantung pada pasar negara-negara yang menerapkan langkah-langkah (blokade) tersebut,” menteri luar negeri mengatakan.

“Jika ada kenaikan di bidang biaya tertentu, maka akan dikompensasikan di masa depan, karena itulah ekonomi kita tidak akan terpengaruh.”

Diskusi “Mengurai Benang Kusut UU JPH, Mengejar Ketertinggalan Industri Halal”

Perkembangan pasar industri halal yang demikian pesat di dunia telah menjadikan industri ini sebagai salah satu prioritas pembangunan di banyak negara muslim, dan bahkan juga mencuri perhatian negara-negara berpenduduk mayoritas non-muslim. Ironisnya, sebagai negara dengan pasar halal terbesar di dunia, Indonesia malah ketinggalan dalam pengembangan industri ini.

Manakala Malaysia telah menargetkan menjadi hub industri halal dunia, dan Jepang serta Korea sudah berencana membuat kawasan industri halal, Pemerintah Indonesia hingga saat ini belum memiliki roadmap yang jelas, dan masih berkutat sebatas pada keuangan syariah. UU Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang telah disahkan tahun 2014 belum kunjung dibuat peraturan pelaksananya hingga tenggat waktu 2016, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) juga belum terbentuk.

CORE Indonesia mengundang rekan-rekan untuk menghadiri acara CORE Media Discussion (CMD) dan dengan tema “Mengurai Benang Kusut UU JPH, Mengejar Ketertinggalan Industri Halal” sekaligus bersilaturahmi dan buka puasa bersama, pada Hari Selasa, 13 Juni 2017, Pukul 15.30 – 17.30 WIB bertempat di Kantor CORE Indonesia, Jl. Tebet Barat Dalam Raya No. 76A. Jakarta Selatan 12810 .
Lokasi Google Maps (https://goo.gl/maps/ztrpNsLyri92)

Menghadirkan narasumber:
• Ibu Ledia Hanifah Amaliah, M. Psi.T – Anggota Komisi VIII DPR RI dan Ketua Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang (RUU) JPH.
• Bapak Irfan Wahid – Ketua Pokja Industri Kreatif, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN).
• Bapak Adhi S. Lukman – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI).
• Akhmad Akbar Susamto, Ph.D – Ekonom CORE Indonesia.

Siaran Pers

Forum Me-Dan NTB Gelar Bazar Paket Sembako Murah

BIMA (Jurnalislam.com) – Untuk membantu ekonomi serta meringankan beban masyarakat di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok, Forum Medis dan Aksi Kemanusiaan (Me-Dan) Wilayah NTB menggelar acara Bazar paket sembako murah. Acara yabg berlangsung pada ahad (11/6/2017) dilaksanakan di Jalan Wolter Monginsidi, Melayu, Kelurahan Melayu, Asakota, Kota Bima.

“Acara ini adalah bentuk kepedulian kami kepada masyarakat di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok berupa sembako dan kebutuhan lainnya,” kata Ketua Forum Me-DAN NTB, Suherman A.Md Kep kepada Jurnalislam.com.

“Terlebih ini adalah bulan ramadhan, maka kami akan selalu berupaya untuk bisa selalu menjalin ukhuwah dan peduli kepada sesama, termasuk melalui acara-acara seperti ini,” sambungnya.

Suherman menjelaskan, bazaar akan digelar selama tiga hari di tempat yang berbeda termasuk di wilayah Kabupaten Bima.

“Kami juga ucapkan terimakasih atas kerjasamanya, dan Insya Allah akan kami juga akan adakan aksi-aksi berikutnya yang lebih luas lagi,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu pengunjung, Ibu Fatmah, menuturkan, “Saya sangat senang sekali dengan Pasar Murah ini, meskipun stok pembelian dibatasi tetapi suasana tetap sangat ramai, kalau bisa diadakan lagi ya Mas,” tuturnya.

Reporter: Sirath

Semangat Saling Menguatkan, SPM Bentuk Komunitas Orang Tua Anak Penyandang Epilepsi

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Para orangtua anak penyandang epilepsi, terkadang merasa hanya dirinya sendiri yang berjuang melakukan pengobatan untuk sang buah hati. Sebab itu, guna menumbuhkan semangat saling menguatkan, Sinergi Pelayanan Masyarakat (SPM) Sinergi Foundation menggelar Silaturahim dan Pembentukan Komunitas Orang Tua Anak Penyandang Epilepsi.

“Dengan adanya komunitas, mereka bisa saling sharing informasi dan saling menguatkan. Sampai saat ini belum ada komunitas yang mewadahi orang tua penyandang epilepsi,” terang Koordinator SPM, Nenon Saribanon di Aula Gedung Wakaf Bandung, Kamis (08/6/2017).

“Kegiatan ini bertujuan mewadahi mereka (red_orang tua), agar tetap bersemangat dalam menjalani ujiannya, bahwa mereka tidak sendiri,”lanjutnya. Para orang tua yang tergabung dalam komunitas ini adalah dhuafa yang beberapa kali sempat mendapat bantuan dana dan obat-obatan dari Sinergi Foundation.

Ke depannya, imbuh Nenon, orang tua anak penyandang Epilepsi ini akan dikelompokkan berdasarkan daerah. Sekaligus penunjukkan ketua dari masing-masing kelompok Hal ini agar memudahkan SF untuk mengontrol jalannya komunitas.

Selain itu, kegiatan tahunan kedua kali ini diisi oleh Nasir Jatmika pakar Akupresur yang sangat mendalami perihal penyakit Epilepsi. Di acara silaturahim tersebut, peserta mendapatkan edukasi materi cum cerita tentang apa dan bagaimana menangani penyakit epilepsi. Ia juga memberikan tips memberikan terapi kesembuhan yang bisa dilakukan di rumah.

Dalam materinya, ia juga mengapresiasi inisiasi SPM-SF membentuk komunitas epilepsi tersebut. Dengan dibentuknya komunitas ini, Nasir berharap akan lebih banyak anak yang sembuh dan hidup normal seperti kebanyakan yang lain.

Sementara itu, salah seorang penerima manfaat, Ummu Adam bersyukur dengan adanya kegiatan ini. “Anak saya sudah menderita epilepsi selama 12 tahun. Alhamdulillah, dengan bantuan Sinergi Foundation, beban saya membeli obat yang harganya melangit teringankan. Apalagi sekarang ada komunitas, saya bisa berbagi pengalaman dengan sesama orang tua penyandang epilepsi,” katanya.

Siaran Pers

Raja Maroko Tawarkan Dirinya Tengahi Negara-negara Teluk

MAROKO (Jurnalislam.com)Raja Maroko Mohammed VI menawarkan untuk menengahi perselisihan diplomatik antara Qatar dan tiga negara Teluk Arab yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha dan sejak itu telah memberlakukan blokade yang melemahkan negara tersebut, lansir Aljazeera, Ahad (11/6/2017).

Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Maroko mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad bahwa kerajaan tersebut siap untuk memainkan peran “konstruktif dan netral” dalam krisis ini.

“Jika semua pihak menginginkan, Kerajaan Maroko siap menawarkan jasanya untuk mendorong dialog yang jujur ​​dan menyeluruh atas dasar campur tangan dalam urusan internal dan perang melawan ekstremisme agama,” bunyi pernyataan tersebut.

“Karena ikatan pribadi persaudaraan yang kuat dan pertimbangan bersama yang tulus antara Raja Mohammed VI – dan saudara laki-lakinya para Raja dan Amir negara-negara Teluk, Kerajaan Maroko telah berhati-hati untuk tidak memberikan pernyataan publik dan pernyataan tergesa-gesa yang hanya memperkuat perselisihan dan memperdalam perbedaan,” kata kementerian dalam pernyataan tersebut.

Ditambahkan bahwa Raja telah meminta semua pihak “menjadi bijak untuk mengurangi ketegangan, untuk mengatasi krisis ini dan akhirnya menyelesaikan penyebab yang menyebabkan hal ini, sesuai dengan semangat yang selalu menang di dalam GCC.”

“Kerajaan mendukung netralitas yang konstruktif, yang tidak dapat membatasi pengamatan pasif terhadap eskalasi yang mengganggu antara negara-negara persaudaraan.”

Perselisihan antara Qatar dan negara-negara Arab meningkat setelah ucapan salah yang dikaitkan dengan Amir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani diterbitkan di kantor berita Qatar yang dikelola negara oleh para hacker.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada hari Senin, menuduhnya mendukung “ekstremis” dan musuh utama mereka, Iran.

Pemerintah Qatar menolak tuduhan tersebut karena “tidak berdasar” seraya mengatakan bahwa mereka telah memimpin wilayah tersebut dalam menyerang akar “terorisme”, termasuk memberi harapan kepada kaum muda melalui pekerjaan, mendidik ratusan ribu pengungsi Suriah dan mendanai program masyarakat untuk menantang agenda kelompok bersenjata

“Posisi kami dalam melawan terorisme lebih kuat daripada kebanyakan penandatangan pernyataan bersama – sebuah fakta yang diabaikan oleh para penuduh,” kata pemerintah Qatar.

Syeikh Ayman: Satu Ummah, Satu Perang di Beberapa Front

JURNALISLAM.COM – Beberapa saat dalam beberapa tahun terakhir, amir al Qaeda Syeikh Ayman al Zawahiri memiliki seorang editor baru. Syeikh Zawahiri sebelumnya dikenal karena pidatonya yang panjang, namun kini Syeikh Zawahiri semakin sering mencatat pesan yang lebih pendek dengan argumen yang lebih terfokus. Pesan pendek Syeikh Ayman Zawahiri yang terakhir muncul kemarin, Ahad (11/6/2017) seperti yang diterjemahkan Long War Journal, yaitu ketika As Sahab, kelompok media Al Qaeda, merilis episode ketujuh dalam seri “Brief Messages to a Victorious Nationkarya Zawahiri. Pesannya berjudul, “Satu Ummah, Satu Perang di Beberapa Front.”

Dr Zawahiri menekankan inti dari ideologi tandzimnya: jihad adalah kewajiban bagi umat Islam di seluruh dunia, terutama bila sekelompok orang kafir melecehkan tanah Muslim. Tentu saja, banyak otoritas Muslim dianggap tidak sah dalam pandangan dunia ini, karena tidak mematuhi versi Islam yang sama yang dianut oleh para jihadis.

Pesan tersebut dibuka dengan gambar: Hassan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin; Izz Ad-Deen Al-Qassam, seorang pemikir Islam Suriah yang mengkhotbahkan jihad; Abdullah Azzam, salah satu pendiri pendahulu al Qaeda dan godfather jihadisme modern; Pendiri Al Qaeda Usamah Bin Laden dan Abu Musab al-Suri, seorang ideolog yang ajarannya berpengaruh; Abu Muhammad al-Turkistani, salah satu pendiri partai Islam Turkistan yang berafiliasi dengan Al Qaeda; dan pendiri Taliban Mullah Muhammad Omar.

Mereka adalah tokoh panutan mujahidin yang terbentang kembali sejak awal abad 20.

“Umat kita hari ini menghadapi perang global di mana Tentara Salib Barat dan Timur (Ortodoks), Cina, Hindu, Rafidoh [yang berarti orang Iran dan sekutu Syiah] dan juga nasionalis sekuler, semuanya menjadi mitra kejahatan,” kata Dr Zawahiri. “Dari pantai-pantai di al-Maghreb (Afrika Utara Barat) ke Turkistan Timur, Anda akan menemukan sebuah dunia Muslim yang menghadapi agresi, penjajahan, penindasan, pemboman, dan aliansi internasional yang bekerja dalam sarung tangan rezim, yang berada di luar Islam dan bekerja untuk kepentingan penjahat internasional terkemuka, AS. “

Al Qaeda telah berulang berpesan bahwa umat Islam dihadapkan pada aliansi yang besar ini. Ini adalah pembesaran konspirasi “Zionist-Crusader” yang menjadi dasar bagi Syeikh Usamah bin Laden untuk pertama kali membuat batu penjuru pemikirannya di tahun 1990an.

Dr Zawahiri juga menjelaskan bagaimana begitu banyak pihak, yang seringkali bertentangan satu sama lain, sebenarnya merupakan bagian dari upaya terpadu yang sama.

“Dalam hal kekhasan, satu wilayah mungkin sedikit berbeda dari yang lain, namun ada beberapa common denominator (persamaan umum) yang jelas, yaitu memerangi Islam atas nama ‘Fight against Terrorism’ dan tunduk pada ‘Sistem Internasional’, yang dibuat dengan cerdik oleh para pemenang Perang Dunia II dan pencuri sumber daya alam dunia – khususnya dunia Muslim,” kata Syeikh Zawahiri.

Pemimpin Al Qaeda berpendapat bahwa AS masih merupakan musuh utama. “Anda akan menemukan bahwa peran utama dalam aliansi kriminal ini adalah Amerika, dan kemudian Negara lain memiliki peran bertahap yang berbeda sesuai kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing mitra dan taruhannya dalam sistem,” klaimnya.

Dr Zawahiri menyerukan persatuan dalam menghadapi rintangan yang luar biasa ini. Dia mengutip sebuah ayat Quran yang secara rutin dikutip Al Qaeda dalam seluruh produksinya, “Dan berpegang teguhlah pada tali Allah dan janganlah terpecah di antara kalian sendiri”.

Dan dia mengatakan bahwa “ahli hukum” dahulu “memutuskan bahwa tanah kaum muslimin memiliki status satu domain saja.”

Syeikh Zawahiri melanjutkan: “Ada konsensus di antara para ahli hukum bahwa jika musuh kafir menempati wilayah Muslim, penduduknya memiliki kewajiban untuk mempertahankan tanah itu, dan jika mereka merasa tidak mampu melakukannya, kewajiban ini berkembang secara melingkar bagi muslim di wilayah yang terdekat dengan mereka, dan seterusnya hingga mencakup umat Islam di seluruh dunia.”

Muslim “selalu bangkit untuk mempertahankan tanah mereka tanpa memandang kewarganegaraan atau ras,” lanjutnya. Dan ini adalah “norma yang berlaku hingga runtuhnya negara Utsmani, yang telah membela tanah Islam selama lima abad.”

“Setelah jatuhnya Ottoman,” kata Zawahiri, “konsep negara-bangsa dengan batas-batas yang ditentukan oleh penjajah kafir mulai memegang pengaruh, dan di kalangan umat Islam muncul beberapa pendukung gagasan ini. Inilah sebabnya mengapa pelopor kebangkitan Islam secara aktif bertempur melawan konsep ini.

Amir Al Qaeda ini kemudian mencantumkan orang-orang yang dia anggap penting sebagai tokoh utama, menunjukkan bahwa mereka melancarkan jihad hingga jauh dari tempat asal mereka.

Hassan al-Banna, seorang Mesir, mengorganisir “batalyon untuk pembebasan Palestina.” Izz ad-Deen al-Qassam, seorang Suriah, mengobarkan “jihad di Palestina.” Abdullah Azzam, orang Palestina, membangunkan “umat untuk membela Afghanistan,serta menyatakan, “bahwa jihad telah menjadi Fardhu Ain (kewajiban wajib) sejak jatuhnya al-Andalus (pemerintahan Muslim di Spanyol).”

“Kemudian muncul Imarah Islam Afghanistan [negara Taliban], dan kami melihat orang-orang Afghanistan dan imigran sama-sama menjanjikan kesetiaan kepadanya,” kata Dr Zawahiri. Syeikh Usamah bin Laden dan Abu Musab al Suri – keduanya orang Arab – dan Abu Muhammad al-Turkistani” berjanji “setia kepada Mullah Muhammad Umar, orang Afghani (semoga Allah mengasihani mereka masing-masing).”

“Jadi semoga Allah memberi penghargaan kepada para perintis ini, yang menghidupkan kembali semangat satu ummat bersatu dalam menghadapi musuh kafir,” kata Zawahiri menjelang akhir ceramahnya.

Dia kemudian memperingatkan bahwa ada beberapa kelompok berusaha untuk membagi jihad sesuai dengan batas-batas nasional dan kepentingan nasional saja, yang tidak dapat diterima dalam ajaran jihad itu sendiri.

Doha Izinkan 11.000 Warga Negara Pemboikot untuk Tetap Tinggal di Qatar

DOHA (Jurnalislam.com)Warga negara yang memotong hubungan diplomatik dengan Qatar pekan ini bebas untuk tetap tinggal di negara Teluk tersebut sesuai dengan peraturan yang ada, menurut kementerian dalam negeri.

Pernyataan kantor berita negara Qatar pada hari Ahad (11/6/2017) tersebut mengatakan bahwa tidak ada perubahan kebijakan terhadap warga “negara persaudaraan dan persahabatan, yang mengurangi atau membatasi hubungan diplomatik setelah kampanye jahat dan permusuhan melawan Qatar”, lansir Aljazeera.

Hampir sepekan setelah Arab Saudi dan beberapa sekutunya memutuskan hubungan dengan Qatar dalam krisis diplomatik Teluk yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak ada tanda-tanda bahwa perselisihan sengit tersebut diselesaikan.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir menuduh Qatar mendukung “terorisme”.

Qatar menolak keras tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya terbuka terhadap perundingan untuk mengakhiri perselisihan tersebut, dimana tiga negara bagian Teluk juga memerintahkan semua warga Qatar keluar dari negara mereka dalam waktu 14 hari.

Krisis tersebut telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam akan ketidakstabilan di wilayah tersebut dan, pada hari Ahad, menteri luar negeri Kuwait mengatakan negaranya akan terus berupaya untuk menengahi solusi terhadap krisis tersebut.

Qatar mengatakan pada Sabtu malam bahwa pihaknya tidak akan membalas dengan tindakan serupa.

Keputusan tersebut akan menjadi bantuan bagi lebih dari 11.000 orang dari Arab Saudi, UEA dan Bahrain yang tinggal di Qatar.

Kekhawatiran telah diajukan mengenai dampak tindakan ini terhadap orang-orang yang tinggal di semua negara yang terkena dampak.

“Bagi ribuan orang yang berpotensi di seluruh Teluk, dampak langkah-langkah yang diberlakukan setelah perselisihan politik ini adalah penderitaan, patah hati dan ketakutan,” kata Amnesty International.

Arab Saudi mengatakan pada hari Ahad bahwa pihaknya telah memesan “tindakan yang sesuai” untuk membantu keluarga dengan kewarganegaraan campuran, dengan memberikan beberapa rincian.

Komite Hak Asasi Manusia Nasional Qatar menolak inisiatif Saudi untuk membantu keluarga yang menghadapi ancaman dipisah melalui deportasi dan pengusiran sebagai latihan “penyelamatan muka”.

NHRC mengatakan bahwa sebuah hotline yang didirikan oleh Arab Saudi, UEA dan Bahrain untuk membantu keluarga campuran “terlalu samar untuk memiliki dampak praktis” dan “tidak memiliki mekanisme untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak.”