Berita Terkini

DSKS : Ada Syiah dan Liberal dalam 200 Mubaligh Rekomendasi Kemenag

SOLO (Jurnalislam.com)—Ketua Dewan Syariah Kota Solo (DSKS) Dr. Muinudinillah Basri menilai bahwa sebenarnya masih banyak nama selain 200 orang rekomendasi dai Kemenag yang kini menimbulkan polemik.

“Kemudian bahwa orang yang di luar itu jauh lebih bagus, banyak yang lebih bagus atau sama bagusnya, dengan apa yang disampaikan pada list itu,” katanya kepada Jurnalislam, Senin (22/5/2018).

Lebih lanjut, ustaz Muin mengkritik adanya sejumlah nama yang terindikasi berpaham Syiah dan Liberal dalam rekomendasi Kemenag tersebut.

“Yang kedua bahwa orang orang yang disebutkan itu adalah legitimasi, sementara di dalamnya ada orang Syiah, ada orang orang liberal yang sangat-sangat tidak layak disebut sebagai da’i, maka kami menentang keras pencantuman dalam list tersebut,” tambahnya.

Ustaz Muin juga menilai, keputusan Kemenag yang hanya mencantumkan 200 nama itu akan menjadikan multitafsir di kalangan umat Islam, Sebab, katanya, seoalah-olah hanya 200 nama tersebut yang layak untuk berceramah.

“Sebetulnya menjadikan 200 orang itu, itu memiliki arti yang sangat negatif, karena seakan akan, selain itu tidak direkomendasikan,” tambahnya. Hal itu, menurutnya dapat menimbulkan syak wasangka di antara para dai dan juga berpotensi menimbulkan perpecahan.

Seperti diketahui, Kementerian Agama merekomendasikan 200 dai atau mubaligh beberapa waktu lalu. Beberapa nama terdaftar dalam rekomendasi tersebut seperti KH Abdullah Gymnastiar, KH Didin Hafidhuddin, Dr. Hidayat Nur Wahid, Yusuf Mansur, dll.

Namun, sebagian tokoh mengaku tidak tahu dan menolak dimasukkan namanya dalam daftar 200 dai rekomendasi Kemenag. Beberapa pihak seperti Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Bambang Soesatyo dan tokoh-tokoh lainnya mempertanyakan kriteria dan metode Kemenag merilis 200 mubaligh.

Belum Dicabutnya Keputusan 200 Mubaligh Dinilai Semakin Pertajam Perpecahan

SOLO (Jurnalislam.com)- Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) Dr, Muinudinillah Basri menilai, belum dicabutnya keputusan Kemenag ihwal rekomendasi 200 Da’i dan Mubaligh yang berdakwah untuk umat, berpotensi menimbulkan perpecahan dan membuat konflik di kalangan umat Islam di Indonesia.

“Memecah belah dan membuat konflik yang cukup besar dan luas,” katanya kepada Jurnalislam.com di Solo, Ahad, (20/5/2018).

Ustaz Muin juga menilai, keputusan Kemenag yang hanya mencantumkan 200 nama itu akan menjadikan multitafsir di kalangan umat Islam, Sebab, katanya, seoalah-olah hanya 200 nama tersebut yang layak untuk berceramah.

“Sebetulnya menjadikan 200 orang itu, itu memiliki arti yang sangat negatif, karena seakan akan, selain itu tidak direkomendasikan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Kementerian Agama merekomendasikan 200 dai atau mubaligh beberapa waktu lalu. Beberapa nama terdaftar dalam rekomendasi tersebut seperti KH Abdullah Gymnastiar, KH Didin Hafidhuddin, Dr. Hidayat Nur Wahid, Yusuf Mansur, dll.

Namun, sebagian tokoh mengaku tidak tahu dan menolak dimasukkan namanya dalam daftar 200 dai rekomendasi Kemenag.

 

GNPF Ulama dan GUIB Jatim Komitmen Kawal Isu Keumatan di Surabaya

SURABAYA (Jurnalislam.com) Tokoh masyarakat, ulama, hingga elemen ormas Islam Jawa Timur yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim bersilaturahim di Pondok Pesantren Hidayatullah – Surabaya (20/5/2018).

Acara silaturahim ini pun turut dihadiri oleh Ustaz Yusuf Martak selaku ketua GNPF Ulama. Dalam silaturahim ini, para tokoh membahas masifnya aksi penangkapan orang-orang yang diduga teroris yang dilakukan oleh pihak aparat.

Sekjen GUIB Muhammad Yunus mengatakan bahwa GUIB, atas sepengetahuan MUI akan membentuk Tim Pencari Fakta terkait kasus aksi penyerangan gereja dan aksi penangkapan terduga teroris beberapa waktu lalu hingga sekarang.

“Hal ini bertujuan membantu pihak aparat kepolisian agar lebih objektif dan tidak menjadi bahan fitnah dari umat islam dikarenakan isu yang berkembang. Kami juga berharap dari pihak GNPF Ulama turut berkontribusi dalam hal ini”, kata M Yunus

Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak menyambut baik usaha GUIB.

“Kami berjanji akan mendukung langkah yang diambil oleh pihak GUIB dalam mengawal isu terorisme yang terjadi belakangan di Jawa Timur. GNPF Ulama akan membantu dalam bidang advokasi dan hal lain yang dibutuhkan”.

Silaturahim ini ditutup dengan acar buka bersama dan shalat berjamaah di Masjid dalam lingkungan Ponpes Hidayatullah Surabaya.

 

Kembali Perluas Wilayahnya, Kini Distrik Ajristan Direbut Taliban

AFGHANISTAN (Jurnalislam.com) – Imarah Islam Afghanistan (Taliban) mengatakan bahwa mereka menguasai distrik Ajristan di provinsi tenggara Ghazni setelah mengepung pusat distrik selama beberapa hari. Ajristan adalah distrik kedua di Ghazni yang akan dikuasai oleh Taliban dalam sepekan terakhir, Long War Journal melaporkan Ahad (20/5/2018).

Taliban membuat pernyataan itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Ahad di situs resminya, Voice of Jihad, yang diterbitkan dalam lima bahasa: Dari, Pashtu, Urdu, Arab, dan Inggris.

Menurut Taliban, “sebagian besar pasukan musuh menyerah kepada Mujahidin dan sisanya dipaksa melarikan diri,” dan pusat distrik dan markas polisi diambil alih “tanpa baku tembak.” Taliban mengatakan mereka menunjukkan sebuah “pesan dari pemimpin terhormat “Syeikh Mullah Haibatullah kepada pasukan Afghanistan yang terkepung, yang kemungkinan merupakan tawaran amnesti untuk militer, polisi, dan pejabat pemerintah yang meletakkan senjata mereka dan berjanji untuk tidak bekerja dengan pemerintah Afghanistan bentukan AS dan Koalisi (NATO).

Serangan dari Segala Arah Taliban Bungkam Pasukan Bentukan AS-NATO di Kota Farah

Selain itu, Taliban mengatakan, mujahidin merebut “sejumlah besar senjata rampasan perang” dan para pejuangnya “sedang melakukan operasi [pembersihan] di distrik.”

Pers Afghanistan telah melaporkan bahwa Taliban telah maju di pusat distrik Ajristan yang telah berada di “ambang kehancuran.” Gubernur distrik dan kepala polisi telah melarikan diri dari pusat distrik ke daerah lain di Ajristan dan telah dikepung oleh Taliban, TOLONews melaporkan. Ini berarti sangat mungkin bahwa pasukan Afghanistan meninggalkan markas militer dan markas polisi.

Ajristan adalah distrik kedua di Ghazni yang jatuh ke tangan Taliban pekan lalu. Pada tanggal 16 Mei, Taliban mengatakan pihaknya menyerbu distrik Jaghatu di provinsi Ghazni “setelah pertempuran dari senjata berat dan ringan yang sengit.”

Kekuatan pasukan boneka AS di provinsi Ghazni telah memburuk dengan cepat selama setahun terakhir. Dari 19 distrik di Ghazni, Taliban menguasai lima dan memperjuangkan sembilan distrik lagi, menurut informasi yang dikumpulkan oleh Long War Journal FDD. Hanya lima distrik yang dianggap dikontrol oleh pemerintah Afghanistan.

Ghazni City, pusat provinsi, adalah salah satu dari tujuh ibu kota provinsi yang diperjuangkan Taliban, menurut Kementerian Pertahanan Afghanistan. LWJ menilai Ghazni City sedang diperebutkan, sementara Resolute Support, per 31 Januari, menganggapnya berada di bawah kendali pemerintah. Taliban mengendalikan jaringan jalan ke kota, dan hidup di dalamnya secara terbuka di satu lingkungan, mengumpulkan pajak, memerangi personil militer musuh dan pejabat boneka, dan menegakkan hukum Islam.

Taliban telah menguasai enam pusat distrik sejak mengumumkan awal operasi Al Khandaq Jihadi pada akhir April. Pemerintah Afghanistan mengatakan telah merebut kembali tiga dari mereka, namun Taliban membantah klaim pemerintah bentukan AS ini.

Presiden Palestina Mendadak Dilarikan ke Rumah Sakit

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah dirawat di rumah sakit di Ramallah di Tepi Barat yang dijajah Israel, seorang pejabat Palestina mengatakan, tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kondisinya, lansir Aljazeera Ahad (19/5/2018).

Ini adalah ketiga kalinya Abbas, 82 tahun, dirawat di rumah sakit dalam sepekan.

Dia menjalani operasi telinga kecil pada hari Selasa dan dibebaskan beberapa jam kemudian dan masuk kembali ke rumah sakit pada hari Jumat, kata kantor berita resmi Palestina WAFA.

Pertemuan Ramallah: Abbas Bantah Keras Donald Trump

Abbas gagal menghadiri pertemuan kerja sama luar biasa Organisasi Kerjasama Islam-OKI (the Organisation of Islamic Cooperation-OIC) di Turki pada hari Jumat, yang diadakan untuk membahas pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem.

Abbas memiliki sejarah panjang masalah kesehatan, mulai dari masalah jantung hingga serangan kanker prostat satu dekade lalu.

Dia belum menunjuk seorang pengganti, dan Palestina tidak mengadakan pemilihan presiden sejak 2005.

Sisa-sisa Milisi IS Tinggalkan Kamp Pengungsi Yarmouk Kemarin

SURIAH (Jurnalislam.com) – Aktivis Rezim Suriah mengatakan sisa-sisa pasukan kelompok Islamic State (IS) menarik diri dari daerah Yarmouk di luar ibukota, Damaskus.

Video di media sosial muncul untuk menunjukkan bus memasuki kamp Yarmouk lewat Ahad (20/5/2018) tengah malam untuk mengangkut anggota IS dan keluarga mereka keluar dari daerah itu, lansir Aljazeera.

Namun media pemerintah rezim Suriah membantah bahwa ada kesepakatan antara IS dan pemerintah.

Pinggiran Damaskus telah menderita pemboman paling intens oleh tentara rezim Syiah Suriah selama empat pekan terakhir.

Pengungsi Palestina di Suriah Hingga Akhir 2015, 3.089 Tewas dan 1.028 Ditahan Rezim Assad

Pasukan IS tetap di sana setelah kelompok oposisi bersenjata lainnya di sekitar ibukota pergi.

Sebelum perang, kamp Yarmouk adalah rumah bagi salah satu komunitas pengungsi Palestina yang paling makmur di Timur Tengah.

Sekarang wilayah tersebut menjadi tumpukan puing, dengan bekas penghuninya tersebar di seluruh wilayah.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (The United Nations Relief and Works Agency-UNRWA) untuk Pengungsi Palestina mengatakan bahwa mereka kewalahan oleh besarnya bencana kemanusiaan.

Sudah 1100 Pengungsi Palestina Gugur di Kamp Yarmuk

“Orang-orang telah melarikan diri,” kata Christopher Gunness, juru bicara UNRWA, kepada Al Jazeera dari Yerusalem Timur yang diduduki.

“Perang yang menyedihkan ini telah mengekstraksi dampak yang tak terhitung bagi warga Yarmouk,” tambah Gunness, yang mengunjungi rezim Suriah pekan lalu.

Dia mengatakan “salah satu kamp pengungsi Palestina yang paling berkembang di Timur Tengah” benar-benar hancur.

“Mereka [warga Yarmouk] melarikan diri melalui daerah Yalda, yang berbatasan dengan Damaskus. Mereka datang ke kantor kami di Damaskus dalam keadaan trauma, setelah dibom habis-habisan, tanpa membawa apapun,” katanya.

“Yarmouk pernah menjadi simbol Palestina – bahkan – kemakmuran; itu adalah bagian dari tempat mereka di Timur Tengah, salah satu kamp pengungsi terbesar yang kita miliki, namun hari ini luluh lantak dalam reruntuhan total.”

Sebuah Crane Kembali Roboh di Tanah Suci

MEKAH (Jurnalislam.com) – Pejabat dari Mekah menegaskan kepada media lokal bahwa sebuah derek jatuh pada hari Ahad (20/5/2018) di daerah yang sedang dibangun namun bukan daerah yang dilewati jamaah.

Saluran televisi Al Ekhbariya mengutip para pejabat Mekkah dalam sebuah tweet mengatakan tidak ada jamaah yang dilaporkan menderita luka-luka kecuali pengemudi crane yang menderita luka ringan.

Foto-foto menunjukkan derek itu runtuh di area tertutup yang sedang dibangun dan bukan merupakan area umum.

65 Jamaah Haji Meninggal Dunia dan 154 Terluka Setelah Sebuah Crane Jatuh di Masjidil Haram

Menyelami Jurnalisme Islami

Oleh: Beggy Rizkiyansyah – Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU)

“Truth, it seems, is too complicated for us to pursue. Or perhaps it doesn’t exist, since we are all subjective individuals. There are interesting arguments, maybe, on some philosophical level, even valid.…”

Demikian terang Bill Kovach dalam artikelnya Journalism’s First Obligation is To Tell The Truth di niemanreports.org,. Alih-alih, menurut Kovach kebenaran adalah sebuah proses dalam kerja jurnalistik. Pandangan yang menolak kebenaran mutlak amatlah khas Barat yang sekular. Teori-teori tentang jurnalisme sesungguhnya memang didominasi oleh pandangan dari Barat. Padahal menurut Lawrence Pintak dari Washington State University, AS, jurnalisme di berbagai belahan dunia dibentuk oleh budaya, agama, politik etnisitas tekanan ekonomi dan faktor lainnya.

Hal ini juga ditekankan oleh Wasserman dan De Beer dalam Towards De-Westernizing Journalism Studies, mencoba menawarkan de-westernisasi dalam studi jurnalisme. Menurut mereka, “As more comparative studies are being done (see Hanitzsch, 2007, for a summary), the dominant Anglo-American view of journalism is being challenged by studies showing up the gap between theory and practice (Josephi, 2005, p. 576)” (Wasserman, Herman dan Arnold S. de Beer: 2009)

Bagi umat Islam memiliki pandangan jurnalisme yang khas dari Islam bukanlah suatu harapan kosong. Beberapa tawaran tentang jurnalisme Islami, jika kita boleh menamakannya demikian, dilakukan diantaranya oleh Nurhaya Muchtar, Lawrence Pintak, Sayeed al Seini, Mohammad A Siddiqi dan mungkin banyak lainnya. Meski demikian, harus diakui bahwa jurnalisme Islami belum mendapat banyak perhatian (Muchtar, Nurhaya, dkk : 2017; Steele, Janet: 2014)

Meski demikian, belum banyak mendapat perhatian bukan berarti Islam tidak bisa membentuk satu pandangan yang khas dalam jurnalisme. Nurhaya Muchtar dan kawan-kawan (2017) bahkan menyebutkan perspektif islam dalam jurnalisme berasal dari worldview Islam.

Tentu saja ajaran dalam Islam tidak mengenal istilah jurnalisme. Namun dalam Qur’an disebutkan beragam kata yang berakar dari kata “naba” yang disebutkan sebanyak 138 kali. (Muchtar, Nurhaya, dkk : 2017) Naba yang berarti kabar (berita) menjadi salah satu hal penting dalam ajaran Islam. Ibnu Taimiyyah membagi kabar menjadi kabar baik yang benar maupun yang keliru atau bohong. Kabar baik (khabar shadiq) dalam Islam menurut al-Attas haruslah didasari sifat-sifat saintifik atau agama yang mana diriwayatkan oleh otoritas agama yang otentik. (Salim, Mohammad Syam’un: 2014)

Dilhat dari otoritasnya, khabar Shadiq menurut Mohammad Syam’un Salim, terbagi menjadi dua. Pertama otoritas mutlak yaitu Qur’an dan Hadist. artinya Al-Qur’an dan hadist menjadi sumber kebenaran tertinggi. Kedua otoritas nisbi yang terdiri dari kesepakatan alim ulama (tawatur) dan orang yang terpercaya secara umum. (Salim, Mohammad Syam’un: 2014) Baik Qur’an maupun Hadist memberikan petunjuk untuk memperoleh dan menyaring berita dari ketidakjujuran, ketidakakuratan dan perbuatan jahat. (Muchtar, Nurhaya, dkk : 2017)

Mohammad A. Siddiqi dari Western Illinois University menyebutkan bahwa Qur’an dan Sunnah membentuk bingkai tersendiri tentang definisi berita. Qur’an dan Sunnah juga menentukan proses pengumpulan, pembuatan dan penyebaran berita dalam bingkai Islam. Hal ini menjadi kode etik bagi jurnalis Muslim. Namun yang menjadi pondasi utama adalah konsep tauhid.

Tawhid also implies unity, coherence, and harmony between all parts of the universe. Not only this, but the concept of Tawhid signifies the existence of a purpose in the creation and liberation of all human kind from bondage and servitude to multiple varieties of gods. The concept of the hereafter becomes a driving force in committing to one God, and the inspiration as well definitive guidelines are provided by the traditions and the life of the Prophet (PBUH).

A journalist who uses his/her faculty of observation, reason consciousness, reflection, insight, understanding and wisdom must realize that these are the Amanah (trust) of God and must not be used to injure a human soul for the sake of self-promotion or for selling the news, rather, as Dilnawaz Siddiqui has noted these are to be used in arriving at truth. A journalist must not ignore God’s purpose in creating this universe and various forms of life.” (Siddiqi, Mohammad A: 1999)

Nurhaya Muchtar dkk, menyebutkan ada empat prinsip dasar yang dibentuk oleh islamic worldview dalam jurnalisme, yaitu konsep kebenaran (haqq), tabligh, masalahah dan wasatiyyah. Prinsip pertama, kebenaran (haqq) digali dari ajaran Islam yang melarang untuk mencampurkan yang hak dengan yang batil. (QS: 2:42) Mengutip kembali konsep kabar shadiq dalam Islam maka tampak bahwa kebenaran dalam Islam merujuk pada kabar yang benar yaitu berdasarkan qur’an dan sunnah (wahyu).

Senada dengan Nurhaya, Lawrence Pintak dari Washington State University menyebutkan bahwa kebenaran (haqq) dan hikmah adalah pendekatan Islam dalam informasi.

“The Islamic information means ‘clearly expressing the truth (haqq) in a way that attracts people while objectivity is defined as wisdom (hikma), known in Ilsam as the ‘divine principle” (Pintak, Lawrence: 2013)

Pintak juga mengutip Abd al-Latif Hamza yang menyebutkan ‘ilam (informasi) sebagai menyediakan kabar yang pantas, benar dan kebenaran yang pasti, yang dapat membantu orang membentuk opini yang benar dari satu peristiwa atau persoalan.

Prinsip kedua menurut Nurhaya dkk adalah tabligh. Tabligh berarti menyebarkan kebenaran dan kebaikan kepada publik. Dalam konteks jurnalisme, tabligh berarti jurnalis harus berperan sebagai pendidik yang mempromosikan sikap positif kepada pembacanya dan mendorong mereka berbuat kebaikan. Prinsip ini menyatu dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar.

Prinsip ketiga adalah maslahah, yang maknanya mencari kebaikan untuk publik. Nurhaya dkk mendasarkan prinsip masalah pada hadist rasulullah yang mengajarkan agar kita mencegah keburukan dengan tangan, lidah, atau terakhir hatinya, sebagai tanda selemah-lemah iman. Prinsip ini memberi sandaran pada jurnalis untuk memiliki sikap intervensionis dan parsitipatif. Jurnalis bukanlah sebagai pengamat yang menjaga jarak dan tak terlibat. Sebaliknya, jurnalis diharapkan untuk terlibat dalam wacana publik dan menjadi agen perubahan sosial di masyarakat.

Hal yang sama juga dipaparkan oleh Mohammad A. Siddiqi yang menyebutkan bahwa Islam menekankan baik konten, tujuan dan proses pengumpulan berita dalam lingkup tanggung jawab sosial kepada masyarakat (social responsibility). Berbeda dengan konsep tanggung jawab sosial kepada masyarakat barat yang individualis-pluralis, Islam mendasarkan tanggung jawab sosialnya berdasarkan amar bi al-ma’ruf wa nahi an al-munkar. (Siddiqi, Mohammad A: 1999)

Prinsip yang disebut Nurhaya tentang tabligh juga sebenarnya dapat kita simpulkan sejalan dengan pendapat Pintak (2013) bahwa pendekatan Islam pada informasi utamanya berfokus pada menyebarkan agama, mengutamakan dakwah, hingga akhirnya membuat industri berita sebagai saluran untuk menyebarkan agama, mengubah jurnalis menjadi penyokong keadilan, kesaksian pada Tuhan dan menyadari tanggung jawab sosial mereka.

Prinsip terakhir jurnalisme Islami menurut Nurhaya dkk adalah wasatiyyah, yang berarti moderat. Sebuah konsep yang ditekankan dalam Al-Quran, surah Al Baqarah ayat 143. Menurut Al-Sa’di, umat yang wasath (pertengahan) dalam Al-Qur’an berarti adil dan sempurna agamanya. Bertindak moderat (wasathiyah) sesuai dengan petunjuk al-Quran adalah dengan cara secara konsisten mengikuti hidayah (petunjuk) yang diajarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala melalui Nabi-Nya dan ditransmisikan melalui para ulama yang saleh. (Tiar Anwar Bachtiar: 2013)

Nurhaya mengaitkan wasath (moderat) yang dalam konteks jurnalisme berarti impartiality (ketidakberpihakan) dan fairness (keberimbangan). Inti dari moderat menurutnya berarti keadilan.

Satu hal penting lagi mengenai jurnalisme Islam adalah ketika disepakatinya Piagam Media Massa Islam pada Konferensi Internasional Media Massa Islam pertama di Jakarta pada 1-3 September 1980. Beberapa poin penting dari Piagam tersebut diantaranya; jurnalis Islam (Muslim) harus berkomitmen untuk penyebaran dakwah, menjelaskan isu-isu Islam, dan mempertahankan sudut pandang Muslim. Juga menyajikan fakta sebnarnya dalam bingkai Islam. Kemudian, mengadvokasi dengan kebijksanaan, persaudaraan islam dan toleransi dalam memecahkan masalah mereka.

Belum ada kesepakatan yang definitif dan pasti tentang jurnalisme islami. Namun beberapa tawaran yang diberikan oleh Nurhaya dkk, Pintak, Siddiqi, dan lainnya dapat menjadi awalan bagi kita untuk merumuskannya seraya menjadi panduan bagi para jurnalis muslim untuk menjadi panduan dalam meliput dan menulis berita.

Tulisan ini merupakan Program #MelekMedia dari Jurnalis Islam Bersatu (JITU)

 

Berlapang Dadalah Kepada Saudaramu

Ditulis Oleh: Hamzah Baya M.Pd

Dibulan Ramadhan yang mulia ini marilah kita raih ampunan Allah dengan belajar menjadi orang yang terbiasa memaafkan kesalahan saudara kita, menahan dari membencinya iri dan dengki berprasangka buruk serta marah terhadap saudara seiman betapapun besar kesalahan yang telah di perbuatnya kepada kita. Karena islam mengajarkan kepada kita untuk berlapang dada dan memaafkan kesalahan orang lain dan itu menjadi salah satu ciri orang yang bertaqwa yang akan di masukkanya kedalam jannah. Allah Berfirman:

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang Muhsin (berbuat kebajikan)”. (Q.S Al-Imran: 133-134)

Seorang Muhsin keutamaannya adalah dicintai Allah Ta’ala. Dan keutamaan orang yang dicintai Allah Ta’ala adalah:

1. Masuk surga

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضى الله عنه قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ».

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau menjawab:”Apa yang telah kamu siapkan untuk hari kiamat?”, lelaki itu menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka sungguh kamu kan bersama yang kamu cintai”. HR. Bukhari dan Muslim.

2. Diharamkan oleh Allah Ta’ala untuk masuk neraka.

عنْ أَنَسٍ رضى الله عنه قَال: قَالََ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « والله, لاَ يُلْقِى اللَّهُ حَبِيبَهُ فِى النَّارِ»

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Demi Allah, tidak akan Allah melemparkan orang yang dicintai-Nya ke dalam Neraka”.HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2047.

3. Dicintai oleh seluruh malaikat ‘alaihimussalam dan diterima oleh penduduk bumi:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ، ثُمَّ يُنَادِى جِبْرِيلُ فِى السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِى أَهْلِ الأَرْضِ »

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Jika Allah Tabaraka wa Ta’ala mencintai seorang hamba, maka Allah Ta’ala memanggil Jibril : “Sesungguhnya Allah telah mencintai si fulan maka cintailah fulan”, maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril menyeru di langit: “Sesungguhnya Allah telah mencintai si fulan maka cintailah kalian fulan”, maka penduduk langitpun mencintainya dan diletakkan baginya penerimaan di tengah-tengah penduduk bumi”. HR. Bukhari.

Dan diantara sifat seorang muhsin yang disebutkan oleh Allah adalah berlapang dada Memafkan kesalahan orang lain. Kesempurnaan sikap memaafkan adalah jika dibarengi dengan perasaan lapang dada Allah berfirman:

( وَلاَ يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِى الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلاَ تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ )

Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S An Nur: 22)

Di dalam ayat yang mulia ini terdapat pelajaran yaitu: Perintah untuk memaafkan dan lapang dada, walau apapun yang didapatkan dari orang-orang yang pernah menyakiti. Lihat Tafsir al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Mannan, karya As Sa’di rahimahullah.

{فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [المائدة: 13]

Artinya: “…maka maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. QS. Al Maidah: 13.

Semoga Allah menjadikan diri kita muhsinin dan muttaqin yang memiliki jiwa pemaaf seperti Rasulullah dan para sahabat, dan semoga kita dimasukkan Allah ke jannahNya aamiin…

MUI : Masyarakat Memiliki Hak untuk Memilih Penceramah

JAKARTA(Jurnalislam.com)–Kementerian Agama merilis rekomendasi 200 daftar mubaligh atau penceramah baru-baru ini. Rupanya, keputusan Kemenag mendapat tanggapan dari berbagai pihak.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan bahwa rekomendasi Kemenag tidak harus diikuti. Waketum MUI Zainut Tauhid mengatakan bahwa masyarakat memiliki hak memilih penceramah.

“Masyarakat memiliki hak untuk memilih penceramah agama yang sesuai dengan kebutuhannya,” kata Zainut dilansir Viva, Sabtu (19/5/2018).

Menurut MUI, masih banyak nama-nama ulama, kiai atau mubalig yang belum tercatat dan itu tidak berarti mubalig tersebut tidak memenuhi kriteria seperti yang dirilis Kemenag.

“Rekomendasi dari Kemenag tersebut, menurut hemat kami bukan menjadi sebuah keharusan yang harus diikuti, tetapi hanya sebuah pertimbangan yang sifatnya tidak mengikat,” pungkasnya.

sumber: viva.co.id