Bahas Krisis Arab Saudi, Konferensi Digelar di London

Bahas Krisis Arab Saudi, Konferensi Digelar di London

LONDON (Jurnalislam.com) – Sebuah konferensi digelar di Inggris untuk menilai ketegangan politik baru-baru ini di Arab Saudi setelah tindakan keras anti-korupsi besar-besaran, Aljazeera melaporkan, Kamis (16/11/2017).

Acara sehari penuh ini diselenggarakan oleh Middle East Monitor, sebuah organisasi pemantauan pers non-profit, dan akan berlangsung pada hari Sabtu di London, mempertemukan para akademisi, jurnalis dan politisi.

Pembicara utama termasuk mantan pemimpin partai Liberal Demokrat Inggris, Paddy Ashdown, dan Jack Straw, yang menjabat sebagai sekretaris luar negeri dan juga dalam negeri Inggris.

“Krisis di Arab Saudi: Perang, Suksesi dan Masa Depan” muncul saat kerajaan tersebut sedang mengalami pergeseran politik besar setelah Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menggeser keponakannya Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota Arab Saudi untuk memberi jalan bagi anaknya, Mohammed bin Salman .

“Lewatlah sudah hari-hari ketika Kerajaan itu merupakan oasis ketenangan dan stabilitas,” kata pengantar konferensi tersebut.

“Saat ini, negara ini diliputi oleh kombinasi masalah dalam dan luar negeri yang, jika salah penanganan, akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan.”

Tindak Lanjuti Penangkapan, Pemerintah Arab Ciduk Puluhan Anggota Keluarga Kerajaan

Pada sesi pertama hari ini, panelis termasuk Dr Madawi Al-Rasheed, seorang profesor akademik dan professor tamu Saudi di London School of Economics (LSE) Middle East Center, akan menyelidiki “Pembentukan Kerajaan, dan bagaimana kita sampai di sini.”

Anggota Parlemen yang merupakan mantan anggota Partai Buruh Clare Short akan menjadi moderator sebuah diskusi panel membahas apa yang para kritikus katakan sebagai paradoks pelanggaran hak asasi manusia karena pemerintah ingin mempromosikan liberalisasi di dalam kerajaan.

Pada tanggal 4 November, Arab Saudi memberhentikan sejumlah menteri senior dan menangkap hampir selusin pangeran sebagai bagian dari penyelidikan oleh komite anti-korupsi baru.

Pemerintah memperlebar pembersihan tersebut dengan mengeluarkan daftar larangan terbang dan dilaporkan membekukan rekening bank yang terkait dengan Mohammed bin Nayef, pangeran mahkota Arab Saudi.

Langkah dramatis tersebut adalah langkah terakhir dalam serangkaian tindakan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk menegaskan kekuasaan atas negara dan para pemimpin sebelumnya.

Di tengah gejolak politik tersebut, Arab Saudi juga mengalami resesi setelah ekonomi mereka mengerut dalam dua kuartal berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2009.

Negara ini telah meluncurkan program reformasi ekonomi yang ambisius, Saudi Vision 2030, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak.

Sementara itu, Arab Saudi termasuk negara-negara Teluk yang saat ini memblokade Qatar.

Bagikan