Loneliness dan Hopelessness Pintu Masuk Mengakhiri Hidup?

Oleh : Herliana Tri M

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai ujian keimanan bagi hamba-hamba Nya. Maka setiap manusia akan memiliki ujiannya masing- masing. Namun janji Allah yang patut kita pegang bahwa tak ada ujian melebihi kadar kemampuan kita untuk menanggungnya. Artinya setiap ujian yang hadir sudah tertakar dan terukur. Disinilah pentingnya keimanan memegang peranan dalam jiwa setiap hamba sehingga mampu mengatasi dan siap dengan berbagai ujian.

Banyaknya peristiwa yang hadir sehingga menghantarkan depresi bahkan berujung pada keputusan mengakhiri hidupnya sebagai wujud kelemahan dan ketidakmampuan menghadapi dan menyelesaikan masalah.

Beberapa kasus upaya bunuh diri yang dilakukan oleh generasi terdidik termasuk mahasiswa, kita temukan. Polresta Bogor Kota menyampaikan tentang jatuhnya mahasiswi Universitas Pakuan, tak ditemukan tanda-tanda tindak kriminal, melainkan korban diduga depresi.

Setelah kejadian, dalam penyelidikannya, polisi mengamankan beberapa barang milik korban, termasuk secarik surat yang menyatakan kondisi mental korban sedang terganggu serta berisi permintaan maaf kepada orang tuanya. Isi tulisan itu antara lain berbunyi, “Maafkan Ira bu, ayah, Ira cape, Ira nyerah mental Ira rusak mental Ira hancur, Ira gagal jadi anak ibu sareng ayah”
tribratanews.jabar.polri.go.id(16/11/2025)

Fenomena bunuh diri di negeri ini patut mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Secara data yang tercatat, Polri (Pusiknas Bareskrim): Sebanyak 1.270 kasus bunuh diri ditangani Polri dari Januari hingga 7 November 2025.

Rata-rata terjadi lebih dari 100 kasus pada setiap bulannya. Sedangkan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2025, dengan 142 kasus, meningkat 10,93% dari September.

Permasalahan mental tidak hanya terjadi di negeri ini. Di Amerika Serikat, situasinya pun tak jauh beda. Survei Healthy Minds pada tahun ajaran 2022/2023 saja, menemukan bahwa 41 persen mahasiswa berbagai jenjang di sana mengalami depresi. Meski sedikit menurun daripada tahun sebelumnya (44 persen), tapi trennya terus naik sejak 2014/2015 yang waktu itu masih di kisaran 20 persen.

keterasingan (loneliness) dan ketidakberdayaan (hopelessness) merupakan beberapa rasa yang sering kali hadir di tengah keramaian dan hiruk pikuknya kehidupan. Rasa yang hadir dengan minimnya support system menjadi bagian pemicu depresi.

Faktor Pemicu Depresi

Tak mengenal usia, kasus depresi dapat dihadapi oleh siapapun juga yang sedang mengalami permasalahan hidup dan merasa buntu atas jalan keluarnya.

Faktor eksternal dan internal merupakan dua faktor penting sebagai pemicu depresi dan berakhir dengan keputusan bunuh diri. Kedua faktor inilah yang memiliki peranan terhadap ketahanan mental setiap individu.

Faktor Eksternal

Tak dapat dimungkiri, kita sekarang hidup dalam sistem kapitalisme dengan standart kehidupan bertumpu pada materi. Kehidupan yang segala sesuatunya distandarkan dengan kepemilikan materi, apa yang dimiliki dan dikuasai. Sehingga dunia nyata maupun dunia maya dipenuhi dengan rangsangan yang sifatnya duniawi, kenikmatan, gaya hidup glamor dan kemewahan.

Kehidupan yang serba materialistis, hedonistik, pencitraan yang begitu rupa, diterima melalui media, khususnya media sosial begitu masifnya. Dalam dunia maya, orang sering menunjukkan kehidupan yang serba enak, liburan, traveling, makanan, rumah, dan keluarga yang harmonis.

Kondisi ini secara langsung ataupun tidak akan memberikan pengaruh kepada seseorang tentang bagaimana citra diri yang berpengaruh terhadap harapan-harapannya di masa yang akan datang. Sementara itu, pada saat ia memandang dirinya, kehidupan riilnya tidaklah demikian, sehingga terjadi gap antara realitas dengan keinginan.

Faktor Internal

Faktor internal menjadi pengendali utama dalam bersikap. Adanya gab realitas kondisi diri dengan kehidupan glamor yang hadir dapat menjadi motivasi jika ia mempunyai jalan untuk mencapai cita-cita dan impiannya.

Jika ia menemukan jalan, maka gap itu lambat laun akan menipis sampai akhirnya cita-cita tercapai. Tetapi, jika tidak punya jalan, maka gap itu akan semakin lebar dan berpengaruh kepada dirinya seolah-olah kehidupan itu tidak mungkin berubah, tidak akan mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, ditambah mentalitas tidak terbentuk, pada titik ini bunuh diri dapat diambil.

Mentalitas yang harusnya melekat dalam diri adalah ketahanan dalam penderitaan, ketahanan menjalani kesulitan saat berusaha, serta ketahanan untuk menghadapi tantangan.

Mentalitas ini merupakan faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam hidup.
Rapuhnya mentalitas generasi saat ini karena generasi sekarang hidup di alam teknologi yang semua serba memudahkan dan instan. Sisi negatifnya adalah munculnya generasi- generasi yang ingin kemudahan tanpa melalui proses yang berat dan melelahkan.

Mindset Hidup

Adanya faktor pemicu baik interal maupun eksternal yang mempengaruhi mental seseorang, maka penanaman mindset yang benar dalam diri sangatlah penting. Mindset berupa keyakinan bagaimana menghadapi situasi sesulit apa pun pasti ada kemudahan, serta ikhtiar atau usaha harus dilakukan dengan sepenuhnya serta totalitas.

Disinilah pentingnya pengajaran agama yang tak sekedar menanamkan aspek ubudiah dan akhlak semata, namun juga pembentukan kerangka berpikir yang kokoh sehingga agama berpengaruh dalam membangun mentalitasnya.

Ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala “wala taiasu min rauhillah” (jangan berputus asa terhadap rahmat Allah), “inna ma’al ‘usri yusro” (dalam kesulitan pasti datang kemudahan) dan sebagainya, penting sekali untuk di-introduce-kan kepada anak-anak muda bahwa mereka harus memiliki mentalitas yang kuat. Sebab, tidak ada cita-cita yang mudah, tidak ada hidup yang mudah, serta tidak ada persoalan yang tidak terselesaikan.

Sampai akhirnya, pemahaman yang benar menghantarkan pada titik kerangka berpikir agama sampai pada kesimpulan bahwa bunuh diri itu haram dan tidak mungkin dilakukan. Memahami haram berarti perbuatan yang kalau ia lakukan akan mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala yang risikonya sangat besar di akhirat nanti.

Menanamkan sebuah keyakinan, bahwa selama masih hidup, pasti ada peluang, setiap susah akan berubah menjadi senang. Selama masih ada napas, maka peluang meraih keberhasilan terbuka lebar.

Sedangkan jika ia memilih untuk mengakhiri hidupnya, berarti ia sendiri telah menutup peluang serta kemungkinan bagi perubahan di dalam hidupnya.

Oleh karena itu, penting anak-anak dibina dengan tauhid agar bisa membaca semuanya dalam kerangka akhirat. Tauhid yang menghantarkan seseorang mempunyai ketahanan dalam menghadapi banyak persoalan hidup.

Dengan memahami tauhid, seseorang akan memahami makna ma’iyyatullah bahwa Allah bersama hamba-Nya.

Orang yang sabar akan mendapat ma’iyyatullah khashah. Kalau kita punya kualifikasi sabar, muhsin, muttaqin, maka akan mendapatkan nashrullah. Pertolongan dan dukungan Allah berupa kemudahan dalam berbagai urusan, jalan keluar atas berbagai persoalan. Ini akan membangun optimisme dalam hidup bahwa hidup selalu ada harapan.

Penanaman agama yang memiiki peran penting dalam mengokohkan mental masyarakat harus disadari juga oleh pemangku kebijakan, sehingga membangun mental yang kuat tak hanya menjadi tugas individu rakyat, namun negara juga mengokohkannya dalam kurikulum pendidikan yang mendukung.

MUI DKI Jakarta Gelar Workshop Konten Kreator Sejarah Perkembangan Islam Jakarta

JAKARTA (jurnalislam.com)- Dalam rangka meningkatkan literasi sejarah sekaligus memperkuat peran generasi muda dalam dakwah digital, MUI DKI Jakarta melalui bidang infokom menyelenggarakan Workshop Konten Kreator: Sejarah Perkembangan Islam di Jakarta dengan tema Create & Captivate Membuat Konten Menarik dan Disukai, di Sunlake Hotel, Jakarta, Kamis (20/11/25).

Workshop ini dirancang untuk mendorong generasi muda menelusuri sejarah perkembangan islam di Jakarta dalam format digital yang kreatif seperti video pendek, reels, hingga narasi dengan hook yang memikat.

Acara ini menghadirkan tiga narasumber yaitu, peneliti sejarah ulama betawi, KH. Rahmad Zailani Kiki, Ketua Komisi Infokom MUI DKI Jakarta, Raihan Febriansyah dan Konten kreator, Historycal Traveller sekaligus praktisi digital Rizky Ramadhani. Dengan peserta, mahasiswa, ormas dan pendakwah di Jakarta.

Peserta mendapat materi wawasan sejarah sekaligus keterampilan produksi konten yang menarik dan disukai serta relevan dengan perkembangan era digital.

Selain penguatan pengetahuan sejarah, peserta juga mendapatkan pelatihan mulai dari story telling digital, teknik riset konten, produksi konten video, hingga strategi agar konten edukatif tetap menarik bagi audiens muda.

Para narasumber menekankan pentingnya akurasi dan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi sejarah, terutama di era banjir informasi dan maraknya mis informasi.

Wakil Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH. Yusuf Aman, MA yang membuka kegiatan mengatakan dengan workshop konten digital ini membuktikan bahwa MUI bukan hanya soal fatwa. Tapi juga menangani dampak globalisasi, termasuk era digital.

“Generasi muda harus kuat fisik, kuat nalar, dan kuat menjaga diri untuk tetap menjadi teladan dan dapat dipercaya. Pemuda tidak hanya piawai membuat konten, tapi juga penggerak utama membentuk opini,” ucapnya.

Ditambahkannya bahwa islam tidak mengikuti zaman, tapi tidak pernah ketinggalan zaman. Islam hadir memelihara zaman.

“Peran konten kreator yang menghasilkan pengetahuan, berkualitas, sekaligus menghibur dapat menjadi sedekah. Dengan memahami peran dan tantangan dunia konten kreator, kita bisa lebih apresiatif dan mendukungnya dalam menciptakan konten yang lebih baik.” pungkas kiyai Yusuf aman yang juga merupakan Ketua FKUB DKI Jakarta itu.

Ketua Bidang Infokom MUI DKI Jakarta, Dr. M. Faiz Rafdhi M. Kom, mengatakan sudah saatnya konten digital dipenuhi dengan konten edukatif dan bernilai. MUI harus memasuki dunia maya agar bisa mendominasi mesin pencarian dengan data dan konten yang bermutu dan bermanfaat. Tidak hanya sekedar viral tapi juga tetap bernilai dan dapat dipertanggung jawabkan.

“Generasi muda adalah garda terdepan dakwah digital. Dengan pemahaman sejarah yang kuat, konten mereka tidak hanya viral, tetapi juga bernilai,” ujarnya dalam sambutannya.

Acara ini diharapkan dapat mendorong lahirnya kreator konten muda yang memahami akar sejarah Islam di Jakarta. Menghidupkan kembali semangat dakwah yang informatif, kreatif, dan santun. Menjadikan media sosial sebagai ruang edukasi yang inspiratif dan menyejukkan serta menguatkan kolaborasi antara komunitas sejarah, ormas Islam, dan kreator digital.

Dengan terselenggaranya workshop ini, penyelenggara berharap kiprah ormas dan generasi muda Jakarta semakin banyak yang berkarya, bercerita, dan menyebarkan pesan kebaikan melalui konten kreatif yang bermutu.

Darfur di Ambang Kematian Massal, Pekerja Kemanusiaan Mengaku Terpaksa “Memilih Siapa yang Diselamatkan”

DARFUR (jurnalislam.com)— Krisis kemanusiaan di Darfur, Sudan, mencapai titik paling kelam setelah lebih dari dua tahun perang antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Minimnya sumber daya membuat para pekerja kemanusiaan harus menghadapi dilema yang disebut “tidak manusiawi”.

“Kami terpaksa memilih siapa yang akan kami selamatkan dan siapa yang tidak,” ujar Jerome Bertrand, kepala logistik Handicap International, kepada AFP pada Rabu (19/11), usai misi penilaian logistik selama tiga pekan di Darfur.

“Ini sepenuhnya bertentangan dengan nilai-nilai kami sebagai pekerja kemanusiaan.” imbuhnya.

Bertrand menyampaikan bahwa tim bantuan kini memprioritaskan anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, “dengan harapan yang lain dapat bertahan.”

𝗞𝗲𝗹𝗮𝗽𝗮𝗿𝗮𝗻, 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗻𝗴𝘀𝗶𝗮𝗻 𝗠𝗮𝘀𝘀𝗮𝗹, 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗔𝗸𝗵𝗶𝗿

Sejak konflik pecah pada April 2023, puluhan ribu orang tewas dan hampir 12 juta warga Sudan mengungsi, menjadikannya salah satu krisis pengungsian dan kelaparan terbesar di dunia menurut PBB.

Situasi memburuk drastis setelah RSF merebut Al-Fasher, ibu kota Darfur Utara sekaligus benteng terakhir militer, pada 26 Oktober. Laporan terbaru Inisiatif IPC yang didukung PBB menegaskan bahwa Al-Fasher kini berada dalam kondisi kelaparan, yang sudah menghantam kamp-kamp pengungsian selama lebih dari setahun.

Namun upaya bantuan terhambat oleh hancurnya infrastruktur, tidak adanya bandara yang berfungsi, jalan yang tidak bisa dilalui, serta hambatan administratif di perbatasan Chad — satu-satunya jalur akses masuk bantuan. Selain itu, pendanaan internasional yang minim membuat situasi semakin memburuk.

Bertrand menggambarkan keadaan Darfur sebagai wilayah seluas Prancis dengan 11 juta penduduk, namun pasokan bantuan masih sangat minim. Ia menyebut kondisi di lapangan sebagai “keadaan anarki” dengan keruntuhan total struktur pemerintahan, maraknya perampokan, pemerasan, serta ancaman di sepanjang jalan raya.

Di kota pengungsian Tawila, yang kini menampung lebih dari 650.000 pengungsi, Bertrand bertemu warga yang “benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi”, sementara organisasi bantuan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.

Ia menambahkan bahwa penangguhan sebagian bantuan AS menyebabkan hilangnya 70 persen bantuan ke Darfur, membuat hanya “seperempat kebutuhan” yang bisa dipenuhi.

Bertrand juga menggambarkan sekitar 80.000 warga terlantar di sepanjang jalan-jalan Darfur, banyak di antaranya menjadi korban pemerasan, penyerangan, penyiksaan, hingga luka tembak.

“Mereka yang berhasil mencapai Tawila sering menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi berat, luka akibat penyiksaan, atau tembakan,” ujarnya.

“𝗗𝗶𝗯𝗶𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗦𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝘂𝗵”

Menurut Bertrand, Darfur kini mencerminkan kondisi sebuah negara yang “sedang membusuk” dan menuduh komunitas internasional membiarkan kelompok-kelompok bersenjata “saling membunuh tanpa intervensi.”

“Di era yang berbeda,” katanya,
“PBB pasti sudah mengeluarkan resolusi untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.”

Krisis Darfur kini terus memburuk, dengan jutaan nyawa terjebak dalam kelaparan, kekerasan, dan ketidakpastian tanpa tanda-tanda bahwa dunia akan segera bertindak. (Bahry)

Sumber: TNA

Dua Anak Tewas Setiap Hari, Israel Terus Serang Gaza Meski Gencatan Senjata Berlaku

GAZA (jurnalislam.com)— Organisasi kemanusiaan Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas mengungkapkan bahwa tim medisnya kembali merawat perempuan dan anak-anak Palestina yang mengalami luka-luka akibat serangan udara dan tembakan Israel, meskipun gencatan senjata Israel–Hamas secara resmi masih berlaku.

Dalam pernyataan Jumat (21/11), MSF mengatakan bahwa sejak Rabu lalu, tenaga medis mereka di Gaza utara maupun selatan menangani korban dengan patah tulang terbuka, luka tembak di kepala dan anggota badan, termasuk anak-anak.

MSF melaporkan perawatan dilakukan di rumah sakit dan klinik di Kota Gaza serta Rafah, dua wilayah yang tetap berada di garis depan kekerasan.

Salah satu kasus paling memilukan adalah seorang anak perempuan berusia sembilan tahun yang dirawat pada Rabu di sebuah rumah sakit di Kota Gaza. Anak tersebut mengalami luka parah di wajah yang, menurut kesaksian seorang perawat MSF, disebabkan tembakan dari pesawat tak berawak Israel.

Militer Israel tidak memberikan komentar ketika dimintai konfirmasi oleh Reuters terkait laporan ini. Israel sebelumnya mengklaim bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil, meski laporan di lapangan menunjukkan sebaliknya.

𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗗𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗿

Dalam kesepakatan gencatan senjata, Israel mundur ke apa yang mereka sebut sebagai “garis kuning”, yang memberi mereka kendali atas 53 persen wilayah Gaza. Kota Gaza tetap berada di bawah kontrol Hamas, sementara Rafah dikendalikan Israel.

Namun, berbagai laporan menunjukkan pelanggaran berulang oleh militer Israel. Mereka mengklaim telah membunuh individu yang disebut sebagai “teroris” yang melintasi garis kuning, dan melakukan serangan “balasan”, tanpa menyertakan bukti publik.

Akibat pelanggaran itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 312 warga Palestina telah dibunuh sejak 11 Oktober 2025, meski gencatan senjata sedang berlangsung.

𝗔𝗻𝗮𝗸-𝗔𝗻𝗮𝗸 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗞𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗧𝗲𝗿𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸

Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) menyampaikan laporan mengerikan pada Jumat: setidaknya 67 anak tewas dalam insiden terkait konflik sejak gencatan senjata berlaku.

“Puluhan lainnya terluka. Rata-rata hampir dua anak tewas setiap hari sejak gencatan senjata mulai berlaku,” kata juru bicara UNICEF, Ricardo Pires, dalam jumpa pers di Jenewa.

UNICEF juga mencatat sejumlah serangan mematikan dalam sepekan terakhir:
– Seorang bayi perempuan tewas dalam serangan udara di Khan Younis timur bersama kedua orang tuanya.

– Tujuh anak tewas pada Rabu dalam serangan udara di Kota Gaza dan wilayah selatan. (Bahry)

 

Sumber: TNA

Musim Dingin Menghantam Gaza: Bantuan Makanan Masuk, Tapi Kelaparan Tetap Membayangi

GAZA (jurnalislam.com)— Program Pangan Dunia (WFP) PBB melaporkan bahwa meski pasokan makanan ke Gaza meningkat sejak gencatan senjata rapuh yang mulai berlaku pada 10 Oktober, kebutuhan kemanusiaan di wilayah tersebut masih jauh dari terpenuhi. Hujan musim dingin yang semakin intens memperburuk situasi, merusak sebagian bantuan yang berhasil disimpan warga.

“Situasi lebih baik daripada sebelum gencatan senjata, tetapi jalan kita masih panjang. Dukungan yang berkelanjutan sangat penting untuk membantu keluarga membangun kembali kesehatan, nutrisi, dan kehidupan mereka,” kata juru bicara WFP, Martin Penner, dalam konferensi pers di Jenewa melalui sambungan video dari Jalur Gaza, Jumat (21/11).

Menurut WFP, ratusan ribu warga Gaza masih sangat membutuhkan bantuan pangan. Pada Agustus lalu, sebuah pemantau pangan global memperkirakan setidaknya 500.000 orang mengalami kelaparan di berbagai wilayah kantong tersebut.

Awal pekan ini, Gaza diguyur hujan lebat yang merusak dan menghanyutkan sebagian persediaan makanan yang disimpan warga. Juru bicara senior WFP, Abeer Etefa, mengatakan situasi itu menunjukkan tantangan besar yang dihadapi keluarga-keluarga Palestina menjelang musim dingin.

Sejak gencatan senjata Israel-Hamas diberlakukan pada 10 Oktober setelah dua tahun serangan yang meluluhlantakkan kawasan padat penduduk itu, WFP telah menyalurkan 40.000 ton bantuan pangan ke Gaza. Namun, program ini baru mencapai 30 persen dari target, yakni menjangkau sekitar 530.000 dari total 1,6 juta orang yang membutuhkan bantuan, akibat kendala logistik pada awal November. WFP menyatakan pihaknya kini mulai mengejar ketertinggalan distribusi.

Meski beberapa pasar di Gaza mulai kembali beroperasi, harga pangan tetap melambung. Banyak warga kehilangan sumber penghasilan selama perang, sehingga tak mampu membeli kebutuhan dasar. Harga ayam, misalnya, mencapai USD 25, membuat sebagian besar warga kembali bergantung pada bantuan pangan.

WFP juga membagikan kisah seorang ibu di Khan Younis yang menghindarkan anak-anaknya dari rasa lapar dengan cara memilukan.

“Ia tidak membawa anak-anaknya ke pasar agar mereka tidak melihat makanan yang tidak mampu mereka beli. Jika mereka mendekati pasar, ia menyuruh mereka menutup mata,” kata Penner.

Tragedi kelaparan di Gaza terus berlanjut, bahkan ketika bantuan mulai mengalir tanda bahwa krisis kemanusiaan ini masih jauh dari kata selesai. (Bahry)

Sumber: TNA

Israel Langgar Peta yang Disepakati, Serangan Udara Gempur Khan Younis Tewaskan 30 Warga Palestina

KHAN YOUNIS (jurnalislam.com)— Serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada Kamis (20/11) menewaskan lima warga Palestina dan melukai 18 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat. Dengan demikian, total korban tewas sejak Rabu meningkat menjadi sedikitnya 30 orang.

Petugas medis melaporkan bahwa salah satu serangan yang menargetkan sebuah rumah di kota Bani Suhaila, sebelah timur Khan Younis, menewaskan tiga orang termasuk seorang bayi perempuan dan melukai 15 lainnya. Serangan terpisah di kota Abassan menewaskan seorang pria dan melukai tiga orang. Kemudian pada Kamis sore, pihak Rumah Sakit Nasser mengonfirmasi bahwa seorang warga Palestina kelima tewas akibat tembakan Israel di Abassan.

Pada hari Rabu, militer Israel mengatakan pasukannya menyerang berbagai target di seluruh Gaza setelah kelompok perlawanan menembaki mereka. Petugas medis Gaza menyebut setidaknya 25 orang tewas pada hari itu jumlah korban harian tertinggi sejak 29 Oktober, ketika sedikitnya 100 warga Palestina tewas.

Hamas mengecam serangan tersebut sebagai “eskalasi berbahaya” dan mendesak mediator Arab, Turki, serta Amerika Serikat yang sebelumnya menengahi gencatan senjata untuk segera turun tangan.

Dalam pernyataan pada Kamis, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menuduh Israel melanggar peta wilayah yang telah disepakati, dengan mengubah batas-batas area yang masih mereka duduki. Qassem mengatakan perubahan tersebut membuat Israel tetap mengendalikan lebih dari 50% wilayah Jalur Gaza, bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan sebelumnya. (Bahry)

Sumber: TNA

Hari Anak Sedunia Paling Kelam: Israel Tahan 1.630 Anak Palestina, Puluhan Ribu Lainnya Dibunuh

TEPI BARAT (jurnalislam.com)— Lebih dari 1.630 anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan puluhan lainnya di Gaza telah ditangkap oleh pasukan Israel sejak Oktober 2023, menurut pernyataan gabungan kelompok hak asasi tahanan Palestina pada Kamis (20/11/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Anak Sedunia.

Kelompok-kelompok tersebut Otoritas Tahanan dan Tahanan Palestina yang Dibebaskan, Klub Tahanan Palestina, dan Asosiasi Dukungan Tahanan dan Hak Asasi Manusia Addameer menyatakan bahwa tindakan Israel merupakan bagian dari kampanye sistematis yang telah berlangsung selama puluhan tahun terhadap anak-anak Palestina, salah satu kelompok paling rentan di bawah pendudukan.

Mereka menegaskan bahwa selain penangkapan, pasukan Israel juga melakukan penggerebekan malam hari ke rumah-rumah keluarga, merampas hak pendidikan anak-anak, serta melakukan serangan mematikan yang menargetkan mereka.

“Anak-anak Palestina membayar harga atas keberadaan mereka dalam realitas yang dikendalikan oleh dominasi kolonial, yang tidak membedakan antara muda dan tua,” bunyi pernyataan tersebut.

Kelompok HAM itu juga menyoroti bahwa Israel telah membunuh puluhan ribu anak Palestina sejak Oktober 2023 suatu kondisi yang mereka sebut sebagai “titik balik yang berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya”.

Banyak anak yang ditahan dilaporkan mengalami penghilangan paksa, dilarang menerima kunjungan keluarga, serta ditahan tanpa dakwaan maupun proses peradilan. Saat ini, Israel menahan sekitar 350 anak Palestina, termasuk dua anak perempuan, dalam kondisi yang disebut “jauh di bawah standar internasional”.

Di dalam tahanan Israel, anak-anak tersebut menghadapi kelaparan, isolasi, kurangnya perawatan medis, serta tidak mendapatkan akses memadai terhadap pendampingan hukum. Kesaksian sejumlah anak kepada kelompok HAM mengungkapkan bahwa perlakuan tersebut merupakan bagian dari kebijakan hukuman kolektif yang diberlakukan Israel sejak pecahnya perang Gaza.

Mereka mengatakan isolasi dan penyiksaan yang dialami semakin brutal setelah apa yang disebut kelompok-kelompok itu sebagai “perang pemusnahan” di Gaza.

“Prosedur ini bukanlah hal baru. Namun setelah perang di Gaza, praktik ini menjadi lebih keras, lebih meluas, dan berdampak lebih dalam pada kehidupan anak-anak yang ditahan,” tulis mereka.

Menurut data kelompok HAM, saat ini terdapat lebih dari 90 anak yang ditahan Israel di bawah penahanan administratif, sebuah kebijakan yang memungkinkan Israel menahan seseorang tanpa dakwaan atau batas waktu.

Kelompok tersebut mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar menghentikan pelanggaran terhadap anak-anak Palestina dan menegaskan bahwa pendapat penasihat Mahkamah Internasional (ICJ) terkait pendudukan Israel harus ditegakkan.

Di Gaza, di mana ICJ telah menyatakan bahwa tindakan Israel “secara masuk akal dapat dianggap sebagai genosida”, otoritas setempat melaporkan bahwa hampir 20.000 anak telah terbunuh sejak Oktober 2023. Save the Children sebelumnya menyatakan bahwa angka tersebut setara dengan satu anak terbunuh setiap jam sejak awal perang. (Bahry)

Sumber: TNA

Syuriyah PBNU Minta KH. Yahya Cholil Staquf Mundur dari Jabatan Ketua Umum

JAKARTA (jurnalislam.com)— Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Kamis, 20 November 2025, di Hotel Aston City Jakarta menghasilkan keputusan penting terkait polemik penyelenggaraan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) dan tata kelola organisasi.

Rapat yang berlangsung pukul 17.00–20.00 WIB dan dihadiri 37 dari 53 anggota Pengurus Harian Syuriyah itu menyimpulkan adanya tiga persoalan serius yang dinilai mencederai prinsip kelembagaan NU.

𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢, Syuriyah menilai bahwa pengundangan narasumber yang terkait jaringan Zionisme Internasional dalam AKN NU bertentangan dengan nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah serta Muqaddimah Qanun Asasi NU. Tindakan tersebut dinilai tidak selaras dengan garis perjuangan NU, terlebih di tengah situasi genosida yang terjadi di Gaza.

𝘒𝘦𝘥𝘶𝘢, pelaksanaan AKN NU dengan narasumber tersebut dianggap memenuhi unsur pelanggaran sebagaimana diatur dalam Pasal 8 huruf a Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025 tentang Pemberhentian Fungsionaris. Ketentuan itu menyebutkan bahwa fungsionaris dapat diberhentikan tidak hormat apabila melakukan tindakan yang mencemarkan nama baik organisasi.

𝘒𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢, rapat juga menyoroti indikasi pelanggaran tata kelola keuangan di lingkungan PBNU. Syuriyah menilai terdapat ketidaksesuaian dengan hukum syariat, peraturan perundang-undangan, ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga NU Pasal 97–99, serta peraturan internal lainnya. Permasalahan tersebut dinilai berpotensi membahayakan eksistensi badan hukum NU.

Dengan mempertimbangkan seluruh poin di atas, Rapat Harian Syuriyah menyerahkan sepenuhnya keputusan final kepada Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam.

Melalui musyawarah yang dilakukan setelahnya, Rais Aam bersama dua Wakil Rais Aam menetapkan dua keputusan utama:

1. KH. Yahya Cholil Staquf diminta mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu tiga hari sejak keputusan diterima.

2. Apabila tidak mengundurkan diri, Syuriyah PBNU akan memberhentikan KH. Yahya Cholil Staquf dari jabatannya.

Rapat dipimpin langsung oleh KH. Miftachul Akhyar selaku Rais Aam PBNU.

Tentara Israel Pamerkan Penyiksaan Tahanan Palestina di Gaza dengan Caption “Dijual”

GAZA (jurnalislam.com)– Sebuah foto yang beredar luas di media sosial memperlihatkan seorang tentara Israel memamerkan penyiksaan terhadap seorang tahanan Palestina di Gaza. Dalam foto tersebut, seorang warga Palestina tampak diikat, ditutup matanya, dan berada dalam kondisi tidak berdaya.

Yang memicu kemarahan publik adalah caption yang ditulis tentara Israel pada unggahan tersebut: “Dijual.”

Tindakan itu dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap tahanan Palestina sekaligus memperlihatkan bagaimana tentara Israel merayakan penculikan dan penyiksaan sebagai bagian dari operasi militernya di Gaza. Foto tersebut juga mencerminkan kultur impunitas di tubuh militer Israel, yang kerap mendokumentasikan dan memamerkan kekerasan terhadap warga Palestina.

Para pengamat HAM menyebut tindakan tersebut sebagai bukti nyata praktik penyiksaan dan perlakuan merendahkan martabat manusia, yang dilarang dalam hukum internasional. Sementara aktivis Palestina menegaskan bahwa unggahan semacam itu kembali memperlihatkan watak genosidal operasi Israel di Gaza sejak perang dimulai.

Sampai saat ini, otoritas Israel belum memberikan komentar atas beredarnya foto yang memicu kecaman tersebut. (Bahry)

Sumber: TRT

Rencana Perdamaian Trump Disetujui PBB, Hamas: Kami Tidak Akan Melucuti Senjata

NEW YORK (jurnalislam.com)- Dewan Keamanan PBB pada Senin (17/11/2025) mengesahkan Resolusi 2803 yang didukung Amerika Serikat untuk memulai implementasi rencana perdamaian 20 poin Presiden AS Donald Trump bagi Gaza. Namun rencana tersebut menuai penolakan dari Hamas dan banyak warga Palestina yang menilai langkah itu sebagai bentuk hegemoni asing atas Gaza yang hancur oleh perang.

Resolusi itu disetujui 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan, sementara Rusia dan Tiongkok memilih abstain. Isi resolusi memperkuat rencana Trump yang akan membentuk sebuah “Dewan Perdamaian” yang diketuai langsung oleh Trump dan diberi kewenangan penuh mengatur Gaza, termasuk membentuk pasukan stabilisasi internasional (International Stabilisation Force/ISF) dan komite pemerintahan sementara selama dua tahun.

Trump mengatakan Dewan Perdamaian akan berisi “para pemimpin paling dihormati di dunia”, namun belum jelas siapa saja anggotanya. Tony Blair sempat diusulkan sebagai wakil ketua, tetapi rencana itu ditarik kembali karena penolakan luas dari Palestina dan negara-negara kawasan.

𝗜𝘀𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗧𝘂𝗷𝘂𝗮𝗻 𝗥𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮

ISF yang akan dibentuk disebut melibatkan negara-negara Arab dan mayoritas Muslim. Pasukan itu bertugas mengamankan perbatasan Gaza-Israel dan Gaza-Mesir, memeriksa dan melatih polisi Palestina, serta memastikan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, yang hingga kini terus dibatasi Israel.

Sebuah komite teknokrat Palestina juga akan dibentuk untuk memerintah Gaza sampai Otoritas Palestina “direformasi”. Namun jalan menuju negara Palestina tetap tidak jelas. Resolusi hanya menyebutkan bahwa “kondisinya mungkin sudah ada untuk jalur menuju penentuan nasib sendiri dan kenegaraan Palestina”.

Sementara itu, pemerintah Israel menolak mentah-mentah pembentukan negara Palestina.

𝗙𝗼𝗸𝘂𝘀 𝗨𝘁𝗮𝗺𝗮: 𝗠𝗲𝗹𝘂𝗰𝘂𝘁𝗶 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮 𝗛𝗮𝗺𝗮𝘀

Salah satu poin paling kontroversial adalah kewajiban ISF memastikan demiliterisasi Gaza, termasuk pelucutan senjata Hamas, Jihad Islam, dan kelompok bersenjata lain. Resolusi memberi wewenang ISF menggunakan “semua langkah yang diperlukan”.

Hamas menolak keras poin ini. Mereka menuduh ISF akan menjadi pihak yang memihak Israel dan memperingatkan bahwa misi itu mengancam netralitas pasukan internasional. Hamas sebelumnya menyatakan siap menyerahkan kekuasaan pemerintahan Gaza, tetapi menolak menyerahkan senjata sebelum Israel menarik seluruh pasukan dari wilayah tersebut.

𝗧𝗮𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘁𝗲𝗴𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗥𝗲𝗴𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹

Rencana ini menghadapi banyak rintangan. Sejumlah negara masih keberatan bergabung dalam ISF. Uni Emirat Arab sudah menyatakan tidak akan ikut karena kerangka kerja ISF dianggap belum jelas.

Turki yang berperan besar dalam gencatan senjata juga ditolak Israel untuk ikut serta, di tengah hubungan kedua negara yang terus memburuk. Pejabat Israel bahkan menuduh Turki melindungi Hamas, sementara Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai “negara teroris”.

Mesir kemungkinan bergabung dalam ISF karena faktor geografis dan perannya dalam mediasi, namun ketegangan dengan Israel meningkat setelah Menteri Pertahanan Israel mengatakan zona perbatasan Mesir-Israel akan dijadikan “zona militer tertutup”. Kritik menyebut ini berpotensi melanggar perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979.

Meskipun PBB memuji upaya AS, Qatar, Mesir, dan Turki yang menghasilkan gencatan senjata pada 10 Oktober, Israel masih terus melakukan serangan udara dan tembakan sporadis yang menewaskan ratusan warga Palestina. Kondisi ini menambah kekhawatiran bahwa pelucutan senjata secara paksa dapat memicu kembali perang besar. (Bahry)

Sumber: TNA