Helikopter Myanmar Serang Muslim Rohingya, 5 Tewas 13 Terluka

RAKHINE (Jurnalislam.com) – Penyerangan terhadap etnis Rohingya oleh tentara Myanmar kembali terjadi di Buthidaung, Rakhine, Myanmar, Kamis (4/4/2019). Sebuah helicopter milik militer Myanmar menyerang penduduk desa di Rakhine Barat yang sedang mengumpulkan bambu.

Saksi mata dan seorang anggota parlemen pemerintah mengatakan, sedikitnya 5 orang meninggal dan 13 terluka dalam serangan tersebut.

Juru bicara militer Myanmar, Tun Tun Nyi menolak menanggapi penyerangan itu. Ia mengatakan, [ada saatnya pihaknya akan merilis “informasi sebenarnya” tentang serangan itu.

Sementara itu, tokoh masyarakat setempat mengatakan, serangan itu terjadi sekitar pukul 4 sore pada hari Kamis (4/4/2019).

“Serangan udara militer menewaskan lima orang, termasuk salah satu warga desa kami, sekitar pukul 4 sore,” kata Zaw Kir sebagaimana dilansir Reuters.

“Orang-orang di desa kami tidak berani keluar karena ketakutan,” sambungnya.

Seorang keluarga korban mengatakan kepada Reuters bahwa kakak laki-laki, paman, dan keponakannya menjadi korban dalam serangan itu di lembah Sai Din itu.

“Sebuah helikoper menyerang mereka ketika mereka sedang bekerjsa di sana, memotong dan mengumpulkan bambu,” kata Rashid.

Banyak desa di sekitar Buthidaung yang dihancurkan selama kampanye militer sejak 2017. Para pemimpin Myanmar bersumpah untuk menghancurkan semua “pemberontak” yang memperjuangkan otonomi di negara bagian Rakhine. Selain itu, sebagian besar akses bantuan menuju Rakhine telah diblokir oleh pemerintah.

 

Dua Jenderal Umat Turun Gunung

Penulis: Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

JIKA di tahun 1998 ada dua macan Indonesia, Sri Bintang Pamungkas dan Amin Rais. Sri Bintang adalah inisiator reformasi, dan Amin Rais pelakunya. Ibarat pemain bola, Sri Bintang yang mengoper bola, Amin Rais pencetak golnya. Dan hasilnya? Orde Baru tumbang. Kemudian, lahirlah Orde Reformasi

Saat ini, dua macan Indonesia itu diwarisi perannya oleh Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Bachtiar Nasir. Dua jenderal lapangan ini yang berhasil menggalang massa untuk mendorong terjadinya suksesi. Diawali suksesi di DKI dan sukses. Ahok terjungkal dan masuk penjara. Tentu, dengan cara yang konstitusional. Melalui prosedur demokrasi dan proses hukum.

Suksesi selanjutnya sedang mengancam Jokowi. Apakah Jokowi juga akan terjungkal? Rakyat akan menyaksikannya dua pekan lagi. Tepatnya 17 April 2019.

HRS dan Bachtiar Nasir selain memiliki kharisma, kecerdasan dan pengalaman, juga pasukan massa dan jaringan. Didampingi Yusuf Martak, ketua GNPF, Selamet Ma’arif, ketua PA 212 dan Sobri Lubis, ketua FPI, HRS bisa menggerakkan massa yang tak kalah jumlahnya dengan anggota dan simpatisan partai. Massa ini selain taat, juga militan. Kekuatan ini, secara politis tak bisa diremehkan. Upaya menegosiasi HRS melalui dua jenderal polisi paling berpengaruh, tak juga berhasil. Mentok! Kenapa? Karena tiga syarat yang diajukan HRS kurang dapat respon dari Jokowi.

Apa syarat itu? Pertama, jangan nista agama. Agama apapun. Islam, maupun agama yang lain. Keberadaan agama-agama di Indonesia dilindungi Undang-undang. Kedua, kawal Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang larangan terhadap partai komunis. Tidak ada tempat bagi PKI untuk hidup di negara Pancasila. Ketiga, jangan jual aset ke Asing dan Aseng. Jika tiga syarat ini dipenuhi, HRS tak akan ikut campur urusan politik, termasuk pilpres. Akan balik ke pesantren dan urus santri. Nampaknya, tiga syarat ini menurut HRS tak mendapat respon positif dari istana.

Gagalnya negosiasi ini membuat HRS tetap memilih jalan sebagai oposisi, dan aktif mengerahkan massa untuk menjungkalkan Jokowi di pilpres 2019.

Pilihan HRS seirama dengan hasil istikharah Bachtiar Nasir. Seorang orator dan negosiator ulung ini memiliki jaringan tidak saja masyarakat kelas bawah, tapi juga elit birokrasi dan partai. Kalangan milenial hingga pengusaha. Penampilannya lebih kalem, tapi selalu punya narasi yang menggetarkan. Sosok ustaz satu ini selalu muncul di saat yang tepat.

Jika HRS terus bergerilya untuk menyuarakan perlawanan terhadap rezim Jokowi, makin lama makin intensif, baik melalui meme, video dan fatwa-fatwa pendek, maka Bachtiar Nasir memilih muncul di injury time. Dua pekan jelang pilpres. Sekali muncul, langsung gas pol. Langkah strategis tokoh berwajah tegap dan digandrungi emak-emak ini langsung ramai mendapat respon massa.

Di gerbong Bachtiar Nasir ada MIUMI (Majlis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) yang punya jaringan ormas seluruh wilayah Indonesia. Selain MIUMI, Bachtiar Nasir juga menjadi komandan MPI (Majlis Pelayan Indonesia). Di MPI ada Zaitun Rasmin, Ketua Umum Wahdah dan pimpinan ulama se-Asia Tenggara, Haekal Hasan, da’i yang sedang digemari dan mampu menghipnotis kalangan emak-emak dan kaum milenial, Fahmi Salim, pengurus Muhammadiyah dan MUI.

Langkah politik HRS dan Bachtiar Nasir tak bisa dianggap remeh. Magnet merekalah yang berhasil menghadirkan 13 juta saat 411 dan tujuh juta manusia di Monas dalam aksi 212. Di pilpres kali ini, kekuatan magnet kedua tokoh ini sedang diuji kembali; apakah akan berhasil menumbangkan Jokowi di pilpres 2019?

Jika HRS memberi komando dari Kota Suci Makkah kepada GNPF, PA 212 dan FPI, maka Bachtiar Nasir memilih keliling dan kampanye di seluruh wilayah Indonesia. Menggerakkan MIUMI dan MPI sebagai mesin mobilisasi.

Bachtiar Nasir bersama semua kekuatannya di MIUMI dan MPI melakukan roadshow di Sulawesi, Kalimantan, Bali, DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mengepung kekuatan Jokowi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Khusus di wilayah Jawa, Bachtiar Nasir bersinerji dengan kekuatan Nahdliyyin. Bachtiar Nasir sepertinya menyadari betul bahwa kekuatan di Jawa itu ada di tangan para ulama-ulama NU. Hanya fatwa para ulama NU-lah yang jadi panutan kemana pilihan suara rakyat itu akan diarahkan.

Jawa, pulau yang diduduki oleh mayoritas warga Nahdliyyin ini hanya bisa diarahkan oleh para ulama-ulama kharismatik NU seperti K.H. Najih Maemoen, Gus Qoyum, K.H. Wafi Maemoen, K.H. Ahfas Baidhowi, K.H. Anam dan K.H. Ahdal Abdurrahim. Mereka adalah beberapa nama ulama yang pengaruhnya tak bisa diabaikan di Jawa Tengah. Bersama merekalah Bachtiar Nasir mengobarkan semangat oposisi dan perlawanan terhadap rezim penguasa.

Jika dua jenderal umat ini sudah turun gunung, akankah apa yang terjadi di Pilgub DKI 2017 terulang kembali di tingkat nasional (pilpres 2019) sebagaimana yang pernah diprediksi Anies Baswedan, gubernur DKI? Kita tunggu saja takdirnya.

Tentara Israel Membunuh Seorang Pemuda Palestina di Tepi Barat

TEPI BARAT (Jurnalislam.com) – Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, seorang pemuda Palestina bernama Mohamed Adwan (23) terbunuh oleh pasukan Zionis Isreal di dekat Yerusalem, Selasa (1/4/2019). Selain Adwan, tentara Isreal juga melukai tiga orang lainnya.

Saksi mata mengatakan, para tentara zionis tiba di daerah Qalandiya pada Selasa pagi untuk menangkap para pemuda yang diduga melakukan pelemparan kepada mereka.

Militer Israel mengatakan, ada kerusuhan selama operasi di daerah Kafr Aqab. Mereka menuding para pemuda itu melempar batu dan bom ke arah mereka.

“Kami menerima laporan bahwa seorang warga Palestina terluka dalam insiden itu akan diperiksa,” kata pernyataan militer itu.

Kafr Aqab terletak di sekat tembok pemisah Israel yang memisahkan Yerusalem dan Tepi Barat.

Pasukan zionis Israel sering memasuki kota-kota Palestina di Tepi Barat untuk melakukan penangkapan dan sering memicu bentrokan.

Israel Gunakan Senjata Baru Pemecah Kerumunan Melawan Demonstran Palestina

GAZA (Jurnalislam.com) – Tentara penjajah Israel memperkenalkan senjata baru pemecah kerumunan yang digunakan untuk para demonstran Palestina di Gaza, demikina dilansir media Israel, Ahad (31/3/2019). Menurut Wallah, senjata itu menggunakan gelombang radio untuk membuat suara keras seperti bom.

Tentara zionis yang menggunakannya untuk membubarkan massa aksi The Great March of Return di perbatasan mengatakan, senjata itu sangat efektif.

Senjata tersebut diketahui bernama Actve Denial System (ADS) buatan Amerika. ADS adalah senjata energi yang tidak mematikan yang dirancang untuk keamanan perimeter dan pengendali kerumunan.

ADS dikembangkan di bawah sponsor Program Senjata Non-Lethal Dod yang dipimpin oleh Laboratorium Penelitian Angakata Udara Amerika Serikat.

Begini cara kerja senjata tersebut.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=u9p5naCkz2w[/embedyt]

Selama aksi kekerasan yang dilakukan tentara zionis kepada rakyat Palestina yang menuntut hak tanah mereka pada Sabtu (30/3/2019) lalu tercatat 4 orang gugur dan 316 lainnya terluka. Mereka yang terluka termasuk 86 anak-anak, 29 wanita, 3 paramedis, dan 7 wartawan.

Sejak dimulainya aksi The Great March of Return pada 30 maret tahun lalu, Isreal telah membunuh 280 pengunjuk rasa dan melukai lebih dari 30.000 lainnya.

https://twitter.com/i/status/1111993367800569856

Ustaz Bachtiar Nasir Resmi Dukung Prabowo-Sandi

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pimpinan Arrahman Quranic Learning (AQL) Islamic Center, Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) menegaskan dukungannya dalam Pilpres 2019 kepada pasangan Capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Pernyataan itu disampaikan dalam acara Sarasehan Akal Sehat di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (1/4/2019).

“Hari ini, bismillahirrahmanirrahim. Saya jatuhkan pilihan saya secara terbuka dan mengajak seluruh ulama di Indonesia, dan mengajak umat Muslim di Indonesia, dan mengajak seluruh pimpinan ormas Islam di Indonesia, dan mengajak seluruh aktivis di Indonesia, mari kita bangun Indonesia berdaulat bersama Prabowo dan Sandi,” tegasnya disambut takbir.

UBN berharap, bersama Prabowo-Sandi, Indonesia akan menjadi negara yang berdaulat.

“Mari bersama-sama, dengan Garuda Pancasila ini, saya tegaskan, saya Bachtiar Nasir yakin bersama Prabowo-Sandi kita akan berdaulat bersama Pancasila kita,” kata tokoh Aksi 212 itu.

UBN juga menyematkan pin berbentuk Garuda berwarna merah di dada kanannya, sebagai tanda dukungannya untuk pasangan Prabowo-Sandi.

Pilpres 2019 Pancasila Vs Khilafah, Pengamat: Ini Propaganda Berbahaya

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pengamat terorisme, Harits Abu Ulya menanggapi pernyataan mantan Kepala BIN, Hendropiyono yang mengatakan bahwa Pilpres 2019 adalah pertarungan antara ideologi Pancasila melawan ideologi khilafah.

Harist menegaskan, pernyataan tersebut sebagai propaganda menyesatkan yang berpotensi mengadu domba anak bangsa.

Selain itu, kata dia, pernyataan Hendropiyono itu adalah narasi yang sengaja dibangun sebagai upaya mencitraburukan kubu oposisi.

“Jadi isu khilafah dijadikan propaganda untuk memonsterisasi salah satu rival dalam kontestasi pilpres 2019 adalah cacat narasi,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Jurnalislam.com, Senin (1/4/2019).

Harist menambahkan, khilafah di Indonesia sejauh ini hanya baru pada level gagasan belum. Secara keamanan pun khilafah belum pada level ancaman secara aktual.

“Dalam perspektif intelijen yang jujur dan obyektif tidak akan menempatkan sebagai ancaman aktual tapi potensial. Dan ancaman potensial juga masih bisa di elaborasi lebih detil untuk menakar kwalitas ancaman,” paparnya.

Lebih lanjut, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini menjelaskan, propaganda tentang Pilpres 2019 adalah pertarungan antara Pancasila vs Khilafah lebih berbahaya daripada gagasan khilafah itu sendiri karena telah menebar provokasi dan adu domba antar anak bangsa.

“Menurut saya yang justru perlu kajian serius adalah tentang potensi rusuh jika pasangan 01 kalah dalam pilpres. Indikasi dan parameternya adalah realitas sosiologis perilaku pemilih fanatik ideologis dan non ideologis kalangan akar rumput dari pasangan 01 banyak yang nalarnya cekak alias sumbu pendek. Ini rawan di provokasi untuk melakukan aksi-aksi yang bisa mengoyak kedamaian rakyat,” ujar Harits.

Ia menilai, kubu petahana telah menghalalkan segala cara untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2019, termasuk melemparkan narasi Pancasila vs Khilafah.

“Memdowngrade rival dengan isu atau propaganda murahan, memonsterisasi rival agar rakyat resisten. Ini tabiatnya adalah cara-cara yang lazim dilakukan orang bermental dan berwatak komunis,” tegas Harits.

Sebelumnya, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Abdullah Mahmud Hendropiyono mengatakan, yang bertarung pada Pemilu kali ini adalah ideologi Pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat harus mulai menentukan pilihan dan memahami calon pemimpin dipilih pada Pemilu 2019.

Ketegangan Mereda, Israel Buka Kembali Lintasan Komersil Menuju Gaza

GAZA (Jurnalislam.com) – Israel membuka kembali lintasan komersialnya dengan Jalur Gaza pada hari Ahad (31/3/2019). Tetapi Israel juga menambah pasukan militernya di perbatasan sehari setelah unjuk rasa Hari Tanah rakyat Palestina di sepanjang perbatasan.

Truk-truk yang membawa makanan dan bahan bakar beriringan menuju Gaza melalui penyeberangan Karem Shalom yang telah dibuka kembali meskipun terjadi pertempuran kecil semalam.

Para pejabat media Gaza mengatakan, empat warga Gaza gugur oleh tebakan tentara zionis Israel selama demonstrasi memperingati setehun Great March of Return pada hari Sabtu (30/3/2019) kemarin.

Sumber: Middle East Monitor

Ribuan Warga London Gelar Aksi Solidaritas Untuk Palestina

LONDON (Jurnalislam.com) – Ribuan warga London mengikuti aksi solidaritas memperingati Hari Tanah (Land Day) dan setahun The Great March of Return pada Ahad (31/3/2019). Aksi itu digelar oleh Forum Palestina di Inggris (PFB), Kampanye Solidaritas Palestina (PSC), Koalisi Hentikan Perang, Sahabat Al-Aqsa (FOA), dan Asosiasi Muslim Inggris (MAB).

Juru bicara PFB, Adnan Hamidan mengatakan bahwa aksi itu adalah solidaritas untuk Gaza yang digempur oleh serangan udara zionis Israel pada pekan lalu sekaligus untuk memperingati The Great March of Return.

Para tokoh dalam aksi tersebut menyerukan keadilan bagi rakyat Palestina dan penghentian blokade selama 12 tahun Gaza oleh zionis Israel. Mereka juga menentang upaya stigmatisasi atas antisemitic terhadap siapa saja yang mengkritik Israel.

Perwakilan Persatuan Mahasiswa Nasional (NUS), Zeid Truscott mengatakan tentang para aktivis mahasiswa menghadapi upaya untuk menekan kampanye antisemitic tersebut.

“Kami berdiri di sini sebagai bentuk solidaritas untuk para demonstran di Gaza yang akan terus berjuang mendapatkan hak-hak mereka,” kata Direktur PSC, Ben Jamal.

Sejumlah pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan “Eksis! Tolak! Kembali! dan “Freedom to Palestine”.

Selain itu, sekelompok orang Yahudi juga menghadiri aksi tersebut. Sementara kelompok kecil lainnya menggelar aksi tandingan dengan membawa bendera Israel.

Foto-foto Peringatan Satu Tahun The Great March of Return

GAZA (Jurnalislam.com) – Puluhan ribu warga Palestina di perbatasan Gaza-Israel pada sabtu (30/3/2019) mengikuti aksi satu juta orang memperingatai setahun Great March of Return.

Menjelang hari itu, tentara zionis Israel telah mengerahkan banyak tank dan kendaraan lapis baja di sepanjang perbatasan.

Beberapa hari sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah menginstruksikan tentaranya untuk mempersiapkan kemungkinan kampanye itu meluas di seluruh Gaza.

Sedikitnya 270 warga Palestina telah gugur sejak pertama aksi itu digelar pada tahun lalu.

Para demonstran menuntut hak para pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka yang telah digusur oleh penjajah Israel.

4 Warga Palestina Gugur dalam Peringatan Setahun The Great Return

GAZA (Jurnalislam.com) – Puluhan ribu warga Palestina memadati perbatasan untuk memperingati satu tahun The Great March of Return. Sedikitnya 4 orang telah gugur ditembak tentara zionis dalam aksi tersebut.

Aksi peringatan Great March of Return dimulai pada Sabtu (30/03/2019). Ribuan warga Palestina berkumpul di dekat pagar pembatas yang dibuat penjajah Israel.

Aksi warga Palestina di hari pertama segera direspon pasukan zionis dengan tembakan gas air mata, yang menargetkan peserta aksi yang mendekati pagar pembatas. Puluhan relawan yang berusaha mencegah tak bisa menahan gelombang kedatangan para pengunjuk rasa.

Tak hanya tembakan gas air mata, pasukan zionis juga menembaki para pengungjuk rasa peluru tajam. Kementerian kesehatan di Gaza pada Ahad (31/03/2019) menyatakan empat orang telah terbunuh akibat penembakan tersebut.

Pengunjuk rasa keempat yang gugur adalah Bilal al Najjar. Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan pemuda 17 tahun itu ditembak di timur perbatasan Khan Younis, Gaza Selatan.

Aksi Great March of Return dimulai setahun lalu, tepatnya pada 30 Maret 2018. Peserta aksi itu memprotes perampasan yang dilakukan zionis terhadap wilayah Palestina, dan menuntut kembali tanah mereka. Aksi perlawanan warga sipil itu dibalas pasukan penjajah Israel dengan senjata, menyebabkan ratusan orang gugur dalam aksi protes berkelanjutan itu.

Sumber: Alarabiya