Arab Saudi dan Sekutu Arab Akhirnya Bombardir Posisi Houthi di Yaman, Tiga Komandan Houthi Tewas

YAMAN (Jurnalislam.com) – Arab Saudi dan koalisi sekutu Arab telah melancarkan operasi militer di Yaman terhadap pemberontak Houthi, yang menggulingkan presiden Yaman yang didukung AS bulan lalu.

Adel al-Jubair, duta besar Arab Saudi untuk AS, mengatakan pada Rabu (25/3/2015) bahwa koalisi yang terdiri dari 10 negara, termasuk Gulf Cooperation Council (GCC), memulai serangan udara pada pukur 19:00 waktu Timur.

"Operasi ini untuk membela dan mendukung pemerintah Yaman yang sah dan mencegah gerakan pemberontak Houthi radikal mengambil alih negara," kata Jubair kepada wartawan di Washington.

Sedikitnya 17 warga sipil tewas di Sanaa selama serangan semalam, sumber pertahanan sipil mengatakan kepada kantor berita AFP.

Berbicara kepada Al Jazeera dari Sanaa, juru bicara pemberontak Houthi, Mohammed Al Bukhaiti menyebut aksi militer tersebut merupakan deklarasi perang terhadap Yaman, dan menambahkan bahwa laporan yang mengatakan pemimpin Houthi Mohamed Ali Al Houthi telah terluka adalah palsu.

Media pemerintah Iran mengatakan pada hari Kamis hari ini (26/03/2015) bahwa operasi militer adalah "agresi yang didukung AS."

Iran membantah memberikan bantuan uang dan pelatihan untuk milisi Syiah Houthi di Yaman seperti yang diklaim oleh beberapa pejabat Barat dan Yaman.


Mengutip sumber militer Saudi, channel TV milik Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa 100 pesawat tempur Saudi terlibat dalam operasi yang dinamakan “Badai Tegas” itu. Uni Emirat Arab dikatakan berpartisipasi dengan 30 jet, Bahrain mengirim delapan jet, Maroko dan Yordania masing-masing mendukung dengan enam jet. Sudan dilaporkan juga menawarkan tiga pesawat perang untuk membantu operasi.

Jordan mengkonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa mereka berpartisipasi dalam serangan. Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Mesir juga akan ambil bagian. Arab Saudi mengatakan bahwa empat negara Muslim termasuk Pakistan ingin berpartisipasi dalam koalisi militer yang dipimpin Saudi itu.

"Ada koordinasi yang sedang berlangsung saat ini antara Arab Saudi dan negara-negara persaudaraan Teluk tentang persiapan untuk berpartisipasi dengan pasukan udara Mesir dan pasukan angkatan laut juga pasukan darat jika diperlukan," kata kantor berita negara Mesir melaporkan.

Arab Saudi dan empat negara Teluk lainnya, termasuk Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab, sebelumnya mengumumkan keputusan untuk "menjawab panggilan dari Presiden Hadi untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi Houthi."

Sumber-sumber militer mengatakan posisi pemberontak Houthi dipukul di berbagai lokasi di Sanaa, termasuk di pangkalan udara al-Daylami dan bandara internasional yang letaknya berdekatan di utara Sanaa, serta kompleks presiden yang diduduki oleh pemberontak pada bulan Januari.

Ledakan besar terdengar di Sanaa saat serangan menghantam pangkalan udara di bandara Sanaa dan lokasi lain di ibukota, seorang koresponden AFP melaporkan.

Di selatan, penduduk melaporkan mendengar ledakan besar di pangkalan udara utama Al-Anad, di utara Aden, yang dikuasai oleh pasukan anti-pemerintah pada Rabu (25/03/2015).

Tiga komandan militer Houthi, Abdel Khaleq Badereddine Al-Houthi, Yousef Al-Madani dan Yousef Al-fishi dilaporkan tewas dalam serangan.

Houthi mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan kepada wartawan bahwa jet Saudi menghantam pangkalan militer di Sanaa, yang dikenal sebagai al-Duleimi. Mereka membalas dengan menembakkan rudal anti-pesawat.

Hakim Al Masmari, editor Yaman Pos, mengatakan bahwa "orang-orang sangat ketakutan."

"[Pemboman] Ini tidak hanya terjadi di lokasi tertentu di Sanaa, melainkan menimpa seluruh ibukota," katanya.

Secara terpisah, sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Riyadh atas nama Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab – yaitu negara-negara GCC tanpa Negara tetangga Yaman, Oman – mengatakan mereka telah menerima permohonan bantuan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Al-Jubair mengatakan bahwa untuk saat ini tindakan mereka terbatas hanya melalui serangan udara, tetapi aset militer lainnya sedang dimobilisasi dan koalisi "akan melakukan apa pun."

Duta besar mengatakan ia tidak akan menjelaskan secara detail tentang dukungan yang diberikan oleh sekutu Arab Saudi, tetapi menambahkan "kami berkonsultasi sangat erat dengan banyak sekutu kami dan khususnya dengan Amerika Serikat."

"Sementara pasukan AS tidak mengambil tindakan militer langsung di Yaman untuk mendukung upaya ini, kita membangun Jaringan Perencanaan Bersama dengan Arab Saudi untuk mengkoordinasikan dukungan militer AS dan intelijen."

Duta besar Saudi mengatakan bahwa Houthi mengendalikan balistik dan persenjataan berat, dan bisa mengendalikan angkatan udara negara itu.

Perperangan  di Yaman tumbuh sejak pemberontak Syiah Houthi mengambilalih kekuasaan di ibukota Yaman bulan lalu.

Pemberontak Houthi bergerak maju ke kota pelabuhan selatan Aden, di mana Hadi bermarkas setelah melarikan diri dari tahanan rumah di Sanaa.

Mereka mengendalikan sebagian besar wilayah utara, termasuk Sanaa, dan beberapa provinsi selatan. Dalam beberapa hari terakhir, mereka mengambil kota terbesar ketiga, Taiz, serta banyak kota lainnya di provinsi Lahij, semuanya di utara Aden.

Dalam pertempuran di Lahij, mereka menangkap menteri pertahanan Hadi, Mayor Jenderal Mahmoud al-Subaihi, dan kemudian menyapu ke dekat pangkalan al-Annad, yang telah ditinggalkan militer AS.

Perselisihan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Yaman bisa terkoyak oleh perang proxy antara Syiah Iran, yang dituduh mendukung para pemberontak Houthi – dan Sunni pimpinan Arab Saudi, yang mendukung Hadi.

Koresponden Al Jazeera, Omar al-Saleh, melaporkan dari Doha, mengatakan Iran telah memperluas pengaruhnya di wilayah itu sejak perang Irak terbaru.

"Mereka akan menggunakan pengaruh mereka sebagai cara untuk mendapat perhatian AS lebih serius… saya pikir Teluk diambil melalui kejutan. Mereka terganggu oleh peristiwa di Mesir dan Ikhwanul Muslimin."

Riad Kahwaji, analis politik yang berbasis di Dubai, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "Houthi salah memahami sinyal dari GCC dan terus mengambil lebih banyak wilayah."

"Saudi memiliki tiga kekuatan regional di pihak mereka. Ini hanya awal dari sebuah operasi militer gabungan. Saya berharap invasi darat datang dalam beberapa hari ke depan," tambah Kahwaji.

"Mereka juga akan mencoba untuk memblokir setiap senjata yang datang dari Iran. … Orang-orang akhirnya akan melihat bahwa raksasa Arab (Saudi Arabia) akhirnya terbangun."

 

Deddy | Aljazeera | AFP | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.