BALIKPAPAN (Jurnalislam.com) – Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Lamaru Balikpapan memang baru diresmikan pada Oktober 2014 lalu. Segera setelah diresmikan, Rudenim tersebut ternyata menjadi target para imigran syiah dari Afghanistan.
Rupanya, biaya pembangunan Rudenim Balikpapan ini ditanggung 100% oleh sebuah NGO bernama International Organization of Migration (IOM). Rudenim itu dibangun di atas tanah milik Pemprov kaltim, namun dibangun atas biaya IOM.
Menurut Ketua Komisi I DPRD Balikpapan, H. Syukri Wahid, IOM ini adalah lembaga internasional yang mengurusi pengungsi. Mereka punya surat kontrak dengan tiga keimigrasian yaitu Batam, Balikpapan dan Semarang. Semua biaya pembangunannya 100% ditanggung oleh IOM.
“Mereka punya SOP tersendiri tentang bangunan, kemudian standarisasi dan bagaimana memperlakukan pengungsi. Jadi itu ada MoU (nota kesepahaman, red) antara imigrasi dengan IOM,” tegas Syukri kepada Fajar Shadiq, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di Balikpapan, beberapa waktu lalu.
Dalam kontrak kerjanya, IOM betul-betul menjaga standar kenyamanan para imigran di dalam Rudenim. Seperti makan 3 kali sehari yang disiapkan oleh katering dan dokter jaga yang bertugas selama 3 jam per minggu. Lantas, siapakah orang-orang yang berada di balik IOM?
Syukri menyatakan, saat peresmian Rudenim Balikpapan bulan Oktober lalu, hadir pimpinan IOM dari Australia. Ada cerita menarik yang terjadi saat peresmian Rudenim tersebut. Orang Australia dari IOM itu terkesan angkuh bahkan untuk sekadar menyalami Wakil Gubernur Kalimantan Timur yang turut hadir pada peresmian, pria bule itu terlihat enggan.
“Yang resmikan itu orang Australia, sampai Pak Wakil Gubernur itu gak disalami. Begitu Pak Wakil Gubernur kasih sambutan dia malah jalan-jalan ke belakang. Mungkin karena merasa dia yang bangun,” tutur Syukri.
Lebih dari itu, timbul juga pertanyaan. Untuk apa IOM membiayai 3 Rudenim di Indonesia? Padahal IOM ini skalanya hanya NGO saja. Tapi bisa masuk ke dalam lembaga pemerintahan tanpa membebani APBN.
Syukri menduga ada satu negara besar yang bermain di balik IOM. Menurutnya ini satu sindikasi yang lebih profesional. Pasalnya, perdagangan tenaga kerja manusia di Australia cukup besar. Jadi dia berkepentingan mendatangkan orang dengan cover itu.
“Saya melihat begini, boleh jadi IOM ini covernya adalah NGO imigrasi, tapi bisa jadi agen tenaga kerja juga. (Imigran) ini kan masuk lewat IOM semua. Prinsipnya, transitkan orang sebelum masuk ke Australia biar nanti semua dibiayai di Indonesia.
Tapi, Syukri juga menganalisis bisa saja para pencari suaka ini dikirimkan untuk mengetes kondisi politik suatu negara.
“Satu negara coba lempar imigran. Longgar gak? Oh longgar, bisa masuk. Alat mengetesnya bisa dengan pencari suaka itu. Jadi cara membaca politik kita dengan lempar itu. Itu dugaan saya,” pungkas Syukri.
Reporter : Fajar Shadiq